Tuesday, March 17, 2009

Deep

Drowned.
Dark and Deep.
Lucky I'm surrounded by great people.
Alhamdulillah.

Tuesday, March 03, 2009

Joko oh Joko

Ketika pertama aku bertugas di Medan ini, teman aku, Fika mengenalkan aku dengan Ayam Penyet Joko Solo di Jl. Dr. Mansyur. Ketika itu pula aku langsung tahu, aku suka sekali makanan ini, aku pun suka tempat ini, bahkan aku suka juga Jl. Dr. Mansyur ini. Selain memang banyak tempat makan, jalannya juga bersih.
Tapi sayang, jalan itu agak jauh dari tempat kerjaku di Jl. Diponegoro, yang artinya jauh juga dari tempat kostan aku (sekarang) di Jl. Cik Ditiro atau kampung keling. Di deket kost aku sebetulnya banyak orang jualan makanan sih. Ada Lontong Kak Lin dan ada juga penjual roti cane “Sabbas”.
Lontong Kak Lin sudah membuat aku bosan, karena memang sangat dekat dengan kostan aku, tinggal jalan. Jadi hampir tiap weekend aku makan disana, sayangnya lama2 terasa membosankan dan mahal, apalagi jika dibandingkan dengan jualan serupa di sekitarnya. Roti cane “Sabbas” juga sudah mulai aku tinggalkan, karena kari-nya seringkali dingin dan mengental. Padahal roti canenya enak banget, hanya beda sedikit dengan roti cane di Madinah dulu. Menjelang malam, mulailah bermunculan orang-orang jualan, terutama di dekat Jl. Zainul Arifin. Too bad, aku agak segan makan di pinggir jalan di kota Medan ini. Gosh, banyak pedagang yang terkesan jorok. Sampah dibuang seenaknya. Jalanan becek, satu lagi yang bikin ilfeel adalah gotnya yang selalu tergenang air, padahal di Medan sekarang ini jarang hujan.
Alternatifnya makan di mall, yang selain mahal juga kayaknya gak bagus buat badan deh. Kadang2 memang aku naik bentor (becak motor) ke Merdeka Walk, tapi disana pun sama saja, harga mall, bow. Kayaknya aku harus lebih giat explore lagi nih.
Disaat hari dimana aku puasa, aku suka menyengaja kembali ke si Joko Solo di Jl. Dr. Mansyur itu. Aku suka teringat ayam penyetnya yang lembut dan pedas, ditambah sate kerangnya yang garing. Sialnya aku gak tau jalan. Jadi harapan satu2nya ya si bentor itu. Kamis minggu lalu aku berniat kesana sepulang kantor. Aku bertemu dengan tukang bentor yang malah bertanya, Jl. Dr Mansyur itu dimana, yey meneketehe. Aku cuma tau bentuk jalannya, tapi kalo dari kantor ke sana agak2 lost gitu. Syukurlah aku akhirnya sampai juga disana, tanpa basa-basi langsung aku habiskan seporsi ayam penyet, 3 tusuk sate kerang dan tiga botol frestea green. Ya, tiga botol!
Hari ini aku kembali ingin ke Joko Solo. Cuma kalo bisa pingin yang lebih deket. Akhirnya aku tanya ke temen. Mereka bilang ada di Jl. Gajah Mada. Hmm..jalan itu kayaknya gak terlalu jauh dari kantor deh. Berangkatlah aku dengan mencegat sebuah bentor. Si bapak dengan pede tahu tempatnya, aku memperingatkan kalo aku gak tau jalan dan sangat mempercayai si bapak. Setelah melalui jalan macet sampailah aku di perempatan Iskandar Muda-Gajah Mada, dan jreenggg..si bapak menunjukan sebuah tempat makan bertuliskan Ayam Bakar Surabaya!! Jelas bukan lah!
Aku pun turun, memutuskan mencari tahu ke orang di daerah sana. Berhubung macet, aku kemudian jalan lumayan agak jauh, mudah2an ketemu plang si Joko Solo itu. Nihil. Aku pun memutuskan bertanya sama seorang satpam. Oh, Joko Solo! Terus aja, setelah gallon (pom bensin) sebelah kanan, naek bentor aja lagi. Akhirnya aku pun menurut. Si sopir kali ini bilang kalo disini gak ada yg namanya Joko Solo, yang ada juga Wong Solo. Damn! And he’s right. Dia bilang kalo Joko Solo yang deket itu ada di daerah x (aku lupa), ya udah deh aku nurut. Dia bilang kalo aku penasaran, dia mau nganterin ke ujung Gajah Mada yg sebaliknya. Aku yg memang penasaran juga, mengikuti sarannya. Dan hasilnya memang gak ada, yang ada Papa Rons Pizza, KFC dan Gramedia. Huh! Yah, sudahlah aku pasrah mengikuti si tukang bentor ini. Mana sudah adzan lagi!
Sambil jalan si bapak menceritakan tentang si Joko Solo ini, katanya dulu tokonya kecil di tempat ini (sambil menunjuk sebuah warung di pinggir jalan). Dan kemudian dia parkir di sebuah tempat makan bertuliskan “Ayam Penyet Surabaya”. OH TIDAKKKKK!!! Bapak ini mengerti gak sih kalo Solo dan Surabaya itu jauh!!! Dan kenapa sore itu aku selalu bertemu dengan tempat makan bernama “Surabaya”. Ahh..grrrr..daripada lapar aku memutuskan untuk makan di tempat itu. Walhasil memang jauh rasanya dengan si Joko ituh!!!!
Cepat habiskan, dan pulang ke kostan!!