Friday, April 19, 2024

Menuliskan Ingatan: (1989 - 1992) Dengan Siapa Kamu Berteman? Part1

Setelah lebaran kemarin, group whatsapp SMP dipenuhi canda tawa dan nostalgia seperti biasa. Lalu muncul ide untuk berhalal bihalal, setelah rencana bukber sudah terlalu terlambat untuk direalisasikan. Kami pun berhalal bihalal di hari lebaran kelima. Di group, yang daftar hanya 10 orang, tapi ternyata yang datang sekitar 14 orang.


Setelah berkumpul, pembicaraan kami sangatlah beragam, dari mulai masalah pengasuhan anak, pendidikan, masalah kesehatan, diet, aturan zonasi, hipnotis, peraturan izin usaha makanan, dan banyak lagi. Serandom itu, seramai itu. Aku, yang dianggap sebagai yang masih ingat kejadian-kejadian waktu SMP dulu, sering menyelipkan nostalgia di halal bihalal itu. Hal inilah yang membuatku menulis kali ini. Selagi masih ingat, selagi belum pikun, aku mencoba menuliskan guratan ingatan yang masih ada.


Di antara sebanyak itu topik pembicaraan, ada satu pertanyaan dari Eski, siapa teman2 yang akrab dulu waktu SMP, kamu mah pasti banyak sama teman perempuan yah? Naha, gak main ke rumah saya? Haha. Ditimpalin sama Sofyan, saya mah suka main ke Sarijadi, walau rumah di Cihampelas.

Aku coba ingat-ingat. Aku datang dari SD Sarijadi 5, sendirian. Jadi gak punya teman yang berangkat dari SD yang sama. Hal itu, seingatku cukup menakutkan. Sekolah dari komplek perumnas, ke "kota". Harus naik angkot, tapi gak punya teman. Masih teringat jelas ingatanku saat itu, di hari pertama penataran P4. Cukup gelisah, melihat kakak-kakak senior, yang menurutku, tingi-tinggi dan cakep-cakep. Terus melihat sesama murid baru kelas 1 SMP dari SD lain, yang mayoritas berkelompok, mungkin karena mereka satu sekolah dulunya. Aku saat itu hanya sendirian. Tidak juga diantar orang tua. Naik angkot Sarijadi - Ciroyom, berhenti di Karang Setra, dan jalan kaki ke Setiabudi. Pernah juga naik angkot jurusan Ledeng. Tapi jarang kulakukan, karena itu akan menguras uang bekalku yang tidak seberapa. Hal ini lumayan membuatku cemas.


Aku ditempatkan di kelas 1C. Untung saja, ada yang kenal, Andi (yang kelak akan satu kelas di SMA) dan Jajang. Mereka sama-sama tinggal di Sarijadi Blok 1 dengan aku. Tapi mereka dari SD Cilandak. Aku cukup mengenal mereka, terkadang kami bertemu di mesjid Al Hidayah. Tapi lantas aku sebangku dengan Yunus. Momen pertama di SMP cukup chaotic seingatku. Aku melihat-lihat dan menerka seperti apa teman-temanku ini. Saat itu perhatian guru sering tertuju pada empat murid di deretan bangku pertama. Lola, Indah, Agustina, dan Iva. Siswi-siswi dominan, pintar dan cantik di kelas. Agustina kebetulan terpilih menjadi Ketua Murid. Dia galak, seingatku. haha. Berteman di kelas 1C cukup menyenangkan saat itu, aku terpilih menjadi seksi olahraga, sesuatu yang tidak aku mengerti. Atletis pun tidak, kok bisa terpilih haha. 

Event porseni antar kelas, merupakan kegiatan yang monumental saat itu. Event ini mempertandingkan banyak jenis pertandingan. Bulutangkis, voli, menggambar, paduan suara, atletik lengkap (lari 100m, 200m, 400m, estafet, lompat jauh) dan bertempat di stadion Pajajaran. Selain itu ada juga lomba renang dan polo air di Karang Setra. Pembukaan porseni juga diawali lomba defile antar kelas. Kami bahkan memiliki kaos kelas masing-masing. Logo 1C dibuat Andi, yang memang jago gambar. Event yang luar biasa untuk level SMP, menurutku. Event itu menumbuhkan kekompakan dan juga perasaan deg-degan. Walau kelas kami kalah, karena memang kecil-kecil badannya. Haha. Event ini pula membuat aku jadi sasaran protes teman-teman yang tidak puas dengan pilihan aku saat penempatan atlet di masing-masing cabang olahraga. Misal, Iwan protes ditempatkan di lomba 400m. Sonny protes ditempatkan di lomba 200m. Yah... ini jadi pelajaran berharga buatku.

