Tuesday, December 27, 2011

Not So Handsfree


Weekend kemarin ke Bandung. Diantara ketemuan dengan banyak orang, daftar titipan dan rencana acara yang harus didatangi, aku berhasil menemukan sebuah kesempatan untuk aku sendiri.

Ya, hanya aku sendiri. Pergi ke tempat yang tak direncanakan dan tersesat pun tak jadi masalah.
Dan terdamparlah aku di sebuah toko di Jalan Riau. Disana aku hanya ingin melihat-lihat saja sebenarnya. Tapi ternyata aku malah menemukan sebuah handsfree berbentuk telepon berwarna hijau.

Idealnya handsfree itu artinya sesuatu yang gak harus dipegang. Jadi tangannya bisa leluasa bergerak. Tapi si hijau ini malah mengharuskan untuk memegangnya. Atau bisa juga dikempit dengan pipi dan bahu.Tapi aku tak peduli juga sih. Aku bahagia memilikinya. Hehehe.

Friday, November 25, 2011

Another Goodbye

Tadi siang, sepulang sholat Jum’at, diantara hiruk pikuk pekerjaan, kakakku menelepon. Ah, paling juga urusan minjem mobil atau sebangsanya, pikirku. Tapi ternyata, bukan, kakakku ngasih tahu kalau Mumuh meninggal.

Pembicaraan berlangsung singkat, karena aku tak percaya. Mumuh? Mumuh temanku? Tapi, Mumuh mana lagi. Aku gak punya banyak teman bernama Mumuh. Karena sedang di depan komputer, langsung kubuka facebooknya. Ternyata wallnya sudah penuh dengan ucapan bela sungkawa. Sambil membaca, ada perasaan aneh dalam diriku. Perasaan seperti ada sesuatu yang terrenggut entah apa dari tubuhku. Tenggorokanku panas, air mataku mengalir deras. Aku benar-benar ingin menjerit tapi suaraku tak kunjung keluar.

Sambil mata tak lepas dari layar komputer, jariku mengklik fotonya satu persatu. Masih tak percaya temanku telah pergi.


Dia satu kampus denganku, satu fakultas, beda jurusan, bahkan beda angkatan. Aku Administrasi Negara, dia jurusan Antropologi. Aku anak 95, dia angkatan 94. Kami disatukan oleh KKN—Kuliah Kerja Nyata. Kami satu kelompok. Di desa Conggeang Kulon, di daerah Sumedang. Banyak cerita tentang kami disana. Kami sama-sama gendut, akibatnya kami gak kebagian kamar tidur yang memang hanya dua. Akhirnya kami terdampar di kursi ruang tamu. Sambil menunggu terlelap, kami sering saling bercerita dan bersenda gurau. Dari sana pula kami akhirnya tahu, ternyata orangtua kami sama-sama dari Ciamis. Bahkan lebih parahnya lagi, ayah kami ternyata saling bersahabat dan pernah sama-sama menghabiskan masa kecil di Pasirluyu. Aku kebagian tugas mengajar bahasa Inggris di SD Conggeang, sedang dia mengajarkan karate. Tapi sebetulnya itu hanya kamuflase. Sebenarnya kami lebih banyak bersenang-senang disana dibanding mengerjakan tugas. Kami lebih sering menghabiskan waktu dengan bermain kartu, mandi di cipanas dan berendam di mata air Cipulus dikala hari sedang panas. Hahaha.

Setelah KKN berakhir, kami nyaris tak pernah bertemu. Paling bertemu kembali pada saat reunian dengan pemuda Conggeang yang datang ke Bandung. Kami sibuk dengan kuliah masing-masing. Sampai kami lulus satu persatu, tak ada lagi pertemuan yang kami ingat.

Sampai suatu saat di tahun 2003/2004 kami bertemu kembali. Dia telah menikah dan bekerja di kantor pemda. Kami pun memutuskan bertemu. Aku benar-benar terkejut melihatnya. Dia sangat kurus dan memakai kacamata. Aku nyaris tak mengenalnya. Dia pun sampai tertawa geli melihatku yang tak henti melihat wajahnya dan terus bertanya kenapa. Dia pun bercerita dia terpaksa harus diet ketat karena dia menderita diabetes. Setelah itu kami mulai berhubungan lagi lewat telepon atau facebook. Bahkan dia dan Alif, anak tunggalnya pernah datang ke rumahku. Kemudian, seingatku pertemuan secara fisik terakhir tahun lalu di Warung Pasta, Jl. Ganesha.

Kami memang telah lama tak bertemu. Tapi kabar kepergiannya seolah membawa kembali ingatan dahulu dan menggiring penyesalan demi penyesalan. Aku tak pernah bertemu isterinya, padahal adik kelasku di SMA. Aku tak pernah ke rumahnya, dan seribu “Tak pernah” lainnya. Tiba-tiba saja aku sangat ingin bertemu dengannya. Sangat sangat sangat ingin. Sesuatu yang tak pernah lagi bisa aku lakukan.

Kerinduan ini pula yang menuntun aku untuk menuliskan posting ini. Berharap untuk sedikit mengobati dengan mengenangnya.
Terimakasih banyak Muh, atas segala canda tawa yang kau bagikan.
Terimakasih atas segala cerita yang kau sampaikan.
Semoga Alloh menempatkanmu ditempat terbaikNya.

Selamat jalan kawan.
Sesungguhnya kita milik Alloh dan akan kembali kepadaNya.

Semoga yang ditinggalkan mendapat kesabaran. Aamiin.

Tuesday, November 01, 2011

Meknes dan Volubilis dan Different Casablanca

Di pagi hari kami dijemput seorang kakek yang berjalan agak tertatih. Dia membawa mobil sedan Mercedes tua yang lega dan sangat nyaman. Dengan bahasa Inggris terbatas dan terbata-bata dia memperkenalkan diri. Namanya Ayoub. Sambil menunjuk foto yang dia simpan di dashboard, dia menceritakan bahwa dia anggota kesebelasan tim nasional sepakbola Maroko di Piala Dunia 1986. Football player now: much money. But then: no money, ujarnya.

Kami menyukai kakek Ayoub ini. Dia ramah, tidak terlalu banyak ngomong. Sangat efektif. Dia suka tiba-tiba meminggirkan kendaraan, kemudian menunjuk ke arah luar: Look! Beautiful panorama. Out. Out. Hahaha. Pemberhentian pertama kami adalah sebuah danau. Disana ada yang jualan plum dan jeruk. Kami membeli plum yang dijual per ember. Plum ini hidangan segar buat kami bertiga.

Sampailah kami di Volubilis. Sebuah kawasan reruntuhan kota tua Romawi. Aku sangat suka disini. Untung saja cuaca bersahabat. Terang dan panas, tapi tidak menyengat. Aku menyusuri bagian demi bagian sambil membaca buku DK yang dibeli Rony di Dubai sekitar tahun 2007. Ada ba
nyak bagian yang menarik. Mozaik-mozaik bertebaran. Pilar-pilar dan sisa ruang-ruang, seperti pemandian, basilica dan sebagainya. Disini aku sempat kelelahan. Kawasan reruntuhan ternyata sangat luas.


Setelah puas disana, ka
mi melanjutkan ke tempat selanjutnya. Kami sempat melewati Moulay Idris, tapi tidak untuk berhenti disana. Sangat sayang, soalnya kota ini kelihatannya indah dan menyenangkan. Tapi waktu kita memang terbatas, kami harus ke Meknes.

