Aku sangat menikmati keseharian di kota Fes. Setiap pagi kami duduk di taman kota yang hangat sambil mengamati burung yang banyak berkeliaran disana. Kami juga melihat penduduk kota yang berlalu lalang di taman itu. Sore harinya kami berkeliling mengamati etalase toko-toko yang menarik. Dari mulai toko baju, buku, dan tentu saja toko makanan dan toko souvenir. Ada sebuah toko souvenir yang dikelola oleh suami isteri warga negara Amerika. Disana pula lah kami bisa menggunakan bahasa Inggris dengan leluasa. Hahaha.
Walau betah, sayang juga rasanya kalau hanya berdiam diri di kota itu. Agak sulit menemukan tour atau pengelola tour dengan tujuan keluar kota Fes. Kami berkeliling mencari biro travel tapi tidak menemukannya. Pasangan Amerika pun menyarankan kami untuk menyewa mobil. Karena bingung, akhirnya kami pun menelepon Amin yang kami temui di kereta dari Tangier. Lalu kami mengunjungi kawasan Middle Atlas. Amin sebagai guide amatir ditemani seorang sopir. Kami mengunjungi kawasan pedesaan kaum Bedouin, kami masuk ke salah satu rumah mereka. Rumah itu sangat sederhana. Sebuah gua yang dipahat menjadi kamar. Didalamnya sangat dingin. Kami dijamu tuan rumah dengan segelas teh mint. Tuan rumah itu sendiri adalah seorang nenek yang sudah sangat tua, akan tetapi masih terlihat sangat sehat. Kabarnya di desa ini sehat-sehat, bahkan klinik saja sampai tutup saking gak lakunya.
Kawasan middle Atlas sendiri tidak terlalu istimewa menurut aku. Perjalanan dan pemandangan didominasi oleh kawasan padang rumput yang luas. Kemudian bertemu sebuah danau dengan banyak kuda dan keledai. Kami sempat sebal dengan ulah sang sopir yang membuat kami berjalan cukup jauh mencari mobilnya. Ternyata dia sedang bertamu ke penduduk desa untuk membeli telur dan hidangan semacam yoghurt yang rupanya mirip dedak cair.
Kami kemudian diajak ke sebuah hutan yang penuh dengan monyet. Turis lain sangat senang melihat monyet-monyet itu. Sedangkan kami melihatnya dengan sebal. Hahaha. Yang kayak ginian mah banyak di Bandung juga! Kadang kala padang rumput itu dihiasi banyak sekali bunga poppies. Kami minta berhenti untuk berfoto di hamparan bunga-bunga itu.
Keesokan harinya kami memutuskan untuk ke Meknes dan Volubilis yang menurut peta dekat dengan Fes. Tapi sekali lagi, kami kesulitan menuju kesana. Akhirnya kami tanya ke resepsionis hotel yang mukanya datar dengan kumis mirip Hercule Poirot. Tanpa jawaban dia langsung menelepon seseorang dan menyuruh kami untuk bersiap keesokan harinya.
No comments:
Post a Comment