Momen lain yang menurutku keren adalah pelajaran keterampilan. Saat itu, pelajaran keterampilan tidak sama di masing-masing orang, walau dalam satu kelas. Kita dikasih pilihan paket yang mau diambil. Dan pilihan itu akan menentukan jenis keterampilan sampai kita kelas 2 SMP. Sebuah hal yang sangat modern dan way ahead of the times. Pilihan keterampilan yang dapat dipilih adalah: mengetik, ukiran, anyaman, tata boga, dan tata busana. Aku memilih kelas mengetik, dilanjutan dengan administrasi korespondensi di kelas 2. Nah, pada kelas keterampilan ini, kelasnya akan mengikuti jenis yang dipilih. Jadi aku akan bergabung bersama siswa lain yang memilih mengetik. Momen ini membuat kita lebih saling mengenal siswa kelas lain.

Di kelas 1 ini, aku masuk siang. Kelas dimulai pukul 12, dan pulang jam 5 sore. Hal ini juga lumayan membuatku terpaksa beradaptasi, karena selama SD aku selalu bersekolah di pagi hari. Waktu itu, walau aku sebangku dengan Yunus, tapi aku gak pernah main ke rumahnya. Karena memang jauh dari rumahku, di daerah Cisitu. Aku lebih sering main ke rumah Fadian (yang kemudian pindah ke Taruna Bakti di semester 2) di daerah kompleks NHI, Setiabudi. Atau di rumah Andi di deket rumahku di Sarijadi. Fadian dan Andi sangat jarang main ke rumahku, karena aku gak punya kamar sendiri. Jadi paling ngumpul di ruang tamu. Hal yang membuat aku minder atau insecure, istilah sekarang mah. Aku malu dan takut kalau ada teman-temanku yang mau datang ke rumah. Aku merasa rumahku gak bagus, gak punya mainan atau buku cerita untuk dibagikan bersama teman-teman. Perasaan minder itu padahal gak pernah ada sebelumnya pada saat SD. Padahal teman-teman SDku sering datang ke rumah.

Perasaan itu adalah sesuatu yang baru buat aku. Alhamdulillah bisa kuatasi bertahun kemudian.

Back to akrab dengan siapa. Di rumah Fadian, awalnya kita ngerjain tugas bareng. Tugas latihan drama bahasa Inggris kalau gak salah, Aku, Andi, dan Fadian kebetulan satu kelompok. Kita pun latihan di rumah Fadian. Di kamarnya. Kamarnya luas, enakeun. Dann mainannya banyak. Kita bisa main Nintedo di rumahnya. Selain itu ibunya baik. Kita suka disuguhin makanan yang enak, atau dibeliin Mie Ayung. Kalau di kamarnya Andi, kita dulu ngerjain bikin bendera kelas buat defile. Andi yang gambar dan kita bantu mewarnai. Kalau rumahnya Andi, karena dekat, jadi sudah relatif kenal dengan keluarganya. Di rumah Andi ada komputer, kita suka main bareng game Prince of Persia, Summer Olympic 88 dan banyak lagi. Di rumah Andi pun, sering dimasakkan makanan yang enak. haha.

Kalau ditanya kenapa deketnya sama mereka. Aku terus terang gak terlalu mikirin. Saat itu kok rasanya, ada momen, terus ya dilakuin aja gitu. Tapi, kalo mikir sekarang, tampaknya kemiripan kepribadian yang membuat itu terjadi. Pan, teorinya, orang akan berkumpul dengan yang banyak kesamaannya. Selain ada trigger tugas dan kerja kelompok tadi. Kalau di kelas, soalnya yang akrab jauh lebih banyak lagi. Seingetku aku cukup akrab sama Yunus, Rudi, Sulistiyono, Dedi, Sonny, Andri, Jehan, Tati Karyati, dan banyak lagi. Oiya, di kelas ini aku ranking ke-4. Lumayan lah ya.

Untuk kelas 2 dan kelas 3 nanti disambung yak...

Tuesday, January 16, 2024

When You Think You Know Everything (About Your Kids)

 Setelah memiliki dua orang anak. Aku sadar bahwa keduanya memang individu yang berbeda. Bukan fisik yang aku maksud. Mereka sejak bayi sudah berbeda kebiasaan dan perilakunya. Hal itu semakin menyadarkanku, mereka tidak bisa sepenuhnya dibanding-bandingkan.