Di Meknes kami makan siang terlebih dahulu.
Kami makan di sebuah kafe di atap sebuah bangunan. Makanannya enak dengan hamparan kota Meknes sebagai pemandangan. Kemudian berkunjung ke istana raja, dan sebuah mesjid yang sangat bersahaja. Aku sangat betah di mesjid itu. Sangat kuno dan tenang. Beda dengan mesjid Fes yang hiruk pikuk. Kota Meknes ini boleh dibilang sangat sepi. Paling sepi diantara kota-kota yang kita kunjungi. Disini kami melihat (sepertinya) penduduk lokal yang menikmat kotanya sendiri di pinggiran danau kota Meknes. Kotanya cantik dengan bangunan kuno yang sangat kaya akan detail.

Kami pulang ke Fes sekitar jam 15:00 dan
sampai disana jam 17:00. Kami menghabiskan waktu di jalan dengan tidur. Rony sangat senang dengan si kakek Ayoub ini. Kami memutuskan untuk memberi tips yang besar. Si kakek sampai mengelus kepala Rony pada saat kami berpamitan.

Keesokan harinya kami harus ke Casablanca untuk pulang. Kami memutuskan untuk tidak lagi menginap di hotel yang sama. Hotel terakhir harus hotel yang bagus. Kami pun menginap di hotel yang dekat dengan stasiun kereta api. Hotel Ibis. Setelah cek-in kita langsung memutuskan untuk jalan ke Mesjid Hasan II lagi. Tapi kali ini kami tak mau lagi menjalani kebodohan yang sama. Kami naik taksi. Dan ternyata ongkosnya hanya 20rb rupiah saja. Kami menertawakan kebodohan i
tu.


Kali ini kami bisa leb
ih menikmati keindahan mesjid ini. Rony bisa memfoto dengan lebih santai. Saya pun sempat duduk-duduk di pelataran mesjid yang kala itu sangat ramai dengan penduduk lokal. Kami sempat membeli jajanan disana segala. Pulang menuju hotel kita masih sempat membeli KFC. Casablanca hari itu terasa sangat menyenangkan.

Sayangnya liburan tlah usah. Kami pergi ke bandara keesokan harinya. Setelah sarapan di hotel kami berjalan kaki ke Gare de Casa Port. Stasiun kereta api tujuan bandara. Oh iya, selama kami di Maroko, sarapan di hotel manapun selalu enak. Benar-benar enak!

Selamat jalan Maroko
*fiuh... setelah dua tahun cerita ini akhirnya selesai. Foto menyusul ya :)


From Fes To Middle Atlas

Aku sangat menikmati keseharian di kota Fes. Setiap pagi kami duduk di taman kota yang hangat sambil mengamati burung yang banyak berkeliaran disana. Kami juga melihat penduduk kota yang berlalu lalang di taman itu. Sore harinya kami berkeliling mengamati etalase toko-toko yang menarik. Dari mulai toko baju, buku, dan tentu saja toko makanan dan toko souvenir. Ada sebuah toko souvenir yang dikelola oleh suami isteri warga negara Amerika. Disana pula lah kami bisa menggunakan bahasa Inggris dengan leluasa. Hahaha.

Walau betah,
sayang juga rasanya kalau hanya berdiam diri di kota itu. Agak sulit menemukan tour atau pengelola tour dengan tujuan keluar kota Fes. Kami berkeliling mencari biro travel tapi tidak menemukannya. Pasangan Amerika pun menyarankan kami untuk menyewa mobil. Karena bingung, akhirnya kami pun menelepon Amin yang kami temui di kereta dari Tangier. Lalu kami mengunjungi kawasan Middle Atlas. Amin sebagai guide amatir ditemani seorang sopir. Kami mengunjungi kawasan pedesaan kaum Bedouin, kami masuk ke salah satu rumah mereka. Rumah itu sangat sederhana. Sebuah gua yang dipahat menjadi kamar. Didalamnya sangat dingin. Kami dijamu tuan rumah dengan segelas teh mint. Tuan rumah itu sendiri adalah seorang nenek yang sudah sangat tua, akan tetapi masih terlihat sangat sehat. Kabarnya di desa ini sehat-sehat, bahkan klinik saja sampai tutup saking gak lakunya.

Ka
wasan middle Atlas sendiri tidak terlalu istimewa menurut aku. Perjalanan dan pemandangan didominasi oleh kawasan padang rumput yang luas. Kemudian bertemu sebuah danau dengan banyak kuda dan keledai. Kami sempat sebal dengan ulah sang sopir yang membuat kami berjalan cukup jauh mencari mobilnya. Ternyata dia sedang bertamu ke penduduk desa untuk membeli telur dan hidangan semacam yoghurt yang rupanya mirip dedak cair.


Kami kemudian diajak ke sebuah
hutan yang penuh dengan monyet. Turis lain sangat senang melihat monyet-monyet itu. Sedangkan kami melihatnya dengan sebal. Hahaha. Yang kayak ginian mah banyak di Bandung juga! Kadang kala padang rumput itu dihiasi banyak sekali bunga poppies. Kami minta berhenti untuk berfoto di hamparan bunga-bunga itu.

Keesokan harinya kami memutuskan untuk ke Meknes d
an Volubilis yang menurut peta dekat dengan Fes. Tapi sekali lagi, kami kesulitan menuju kesana. Akhirnya kami tanya ke resepsionis hotel yang mukanya datar dengan kumis mirip Hercule Poirot. Tanpa jawaban dia langsung menelepon seseorang dan menyuruh kami untuk bersiap keesokan harinya.



Thursday, October 27, 2011

Fes. Kota Paling Menyenangkan di Maroko.

Beberapa temanku menanyakan bagaimana Maroko. Negara yang aku kunjungi dua tahun lalu itu. Banyak yang ingin kesana juga ternyata. Mayoritas menanyakan itinerary nya. Beberapa tulisan tentang perjalanan itu sudah aku posting disini, disini, awal di Casablanca disini, dua sisi Marrakesh disini dan disini. Cerita tentang Ken Brekke disini. Sebenarnya setelah postingan tentang Ken itu, kami berlanjut ke Tangier, Fes dan Meknes kemudian balik lagi ke Casablanca. Aku jadi malu karena sudah terlalu lama untuk menyambungnya kembali. Tapi biar melengkapi ceritaku ke sana, yang mudah2an bisa berguna (ciehhh) buat teman2ku yang mau ke Maroko, baiklah aku lanjutkan kembali.

Kali pertama kami menjejakkan kaki di stasiun kereta
Marrakesh, kita langsung beli tiket Marrakesh - Tangier. Big Mistake. Kita menyertakan Tangier atas beberapa pertimbangan. Aku ingin ke kota ini karena Bourne Supremacy shooting disini (hehe), selain itu aku ingin ke Gallerynya Delacroix yang menurut internet ada disini. Tapi semua itu berubah, ketika Ken menyatakan ketidak setujuannya. Menurutnya kota itu tidak baik untuk turis. Kejahatannya terlalu tinggi. Hal ini terang saja membuat aku membatalkan Tangier. Tapi kita tetap pergi kesana. Karena tiket kereta sudah dibeli.

Kami pergi malam dari Marrakesh dan sampai ke Tangiers pagi hari. Lumayan juga gak harus nginep di hotel Karena membatalkan acara di Tangiers, kam
i langsung membeli tiket ke Fes. Untungnya kami tak harus menunggu lama, sekitar dua jam saja. Stasiun Tangiers terletak di pinggir pantai. Cuaca yang sejuk membuat kami betah duduk disana sambil menunggu McDonalds buka. Di pinggir pantai tersebut banyak orang berolahraga pagi. Jadi samasekali gak bikin bosen.

Kami naik kereta kelas biasa menuju Fes. Perjalanan itu menyita fisikku. Aku kelelahan. Sebagian besar perjalanan aku habiskan dengan tidur. Di kereta itu pula aku melihat ibu-ibu berbaju panjang dengan kain buatan Indonesia. Ibu-ibu itu tiba-tiba kejang entah kenapa. Aku sumpah takut beliau meninggal di kereta. Anak-anaknya mengipasi beliau dengan majalah sambil menangis. Di kereta itu pula aku bertemu dengan Amin yang menawarkan berwisata di Fes. Dia memberikan nomor teleponnya. Buku Lonely Planet yang kami pegang menginformasikan agar tidak mengambil guide dari kereta. Tapi gak ada salahnya kalau sekedar ngobrol, menurut aku.

Kami belum pesan tiket di Fes. Tapi untungnya Ken, merekomendasikan hotel Splendid. Hotel yang murah dan dekat dengan pusat kota. Hotelnya lumayan enak, ada kolam renangnya, fasilitas yang sebetulnya tidak berguna. Kami tak berniat menggunak
annya di udara sedingin ini. Sampai di hotel aku langsung tidur, tak kuat untuk bergerak. Selama aku tidur Rony menghabiskan waktu dengan membaca Donal Bebek. hahaha. Kasian sekali.

Syukurlah setelah tidur, badanku lumayan terasa ringan. Kita pun menelusuri kawasan sekitar hotel. Di Fes ini tidak ada shopping mall. Yang ada jalan yang tidak terlalu besar dengan untaian toko dan cafe di sisi-sisinya. Aku menyukai kota ini. Kota ini adalah bagian terbaik dari acara aku selama di Maroko. Kotanya santai. Tidak terlalu touristy. Tapi tidak sepi juga. Kami mencari makanan dan minuman. Aku membeli qur'an terbitan Maroko juga di kota Fes ini. Bahkan kami pun menyempatkan makan Moroccan Pie disini. Yumm..

Di hampir semua kota di Maroko, cafe akan ramai di sore hari. Sekitar jam 16. Cafe disana penuh dengan laki-laki yang (sepertinya) minum kopi dan teh mint saja. Perjalanan tour di Fes dimulai keesokan harinya. Sebetulnya atraksi tour paling utama di kota Fes ini adalah di kawasan Medina (kota tua). Medina di Fes ini terbesar kedua di dunia setelah Damascus. Kita bisa menyewa guide di kantor pos dengan membayar biaya yang tak terlalu mahal. Kita mendapatkan seorang guide yang profesional, memakai baju resmi, berdasi dan memakai tanda pengenal. namanya Mouhammed. Sebelum memulai tour, kita disarankan membawa minum dan berhati2 terhadap pencuri.

Medina dimulai dari sebuah istana raja yang besar dan dikawal tentara. Tapi kita boleh berfoto ria di luarnya. Kemudian ke kawasan hunian Yahudi yang sudah ditinggalkan. Bahkan kita melihat sinagog yang sama sekali sudah tak digunakan lagi. Medina ini sangat mengagumkan, sangat luas, dan sangat berwarna warni. Kawasan ini masih ditempati dan di
gunakan. Jadi kita akan bersatu dengan hiruk pikuk penghuni kawasan itu. Aku seringkali terkejut disini. Kita melewati rumah orang, pasar, mesjid, pasar lagi, restoran, universitas (!), sekolah, madrasah, bank, hotel (riad), dan banyak lagi. Semua kita lewati dengan melalui gang-gang kecil yang bahkan sangat kecil. Sambil berjalan Mouhammed menjelaskan sejarah, kekhasan tempat-tempat ini sambil sesekali menyapa orang-orang yang dia kenal.

Ada banyak madrasah,
mausoleum, mesjid yang sangat indah dan terlihat tua. Ukiran yang detail benar-benar membuat betah. Jalur yang dilalui tour guide sepertinya sudah ditentukan. Karena kita sering bertemu dengan rombongan lain. Jalur ini juga sudah didesain untuk berhenti di toko souvenir, toko karpet, toko kain, toko obat-obatan. Mudah diduga sih. Tapi untungnya kita dijamu dengan ramah. Sama sekali tidak ada paksaan untuk membeli. Jadi kalau kita tidak berminat, si pedagang gak pasang muka bete. Pas makan siang kita ditawarkan untuk makan di medina, di sebuah restoran khas Maroko. Yah, apa salahnya. Kita mengiyakannya.

Rupanya makan di restoran itu, dua orang saja terlalu berlebihan. Menu yang dihidangkan sungguh sangat banyak dan macamnya pun sangat banyak. makanan pembuka, main course, sampai penutup. Semuanya sangat banyak. Kami tak mampu menghabiskannya. Yang makan di restoran itu hanya kami. Udara sejuk dan tempat yang penuh hiasan khas Marok
o. Sambil makan kita bertanya-tanya, berapa harga makanan yang dihidangkan ini. Takut uang kita gak cukup. Setelah melihat bill, kita sempat agak khawatir. Ternyata semuanya 500 MAD atau sekitar Rp 500ribu. Setelah mengeluarkan semua uang sampai koin, syukurlah si 500MAD itu terkumpul. hahaha.

Setelah makan, perjalanan agak santai. Kita mendatangi universitas Fes dan sebua
h sekolah seni. Sekolah-sekolah ini cukup besar. Sekolah seni ini sangat menyenangkan. Kita melewati ruangan perkuliahan, workshop sampai taman yang rimbun, indah dan berwarna warni. Penuh dengan pohon jeruk yang berbuah ranum. Tapi anehnya lagi, orang-orang kok gak memetiknya ya. Sekolah itu letaknya agak tinggi, jadi pemandanganya sangat indah ke hamparan kawasan medina yang sangat luas.


Tour berlanjut ke sebuah toko karpet yang sanga
t besar. Kita tidak ada yang berminat untuk membelinya. Syukurlah, setelah sampai disana aku bersin hebat, gak bisa berhenti, sehingga kunjungan ke toko itu tak berlangsung lama. Sebuah tempat yang menakjubkan lainnya adalah tannery. Tannery ini tempat pengolahan kulit binatang. Dilembutkan dan diberi warna untuk kemudian dibuat menjadi tas, ikat pinggan, dan barang lainnya. Kawasan ini sangat bau, makanya pas masuk kita diberi segenggam daun mint untuk dimasukan ke lubang hidung. Aku sempat membeli tas disini.

Tak terasa, tour berakhir. Padahal dari jam 10 sampai jam 15!! Kita pulang ke hotel. Leyeh
-leyeh dan kembali menelusuri sekitaran hotel yang hiruk pikuk tapi menyenangkan. Kita beli cherry segar yang harganya cuma 15 ribu per kilonya!

Friday, August 12, 2011

Menonton Kembali Film Jadul

Tiba-tiba saja aku kangen film-film bioskop tahun 90an. Masa-masa SMA, masa-masa kuliah. Semakin aku mengingat, film yang kebetulan memang ingin aku tonton (lagi) adalah film bergenre komedi romantis. Dan kalau kita liat lagi, film-film yang aku tonton lagi ini, lumayan "aman" selama Ramadhan. Paling maksimal ada adegan kissing nya saja. Tidak lebih dari itu. Inilah film-film itu:

While You Were Sleeping (1995). Film Sandra Bullock setelah Speed. Aku masih inget dulu nonton di BIP (Bandung Indah Plaza). Bela-belain pulang ke Bandung (kala itu kos di Jatinangor). Menceritakan tentang Sandra Bullock sebagai Lucy, seorang penjaga peron di stasiun kereta api di Chicago. Dia hidup sebatang kara. Karena tanpa keluarga itulah, Lucy sering diminta masuk kerja di hari libur Natal. Di hari itu pula dia menyelamatkan seorang pria ganteng yang jatuh ke rel kereta api, dan Lucy menyelamatkannya. Pria itu, Peter (Peter Gallagher) pun kemudia koma. Lucy mengaku sebagai tunangannya. Masalah semakin rumit ketika ternyata Peter memiliki keluarga besar. Keluarga yang tak pernah dimilikinya.
Film ini memang salah satu rom-com favorit aku. Chemistry antara Sandra Bullock dengan keluarga Callaghan sangat natural. Kehangatan dialog berjalan kontras dengan salju Chicago yang terkesan sangat dingin. Kalo dilihat lebih dalam, themanya sangat telenovela, tapi beneran deh, film ini sangat layak untuk ditonton. Terutama untuk perempuan, atau untuk penggemar berat Sandra Bullock (seperti aku). Hehehe.