Walau perbedaan itu betul adanya, aku senang ketika A Angga dan Letra --kedua anakku-- semangat ingin sekolah, Apalagi de Letra yang sepertinya tidak sabar menunggu hari pertama sekolah. Hari-demi hari di sekolah dilalui dengan suka cita. Kita jadi tahu apa yang dia suka, apa yang dia kurang suka. Dia suka art & craft, tapi gak terlalu suka pelajaran olahraga. Dia suka main sama anak laki-laki dibanding anak perempuan. Dia suka pakai rok dibanding celana panjang, dan banyak lagi. Aku merasa sudah sangat mengenal de Letra. TK A dilalui dengan suka cita. TK B pun dijalani dengan riang gembira. De Letra sudah ga malu tampil di panggung untuk nari. Dia sudah sangat luwes dan percaya diri. Sudah hampir dua tahun de Letra sekolah di Bianglala. Tahun depan insya Alloh akan melanjutkan ke SD yang sama.

Sampai sebulan yang lalu, dia sakit panas. Bukan sesuatu yang aneh sih, tidak harus diopname juga. Apalagi memang musim pancaroba, banyak anak yang sakit juga. Setelah sembuh, de Letra kembali bersekolah seperti biasa. Tetapi, suatu hari de Letra gak mau sekolah. Kita pikir dia masih merasa sakit. Jadi kita minta dia di rumah saja. Keesokannya dia masih belum mau sekolah, padahal sudah benar-benar sehat. Hari berikutnya dia malah nangis gak mau sekolah lagi. Kita paksa tapi malah nangis di parkiran sekolah. Dia gak mau masuk sekolah. Bahkan pernah dia memilih nangis di ruang guru daripada ke kelas. Hal ini berlangsung sampai dua minggu. Kami coba menerka-nerka apa yang membuat dia gak mau sekolah. Karena setelah nangis di sekolah, di rumah dia sudah bahagia seperti sedia kala.

Kita coba dia kita hukum. Tidak ada lagi nonton TV. Tidak ada lagi main handphone di weekend. Hal yang paling disukainya. Tapi dia seperti tidak berkeberatan, asalkan tidak sekolah. Kami pun mencoba diskusi dengan gurunya di sekolah. Bahkan kami sudah menjadwalkan sesi bertemu psikolog anak. Kalau kami tanya de Letra, jawabannya seperti tak tentu. Dia bilang diganggu anak lain, tapi dia bilang juga pinginnya di rumah saja. Kami makin khawatir. Takut kejadian ini berlanjut sampai SD. Sempat terpikir, kemungkinan untuk pindah sekolah. Tapi kami gak mau gegabah, apalagi kami sudah bayar biaya registrasi yang tidak sedikit jumlahnya. 

Hasil diskusi dengan guru, akan kita coba kunjungan anak-anak sekelas ke rumah. Jadi secara periodik, sekolah de Letra ada sesi belajar di rumah siswa. Aku pun memasang CCTV, agar aku di Jakarta bisa melihat interaksinya. Sepanjang sesi kelas di rumah, aku berharap-harap cemas. Tapi kecemasan itu hilang, ketika de Letra dengan suka cita menyambut teman-temannya, bahkan sambil berpelukan dengan sahabat-sahabatnya. Dia juga ternyata kangen dengan mereka, hanya saja ada yang takut dia temui di sekolah. Sepanjang acara, de Letra memperhatikan dengan senang dan ngobrol dengan semangat bersama guru dan teman-teman. Setelah kunjungan itu, de Letra alhamdulillah sudah mau sekolah lagi.

Sambil berkomunikasi dengan orang tua siswa lain, akupun menjadi tahu, ternyata ada satu anak laki-laki yang berlaku kasar terhadap teman-temannya, tidak hanya de Letra. Padahal, anak itu dulunya sahabat de Letra, akan tetapi entah kenapa sekarang dia menjadi seperti over reaktif. Kami pun memahami keadaan, dan memuji de Letra yang berani sekolah lagi. Setelah itu, de Letra pun lebih berani dan senang karena kami orang tuanya dan teman-temannya membantu dia mengatasi keadaan ini. Walau dia masih takut kalau bertemu anak itu. Kamipun berpesan sama guru-guru di sekolah dan mengajarkan de Letra untuk tidak harus berteman dengan orang yang dia gak suka. Semoga hal ini menjadi pelajaran buat kami dan buat de Letra.


Maha suci Alloh.