As Good As It Gets (1997). Menceritakan tentang Melvin (Jack Nicholson), seorang penulis sarkastis penderita OCD (Obsessive Compulsive Disorder)> Melvin ironisnya seorang penulis buku romance. Seperti penderita OCD lainnya, Melvin suka akan keteraturan dan kebersihan. Makanya Melvin membenci tetangga gaynya (Gregg Kinnear) yang memiliki anjing lucu tapi sering pipis di koridor apartemen. Melvin juga wajib sarapan di Cafe dan harus dilayani oleh Carol (Helen Hunt).
Film ini benar-benar membuka mataku, sekaligus bukti bahwa manusia itu sangat kompleks. Manusia memiliki banyak kebaikan walau tampak luarnya sangat mengerikan. Jack Nicholson dan Helen Hunt mendapatkan Oscar untuk aktris dan aktor terbaik. Tonton dan bersiaplah tercengang dengan kenyataan bahwa orang seseram Jack Nicholson bisa dengan sangat meyakinkan menjalin hubungan dengan Helen Hunt yang manis.

terakhir, One Fine Day (1996). George Clooney dan Michelle Pfeiffer. Dua nama yang hot di tahun 90an. Dan bayangkan keduanya dalam satu film. Menceritakan tentang Jack seorang wartawan dan Melanie seorang arsitek. Mereka masing-masing bercerai dan memiliki satu anak. Nah anak-anak mereka itu teman sekelas. Di suatu hari yang hectic, keduanya secara tak sengaja tertukar hanndphone. Jadi masing-masing terpaksa harus saling berkomunikasi, walau di awal sempat terlihat saling membenci.
Film ini mengkombinasikan romance, humor dan kelucuan anak-anak. Selain itu film ini juga menandakan sebuah era dimana komunikasi menjadi semakin rumit atau praktis dengan sebuah alat bernama handphone. Tapi lihatlah bentuknya, masih sebesar batu bata! Hahaha.

Selamat Menonton :)

Monday, August 01, 2011

Ramadhan Kos Baru.

Hari pertama Ramadhan tahun ini aku masih di Palembang. Tapi ada yang berbeda. Aku memutuskan pindah kos. Kalau ditanya kenapa pindah kos, alasannya mungkin dangkal. Jawabannya: Dapur. Ya, di kosan baru ini ada dapurnya, lengkap dengan alat masak.

Aku memang suka memasak. Tapi yang aku masak ya, sesuai selera aku. Biasanya gak jauh dari mie, telur, terigu dan nasi. Aku punya berbagai resep nasi goreng yang enak (menurutku tentunya) dan indomie goreng andalanku juga. Di Bandung, amih sudah biasa dengan kebiasaanku masak sendiri. Bahkan kebiasaanku ini sekarang menular ke keponakanku, Azhar, yang katanya bercita-cita menjadi koki. Hehehe. Aamiin.

Hah, sudahlah! Aku jadi ngiler mengingat makanan yang ingin aku pasak! Hahaha. Aku benar-benar berharap Ramadhan ini lebih baik dari tahun kemarin. Lebih kuat, lebih banyak beribadah. Aamin.

Selamat Ramadhan semuanya..

Tuesday, July 26, 2011

Cara Keren Mendapatkan Pahala

Pernahkan teman-teman liat di acara TV, tentang orang-orang yang ngisengin orang lain berjudul Just For Laughs Gag? Biasanya TV Show ini diputar juga di pesawat Garuda Indonesia. Acara ini aku suka, karena selain lucu, acara ini juga menghibur, menghibur kita di rumah, dan tentunya menghibur orang-orang yang kebetulan kena kejailan mereka.

Acara ini menurut aku sangat riskan. Karena kalau berlebihan, yang ada bukannya lucu, tapi bisa membuat orang lain tersinggung, bahkan marah. Makanya, si Just for Laughs ini menurut aku sangat hebat, karena idenya segar, lucu sekaligus "aman". Beberapa episode Just for Laughs bisa dilihat disini.

Sebenarnya ada cara lain yang sama menghiburnya, atau bahkan lebih menghibur dibanding Just for Laughs. Yaitu Flash Mob. Flash Mob ini gerakan sama yang dilakukan serentak oleh banyak orang di keramaian. Jadi misalnya, pas kita lagi di supermarket, tiba-tiba orang-orang pada freeze atau diam tak bergerak seperti ini, disebut flash mob juga. Tapi yang paling fenomenal, dan berefek menularnya perasaan gembira tak terkira adalah flash mob dance. Flash mob yang keren adalah iklannya T-Mobile yang dishoot di stasiun kereta Liverpool, Inggris.



walau ini commercial, tapi kejadian ini di shoot live, jadi gak ada istilah pengulangan atau re-shoot. Dimulai dari pemilihan dancers dari segala umur, latihan koreografi, gladi resik jam 1 dini hari (jam dimana stasiun paling sepi) sampai akhirnya flash mob beneran. Ini tentunya diluar persiapan teknis. Pihak yang terlibat pasti sangat tegang, karena melibatkan biaya tinggi dan image. Tapi hasilnya memang mengagumkan. Mimik muka heran pengunjung stasiun membuat kita seolah-olah ikut merasa kaget dan terpesona pada saat yang sama. Benar-benar hiburan tak terduga.

Di Indonesia juga pernah dilakukan lho flash mob dance ini. Yang buat tim iklannya Mizone. Dilakukan di Jakarta dan Bandung. Bisa dilihat disini. Mayoritas yang terlibat gak dibayar lho. Pure fun! Mengasyikan tampaknya. Persiapan berhari-hari menjadi kenyataan.

Favorit aku adalah Flash Mob commercial VTM di stasiun kereta api Antwerp, Belgia. Flash mob ini terlihat sangat megah, mungkin karena efek lagu Sound of Music yang sangat klasik. Atau mungkin juga karena yang terlibat sangat beragam, dari mulai anak-anak sampai orang tua. Tapi akibat yang ditimbulkan sama priceless-nya. Wajah-wajah heran campur bahagia sepertinya menular. Kejutan yang sangat dahsyat.



Atau ada juga flash mob yang gila-gilaan di acaranya Oprah, seperti ini. Jumlah orang yang terlibat, nyaris tak dapat dipercaya. Tak pernah gak merinding setiap kali menontonnya.

Apa yang mereka lakukan, menurut aku sangat luar biasa. Kebahagiaan yang ditimbulkan tak diragukan merupakan sebuah pahala. Aku beneran ingin terlibat didalamnya. Suatu hari nanti, mudah-mudahan.

Oya, ada lagi. Mungkin bentuk baru dari flash mob kali ya. Tapi apapun namanya, efeknya sama. Andai di bandara aku disambut seperti ini, (another great commercial by T-Mobile)


Monday, June 27, 2011

Semoga..

Di lubuk hati terdalam, mungkin tak seharusnya aku ungkapkan.
Ingin rasanya salah satu keponakanku masuk SMA Negeri 2 Bandung, sekolah tercintaku dahulu. Selagi guru-guru yang aku kenal masih mengajar disana.
Terlalu sentimentil mungkin. Tapi setidaknya aku bisa tahu tentang keadaan keponakanku kelak dari guru-guru yang sampai sekarang masih berhubungan baik denganku.
Tapi tetap saja. Sekolahku adalah ceritaku. Keponakanku punya ceritanya sendiri.
Walau kuberharap cerita kita sama. Tapi aku sadar, Alloh jauh lebih tahu.
Semoga...

dan akhirnya keponakanku gak masuk ke SMA ku. Tak apa. Aku masih bahagia.Dan semoga bisa menggapai cita2nya. aamiin.


Tuesday, June 21, 2011

Modern Family, Castle, Criminal Minds -- A Must!

Sudah lama juga ga nulis tentang film atau serial televisi ya, ternyata. Baiklah, aku coba lagi nulis serial televisi (Amerika) yang rutin dan wajib aku tonton. Walau di Palembang sini aku gak punya tv kabel, aku tetap mengikuti serial-serial favorit aku. Thanks to internet dan lapak dvd bajakan!

Tiap browsing internet biasanya berujung di Empire Disc, Setra Sari Bandung. Lokasinya deket dengan rumahku, koleksinya banyak dan yang jaga pengetahuan filmnya lumayan oke. Sebetulnya ada banyak serial tv yang aku tonton, dimulai dari Spartacus (penuh darah, ketelanjangan dan cerita yang membosankan), Son of Anarchy (cerita gang bermotor dengan segala intriknya, cukup menjanjikan), CSI Vegas season 11 (sudah jauh kualitasnya dibanding season awal) dan lainnya. Tapi sudahlah. Aku bukan akan menceritakan serial2 tadi. Aku akan menceritakan 3 serial yang saat ini tak bisa aku lewatkan.

Modern Family.
Serial ini merupakan serial terbaik Emmy Award 2010 di season pertamanya! Menceritakan keluarga Amerika modern. Detail pilot, karakter dan casting bisa dilihat tautan wiki ini. Penulis naskah serial ini jenius. Dialognya sangat lucu sekaligus pintar. Sumpah, mengetiknya saja membuat aku merinding. Serial ini menceritakan keseharian keluarga normal, dan karakter yang tidak mengawang-awang. Satu hal lagi yang aku hormati adalah: tidak ada ketidaksenonohan di serial ini. Memang ada pasangan gay Cam dan Mitch. Tapi tidak ada ciuman berlebihan, ketelanjangan, umpatan kasar disini. Sebuah hal yang menyenangkan setelah kita diracuni serial semacam Weeds, Hung, Californication, dan lainnya.
Wajib tonton! Serial ini baru menyelesaikan season dua bulan kemarin.

Castle. Kalau yang ini agak lebih senior setahun. Sudah season ke-3. Awalnya aku mencari serial ini lebih karena disebabkan: Nathan Fillion. Ya, aku penggemar berat film Serenity dan serial Firefly yang dengan sadis dicut begitu saja di season pertamanya. Penasaran akan jadi apa dia di serial ini setelah sukses menjadi Kapten Malcolm Reynolds.
Ternyata walau bukan serial sci-fi, Nathan Fillion di serial ini masih mengusung karisma dan daya tarik yang sama. Serial ini menceritakan Richard Castle, seorang penulis novel detektif yang playboy,
celeb-like, sekaligus family man. Berkat koneksinya dengan sang walikota, dia diberi privilege untuk menguntit keseharian detektif Kate Beckett dan timnya dalam menumpas kejahatan kota New York. Chemistry Castle-Beckett di serial ini luar biasa. Dialognya cerdas. Peran duo detektif Esposito-Ryan yang selewat hanya seperti tempelan, pelan-pelan menjadi pelengkap yang tak bisa diabaikan. Selain di lingkungan kantor polisi, hubungan Castle di rumah bersama ibunya yang artis dan anaknya yang sangat normal juga baik hati menjadi bumbu yang menyenangkan.
Terus terang aku seringkali terhanyut hubungan romance/not romance Castle-Beckett. Superb!

Criminal Minds.
Yang ini samasekali bukan komedi. Dari judulnya saja kita sudah tau. Menceritakan BAU (Behavior Analysis Unit) memecahkan kasus yang mayoritas tentang pembunuhan. Beda dengan CSI yang mengandalkan evidence alias barang bukti, serial ini menganalisa pola pikir dan latar belakang si pelaku.
Unit ini terdiri atas Hotchner "Hotch" sang pimpinan yang sangat serius. David Ross, pejabat senior yang dipanggil menggantikan Gideon. Ross ini salah satu favoritku, tenang, pintar sangat mengayomi timnya (siapa sangka karakter ini diperankan Joe Mantegna si penjahat bodor di Baby's Day Out). Derek Morgan si spesialis pereka kejadian dan sahabat karibnya, si ahli IT nan menor, Penelope Garcia. Perbincangan Derek dan Garcia ini seringkali seperti sedang pacaran. Hiburan di tengah-tengah percakapan serius dan kejadian menegangkan. Dua agent perempuan Emily Prentiss yang agresif dan JJ Jareau yang bertindak semacam PR.
Yang terakhir adalah favorit aku, bayi ajaib FBI, Dr Spencer Reid. Walau masih muda, dia seorang doktor di bidang matematika, kimia dan engineering. Juga gelar bachelor di bidang psikologi dan sosiologi. Punya ingatan photographic dan memiliki kemampuan membaca sangat cepat.
Serial ini sudah menamatkan 6 season. Menonton serial ini membuat aku seolah-olah bisa menerka pikiran orang. Hahaha.

Ada yang punya TV series yang recommended? Tapi jangan serial Korea ya! *wink*

Monday, June 20, 2011

What A Party!!!

Hari ini seperti biasa aku datang ke kantor di pagi hari. Jam 6.45 aku sudah duduk di meja.

Tepat jam 7, tiba-tiba saja terdengar musik sangat keras dari arah belakang kantor. Lagunya tak jelas. Campuran dangdut, koplo, house music, dan entah apa lagi. Dentuman bass yang dahsyat walau agak pecah. Ah, sial!!

Dugaanku, pasti rumah di belakang mau ada hajatan. Tapi apa iya harus sebising ini? Dan apa memang party dimulai sepagi ini. Sayangnya aku gak bisa melihat keseluruhan panggung dari jendela kantor. Tapi aku bisa melihat tumpukan speaker yang ada di bagian belakang panggung. Pantas saja volumenya bikin sinting.

Musik berjalan non stop. Akhirnya sekitar jam 9 di sela-sela musik monoton itu muncul suara bapak-bapak: "Mohon maaf kepada warga dan tetangga, kami sedang mengadakan pesta ulangtahun anak kami sekaligus syukuran kelulusannya!"
Oooo.. akhirnya jelaslah apa judul pesta ini, hehe. Pengumuman itu berlanjut dengan nyanyi silih berganti, seperti karaoke, tapi iramanya sama: remix dan house music gak jelas itu. Tak peduli apa lagunya, yang penting pake efek. Ada yang nyanyi lagu Tirai (Rafika Duri) dengan irama house music. Terbayang kan betapa tersiksanya kantor kami hari ini?

Makin sore musik tak ada tanda-tanda berhenti. Bahkan adzan pun tak membuat pesta itu menghentikan bunyi musiknya. Benar-benar aneh. Akhirnya aku tak tahan, ingin melihat bagaimana sih, pesta yang berisik ini sebenarnya. Aku naik ke atap kantor ku di lantai 3. Dan aku terkejut dengan apa yang aku saksikan. Amazed, heran, lucu, kasian bercampur aduk. Orang-orang berkumpul tua muda, berjoged menggeleng-gelengkan kepala seperti goyang tripping jaman dulu. Gosh!! Seperti pemandangan clubbing entah di kampung mana. Bahkan ada yang sambil minum (seperti) minuman keras. Sumpah, pesta kelulusan yang sangat aneh. Di hari Senin pula!

Ini yang aku liat di atap barusan:


Friday, June 10, 2011

Kembali ke Ciamis

Libur awal Juni kemarin kami,--aku dan keluarga-- sudah merencanakan pergi ke Ciamis. Kampung halaman Apih, ayahku. Dulu, zaman aku kecil, SD sampai SMA nyaris setiap tahun kami pergi kesana. Tapi akhir-akhir ini tak begitu lagi. Apalagi semenjak kepindahan lokasi kerjaku di luar Jawa. Hal itu diperburuk dengan meninggalnya Ma Anah, nenekku. Rumah yang tidak terurus lagi membuat aku tak lagi merasa harus pergi kesana. Padahal begitu banyak kenangan aku dan keluargaku disana.

Kira-kira setahun yang lalu, pamanku, Mang Yayat, adik Apih, memutuskan hijrah ke Ciamis. Asalnya Mang Yayat dan Bi Dede, isterinya tinggal di Ciparay, Bandung. Tak terbayangkan olehku, harus pindah dan banting stir di masa tua seperti beliau. Mang Yayat dan Bi Dede sebelumnya bekerja di industri konveksi. Sekarang di Ciamis menjadi petani, mengurus sawah dan balong (kolam) ikan disana.

Hal inilah yang membuat amih, apih, aku dan kakakku berencana ke Ciamis lagi. Selain ingin nengok mereka, juga kangen juga sama Ciamis. Walau aku sampai di Bandung jam 2 dini hari, aku tak peduli. Pagi harinya aku sudah bangun dan bersiap2 menyetir kesana. Total yang pergi enam belas orang, Apih, Amih, kakak-kakakku dan keponakan2ku. Awalnya kami, tiga mobil beriringan, t
api selanjutnya kami saling susul menyusul hehe.

Macet di sekitar Nagreg menyebabkan aku sedikit terkantuk. Jam setengah dua kami sampai disana. Langsung makannnn!!! Dan yang paling menyenangkan adalah: rumah kami yang sempat terlantar kini sangat rapi dan bersih. Terimakasih Mang Yayat dan Bi Dede. Selanjutnya kegiatan kami hanya bermalas-malasan. Tak ada aturan. Mau makan lagi, silahkan. Mancing, tinggal nongkrong di depan balong. Atau sekedar ikut nimbrung tukar cerita Apih dan adiknya juga menyenangkan. Tapi aku akhirnya memilih tidur. Capek yang tadi sempat terlupakan ternyata datang lagi, menuntut untuk dipuaskan.

Bangun tidur aku langsung mandi, Ciamis memang panas dibanding Bandung. Selanjutnya aku langsung mendatangi keponakanku yang ternyata disuruh nyari kijing (sejenis kerang air tawar ukuran besar). Tapi dasar anak kota, mereka hanya dapat sedikit, berbeda dengan sepupuku yang memang asli orang sana yang sudah mengumpulkan seember penuh. Sisanya mereka lanjutkan dengan acara saling dorong dan saling siram air balong. Pamanku sempat memarahi mereka. Aku sih malah mendukungnya. Andai aku seumur mereka aku juga akan melakukan hal yang sama hehe.

Selepas maghrib kami makan lagi tentunya! Makan ikan tangkapan tadi. Kecuali aku. Aku gak pernah suka ikan tawar. Dilanjut maen kartu
beramai-ramai. Dan anehnya selepas maghrib banyak banget tukang jualan yang datang ke pintu rumah kami. Tentunya kami gak keberatan, kami beli macam-macam gorengan, bajigur, daaaannn CILOK!!! Cilok disini aneh banget. Dalemnya oncom. Bumbunya ada tiga macem. Sambel saos, Bumbu atom (sejenis bumbu indomie)--yang langsung aku singkirkan, yakk! MSG sekali, dan yang terakhir adalah: bubuk cabe yang pedes!! Enaaaakkk!!

Kami tidur bergelimpangan di ruang tengah,
hanya beralaskan tikar dan karpet. Bantal pun rebutan tentunya. Untungnya cuaca agak dingin. Tapi, sialnya pas bangun badan aku bentol-bentol kena serangga, katanya sih marengmang, sejenis kutu kecil yang aku sendiri gak pernah liat bentuknya. Bentolnya menyebalkan, rasanya perih seperti terbakar, lama kelamaan keluar bulatan merah dan gatal. Sialnya kalau digaruk, malah jadi perih!

Pagi-pagi aku memaksakan diri ke alun-alun kota Ciamis. Aku sakaw Kupat Tahu. Tapi sialnya, gak ada yang enak disana. Selepas jum'atan kami pulang ke Bandung. Oiya, sholat jum'at disana aneh. Super berisik oleh suara anak-anak kecil yang berantem dan nangis. Apalagi pas AAMIIN, busett serasa nonton konser! Hahaha.

Syukurlah perjalanan pulang tanpa macet. Alhamdulillah kami semua senang! Ciamis.. tunggu ya, Insya Alloh kami akan kembali lagi!

(oiya sialnya kameraku ketinggalan di Bandung, jadi gak bisa posting fotonya, menyusul ya!--> yes!! sudah!)

Wednesday, May 11, 2011

Benci No More.

Wow dua postingan di hari yang sama! Padahal kerjaan masih banyak. Gak peduli ah. Hehe.
Minggu kemarin aku belajar mengenai :Benci.

Sebuah kata yang sangat berbahaya. Benci selintas memang hanya sebuah pikiran buruk belaka. Kemudian aku merasakan hal lain. Ternyata membenci orang yang kita kenal apalagi saudara itu sangat menyakitkan. Sampai akhirnya aku menyimpulkan kalau membenci itu sebuah hal yang buruk. Untuk yang dibenci maupun yang membenci. Membenci sesuatu yang pernah terjadi pada kehidupan kita pun ternyata sama menyakitkannya.

Dan aku belajar hal lain.
Aku salah menerjemahkan tak bicara, bertegur sapa seperlunya sebagai benci.
Aku salah.
Tak selamanya begitu.
Aku bersyukur orangtuaku mengajari aku untuk tidak membenci.
Benci mungkin hanya boleh digunakan untuk perbuatan yang memang dibenci Alloh.
Terimakasih telah mengajari saya begitu, wahai orangtuaku tercinta.

Terimakasihku Untuk Blogspot

Dahulu kala aku gak yakin apa tujuan aku menulis blog ini. Mungkin sekedar ikut-ikutan saja, mungkin hanya untuk ajang narsis atau penghalau bosan.

Tapi sekarang. Detik ini. Aku bersyukur telah menulis ini. Blog ini hanya secuil saja di keriaan belantara perjalanan hidup. Aku merasa tumbuh bersama si tentanghijau ini. Bahkan blog ini kemudian melahirkan blog lain, yang mengisahkan kisah lucu salah satu sahabatku.

Tak jarang aku membaca kembali blog ini. Seperti orang lain membaca buku harian, mungkin. Anehnya, aku masih ingat apa latar belakang, kejadian dan suasana hati ketika tiap2 tulisan itu aku buat. Aku pernah menghapus artikel yang aku buat, karena takut menyinggung orang lain. Sekali lagi, aku memang tumbuh bersama blog ini. Blog ini menyenangkan, karena aku bisa mengoreksinya kalau salah. Andai hidup bisa seperti itu ya. Hahaha.

Terus kenapa tiba2 aku jadi menulis postingan ini ya?? Aku hanya mau bilang. Tuhan benar-benar telah memberikan jalan terbaik buat aku. Segala ceracau, curhat yang pernah aku tulis dulu mungkin saja diceritakan dengan pedih dan penuh air mata. Tapi sekarang? Aku bisa tertawa keras mengingat betapa gak pentingnya kesedihan itu kala membacanya kembali.

Sekarang aku yakin apa tujuan membuat blog ini. Untuk aku sendiri. Agar aku menjadi lebih baik. (Mohon maaf jika ada yang tersinggung dengan isi blog ini, kalau ada yg keberatan tulis komen aja ya..*cheers*)

Tuesday, May 10, 2011

Hari yang Berbahagia

Akhirnya hari ini pun datang juga. Hari yang dipersiapkan jauh-jauh hari dengan pikiran penuh.
Hari itu, 8 Mei 2011, hari penting buat adikku, Dhyah Muthmainnah, temankku Dieky Ahmad Sodik, dan guruku, orangtuaku, sekaligus sahabatku, Toto Utomo.
Hari itu, adikku dan temankku menikah, menjalani hari pertama sebagai suami isteri.
Hari itu pula, sebagai tonggak akhir tugas seorang ayah buat orangtuaku.
Alhamdulillahirobbil'alamin, puji syukur kepada Alloh SWT yang tak henti mencurahkan kebahagian kepada kami.
Selamat berbahagia semuanya...
Segala kebaikkan Insya Alloh tercurahkan buat kalian semuanya..


Thursday, February 17, 2011

Memori di Minggu Pagi

Apih--bapakku, dulu adalah seorang pembeli kaset yang lumayan masif (saya gak bilang kolektor soalnya, saya gak yakin dipelihara atau engga). Kaset-kasetnya disimpan di tempat tidur miliknya yang terbuat dari jati, berat dan ada semacam laci besar menyatu. Kebanyakan kasetnya, tentu saja kaset penyanyi tahun 70 dan 80an. Dan semuanya penyanyi Indonesia. Seingatku gak ada satu pun kaset barat dalam tumpukan yang banyak itu.

Dari sanalah aku tahu dan familiar dengan Koes Plus, Bing Slamet,Lilis Suryani, Dara Puspita, Bob Tutupoly, Emilia Contessa, Lex Trio, Deddy Dores, Ervina (OMG, kemanakah dia?), artis-artis JK Records seperti Ria Angelina, Dian Pisesha, Rahmat Kartolo, Meriam Bellina, Heidy Diana dan banyak lagi.

Aku baru tersadar, mungkin juga hobby aku membeli kaset (dan CD sekarang) memang turunan dari beliau. Hemm...entahlah. Karena apih suka membeli kaset, kalau aku pergi sama-sama, beliau seringkali mengabulkan keinginanku untuk membeli kaset. Bahkan kaset seringkali jadi hadiah buatku dan kakakku di momen spesial seperti ulang tahun atau hadiah tamat puasa. Kasetnya tentu saja kaset anak-anak.
Tidak semua koleksi Apih aku sukai, contohnya Ellya Kadam dengan lagu Boneka Cantik dari India-nya. Lagu itu terdengar lucu di telingaku dan seringkali aku olok-olok, hehe. Kaset-kaset yang tidak aku sukai dan tidak aku kenal seringkali jadi sasaran aku dan kakakku untuk dijadikan kaset rekaman. Ya, aku pake kaset itu untuk merekam lagu di radio atau aku pake untuk merekam suaraku sendiri. Hahaha.

Apih punya kebiasaan menyetel kaset itu sebelum tidur dan setiap hari minggu pagi-pagi. Tape di rumahku ada yang portable dan ada juga yang sengaja Apih sambung ke speaker di ruang tengah. Nah, ritual setel kaset minggu pagi dimulai selepas sholat Subuh. Tapi biasanya kalau subuh bukan kaset tapi mendengarkan ceramah di radio. Karena suaranya keras seringkali membuat kita bangun, tapi kemudian tidur lagi. Amih dan Apih gak pernah marah kalau kita bangun siang di hari Minggu, asal sudah sholat subuh.

Sadar atau tidak, walaupun seringkali kita mendengarnya seperti "terpaksa". Kaset-kaset itu mengisi relung memori sampai sekarang. Lagu-lagu di kaset itu sering menjadi topik pembicaraan aku dan kakakku sekarang. Dan di zaman digital ini, aku kemudian mencoba mencari-cari lagu tersebut sekarang. Satu album yang tak pernah aku lupa adalah Koes Plus album Melayu. Genre lagunya campuran pop, keroncong dan dangdut jadul menurut aku. Album itu ada 4 volume. Aku menemukan kesemuanya disini.

Sayangnya aku gak menemukan lagu sejenis yang aku lupa judulnya, liriknya: Angin bertiup sepoi-sepoi ..(lupa lagi hehe). Kayaknya harus lebih giat searching lagi. For (good) ol' time sake! hehe..


Thursday, January 27, 2011

Tautan 8

Dapet tautan dari de Annur nih. Lucu juga. Sudah lama banget gak gini-ginian. Serasa jaman friendster, nulis di testimoni. Hahay. Jadul, tapi ternyata emang kangen juga. Baiklah aku coba.

Aturannya kaya gini cenah:

  • Thank and link to the person who awarded me this award.
  • Share 8 things about myself.
  • Pay it forward to 8 bloggers that I have recently discovered.
  • Contact those bloggers and tell them about their awards.
Makasih de annur, sudah ngundang a dodi. Link nya udah di atas.

Hemm 8 hal tentang pribadi sendiri ya? haha... baiklah..

Pertama, Saya terlahir dari keluarga PNS, tapi bukan pejabat. Jadi hidup sederhana, tinggal di Perumnas. menyenangkan. Kehidupan dahulu seringkali kita (saya, kakak2 dan teman2) kenang dan kita tertawakan sekarang. Seperti antri air bersih di pompa manual kompleks, tegang kalau ada imunisasi di sekolah, kerja bakti RW, atau kejadian lainnya.

Kedua, I love people. People tak pernah sederhana, selalu multi dimensi. Saya tak percaya ada orang yang selalu jahat. Saya belajar banyak dari yang namanya manusia. Hal itulah yang membuat saya (Insya Alloh) tidak membenci orang berlama2. Selalu ada kebaikan dalam diri manusia. Besar kecil hanyalah metriks yang dibuat oleh manusia sendiri.

Ketiga. Saya suka tergelitik untuk mengetahui keadaan sekitar. Berita tentang keluarga, lingkungan, teman, saudara, negara, dan sebagainya. Makanya saya suka membaca koran, browsing atau sekedar tanya2. Pertanyaan saya kadang dianggap tidak lazim buat sebagian orang. Misalnya kalau baru kenal, suka nanya, siapa nama orangtua, dulu sekolah SD, SMP, SMA dimana? dsb.

Keempat, Ingatan saya tentang masa lalu seringkali tajam. Kejadian waktu kecil, masa SD, teman2 SMP, SMA maupun kuliah. Tapi sayangnya ini tidak berlaku untuk pelajaran sekolah. Damn! Haha.

Kelima, Sama kaya de Annur, saya tidak terlalu bisa dan biasa mengekspresikan sayang terhadap orang lain, bahkan keluarga sekalipun. Aku --bisa dibilang-- bodoh, dalam hal ini. Tapi Insya Alloh rasa sayang saya terhadap mereka tak pernah padam.

Keenam, In loooovee with history and culture. Kalau jalan2 ke tempat baru, dua hal ini yang biasanya saya lihat terlebih dahulu.

Ketujuh, Menu favorit saya adalah nasi putih. Selama ada nasi putih saya gak terlalu pusing dengan makanan. Tapi kalau di tempat yang ga ada nasi putih saya masih tetap bisa bertahan kok, cuma kaya ada yang kurang aja hehe.

Kedelapan, Suka nonton film, TV shows, musik. Dan sialnya suka nyebar jadi pingin tahu informasi di sekelilingnya, seperti berita film dan bintangnya, fashion, awards, gadgets dan sebagainya.

Hah...gile, cuma delapan tapi serasa seratus. Susah mikirnya hahaha.

Tugas berikutnya forward ke delapan blogger ya. Waduh kayaknya ga ada sebanyak itu deh. Saya menugaskan: Air, yang suka jadi pengingat dan motivator untuk nulis di blog hehe, Tari, my high school classmate yang sudah lama banget ga nulis blog. Terus Teh Mira, si jenius yang unik. Cep iyang, si calon pengantin baru yang banyak kegiatan. Cep Anto, bujang melankolis penggemar jengkol dari preman Dayeuhluhur. Pebe Subarkah, my brother in crime. Jeng Novi, missus pedamba kehamilan. Waduh kurang satu lagi ya.. itu buat kalian, siapapun yang membaca blog ini :)



Tuesday, January 25, 2011

Aku dan Nonton.

Lagi banyak kerjaan. Pusing. Anehnya kalo lagi gini ingatan suka bergerilya menggelitik kenangan masa lalu. Baiklah, sebelum kehilangannya, aku mulai coba menuliskannya.

Kadang aku suka bernostalgia menelusuri postingan blog ini. Ternyata dulu aku sering nulis hasil review nonton film, entah TV Show entah film, baik itu DVD maupun nonton di bioskop. Sekarang-sekarang aku bisa dibilang gak pernah nulis lagi review film, entah kenapa, padahal kegiatan nonton masih tetap aku lakukan. Hehe. Baiklah. Suatu saat nanti akan aku coba nulis review kembali. Kali ini, aku coba nulis histori perjalanan nonton film sejauh yang aku ingat.

Dulu, amih suka ngajak nonton sekeluarga, apalagi kalau pegawai negeri tiap hari Korpri dikasih hadiah tiket nonton film di bioskop. Kami sekeluarga nonton film Vanda theatre (sekarang sudah ga ada, berganti gedung Bank Indonesia). Aku agak lupa judul dan jalan ceritanya. Yang pasti itu film horror Indonesia yang menyeramkan. Dibintang Lenny Marlina. Saking takutnya aku sampai pelukan sama kakakku pas hantunya muncul.

Pemberontakan G30S/PKI. Saat aku SD semua siswa wajib nonton film ini. Padahal kalau dipikir2, film ini gak cocok buat anak-anak. Adegan kekerasannya parah banget. Tapi entahlah, alasan politis kayaknya. Hehe. Aku nonton pas kelas 1!! Naik angkot charteran ke Palaguna. Sebetulnya yang wajib nonton kakak2ku yang saat itu kelas 5. Cuma aku pingin ikut hehe. Amih juga ikut. Pas diangkot aku duduk dipangkuan bu Mia samping pak supir.

Suci Sang Primadona. Film ini sangat melekat di benak aku. Padahal aku nonton pas kelas 5 SD. Nonton di TVRI. Film ini dibintangi Joice Erna dan Rano Karno. Kalau ada yang punya DVD nya aku beli ya...

Penyesalan Seumur Hidup. Film yang dibintangi Dewi Yull dan Cok Simbara. Thema nya aneh. Cari di google aja ya. Tapi aku tonton bareng Novar dan Yepi, yang kala itu bareng SD. Aku tonton di video, di rumahnya Novar. haha.

Kala aku SD, film-film yang mendominasi memang film Indonesia. Bahkan kalau menjelang anugerah penyerahan Piala Citra, aku suka tebak-tebakan pemenangnya sama temenku.

Ngomong-ngomong tentang video, saat aku SD-SMP adalah hiburan mewah. Nyewa filmnya suka di video rental atau tukang video yang suka ngider ke rumah-rumah. Kaset video Beta warnanya hitam, kemudian ada suruhan pemerintahan untuk mengklasifikasi berdasarkan rating. Jadi ada yg warna hijau (semua umur), biru (13 tahun keatas) dan merah (17 tahun keatas). Film yang sering aku sewa adalah Cartoon Classics, Robot Jepang (Google V, Sharivan, Gaban, dsb), film kaset merah yang paling aku inget adalah Indiana Jones, Temple of Doom.

Hook. Biasanya aku selalu nonton barengan keluarga kalau ke bioskop. Nah, film tentang Peter Pan dewasa ini film yang pertama kali aku tonton sendiri. Aku tonton pas kelulusan SMP di Empire, Bandung Indah Plaza.

Honey, I Blew Up The Kids. Sequel dari Honey, I Shrunk The Kids. Film yang aku tonton bareng temen2 kelas 1D di SMA 2 Bandung.

Bioskop favorit aku masa kuliah adalah Nusantara Theatre di Alun-Alun. Lokasinya enak, deket keramaian, murah, ada ruang tunggu berAC, konsumsi bebas (bisa beli di luar mana aja), biasanya aku makan bala-bala dan teh kotak. Oiya, Nusantara juga WC nya di dalam bioskop, jadi gak takut ketinggalan fim kalau ke belakang. Banyak film yang aku tonton disana, diantaranya: Speed 2, Godzilla, Dangerous Minds, Petualangan Sherina, Space Jam, Home Alone 3, dan banyak lagi.

Ransom. Film yang sangat ingin aku tonton kala itu. Tapi entah kenapa, suka gak sempat. Akhirnya film itu gak diputar lagi di bioskop utama (Empire, Regent, Galaxy, Studio 21, Kiara, Nusantara--kala itu belum ada Ciwalk, BSM, apalagi Blitz). Film Mel Gibson itu akhirnya diputar di Palaguna, saya sampai rela bolos kuliah demi nonton film ini. hehe.

Saat kuliah, saya pernah ikut kuis acara Cinema-Cinema di RCTI dan menang! Hadiahnya free tiket sebanyak 10 tiket untuk nonton di bioskop 21 yang ditentukan di awal pengambilan. Aku memilih Empire. Tiket itu saya pakai sendiri dan ada juga yang dibagikan ke teman. Berkat tiket gratisan ini saya menontonn filmnya Adam Sandler, Big Daddy sampai dua kali (di waktu yang berbeda).

Di masa kuliah, saya sempet masih dapet tiket gratis ulang tahun Korpri dari Amih. Kali ini kita gak nonton barengan. Ternyata tiket gratisan Korpri ini bikin sebel. Soalnya kita ga tahu film apa yang akan main sampai kalau kita sudah duduk di dalam bioskop. Dan film yang aku tonton adalah filmnya Van Damme (lupa judulnya) di Majestic, Braga. Dan Rini Tomboy di Dallas. Film terakhir aku tonton bareng Candra haha.

Satu lagi bioskop yang berkesan buat aku adalah Kiara 21. Bioskop ini ada di Kiaracondong, yang jaraknya sangat jauh dari rumahku di Sarijadi. Tapi demi nonton murah, jarak itu aku tempuh. Apalagi ada bis damri jalur baru di Sarijadi ke Kiaracondong yg tepat berhenti di depan bioskop itu. Film yang aku tonton disana adalah: Jumanji, Goldeneye, dan banyak lagi. Pernah aku nunggu bis damri datang selama satu jam, belum lagi perjalanan pulang yang bisa satu jam pula.

Antrian film yang paling menyebalkan adalah, antrian Lord of The Rings, Return of The King di BIP. Film main jam 23, tapi antrian sudah sampai mengular dari jam 3 sore. Aku yang datang ba'da Maghrib tentu saja gak kebagian. Hiks.

Acara nonton teraneh adalah Matrix Reloaded. Aku nonton di Nusantara. Film mulai main jam 18.00 jam 18.15 aku keluar bioskop untuk sholat Maghrib ke Mesjid Agung, Jam 18.40 balik lagi ke bioskop. Aku yakin ga akan ngerti alur ceritanya. Jadi sebelumnya aku beli tiket untuk yang jam 20.00. Jadi setelah film itu berakhir, aku gak keluar bioskop. Lanjut lagi nonton jam 20.00 terus jam 20.40 keluar dan pulang. Aneh memang. dan tentunya pontang panting, soalnya jarak bioskop-mesjid lumayan jauh. Haha.