Di pagi hari kami dijemput seorang kakek yang berjalan agak tertatih. Dia membawa mobil sedan Mercedes tua yang lega dan sangat nyaman. Dengan bahasa Inggris terbatas dan terbata-bata dia memperkenalkan diri. Namanya Ayoub. Sambil menunjuk foto yang dia simpan di dashboard, dia menceritakan bahwa dia anggota kesebelasan tim nasional sepakbola Maroko di Piala Dunia 1986. Football player now: much money. But then: no money, ujarnya.
Kami menyukai kakek Ayoub ini. Dia ramah, tidak terlalu banyak ngomong. Sangat efektif. Dia suka tiba-tiba meminggirkan kendaraan, kemudian menunjuk ke arah luar: Look! Beautiful panorama. Out. Out. Hahaha. Pemberhentian pertama kami adalah sebuah danau. Disana ada yang jualan plum dan jeruk. Kami membeli plum yang dijual per ember. Plum ini hidangan segar buat kami bertiga.
Sampailah kami di Volubilis. Sebuah kawasan reruntuhan kota tua Romawi. Aku sangat suka disini. Untung saja cuaca bersahabat. Terang dan panas, tapi tidak menyengat. Aku menyusuri bagian demi bagian sambil membaca buku DK yang dibeli Rony di Dubai sekitar tahun 2007. Ada banyak bagian yang menarik. Mozaik-mozaik bertebaran. Pilar-pilar dan sisa ruang-ruang, seperti pemandian, basilica dan sebagainya. Disini aku sempat kelelahan. Kawasan reruntuhan ternyata sangat luas.
Setelah puas disana, kami melanjutkan ke tempat selanjutnya. Kami sempat melewati Moulay Idris, tapi tidak untuk berhenti disana. Sangat sayang, soalnya kota ini kelihatannya indah dan menyenangkan. Tapi waktu kita memang terbatas, kami harus ke Meknes.
Di Meknes kami makan siang terlebih dahulu. Kami makan di sebuah kafe di atap sebuah bangunan. Makanannya enak dengan hamparan kota Meknes sebagai pemandangan. Kemudian berkunjung ke istana raja, dan sebuah mesjid yang sangat bersahaja. Aku sangat betah di mesjid itu. Sangat kuno dan tenang. Beda dengan mesjid Fes yang hiruk pikuk. Kota Meknes ini boleh dibilang sangat sepi. Paling sepi diantara kota-kota yang kita kunjungi. Disini kami melihat (sepertinya) penduduk lokal yang menikmat kotanya sendiri di pinggiran danau kota Meknes. Kotanya cantik dengan bangunan kuno yang sangat kaya akan detail.
Kami pulang ke Fes sekitar jam 15:00 dan sampai disana jam 17:00. Kami menghabiskan waktu di jalan dengan tidur. Rony sangat senang dengan si kakek Ayoub ini. Kami memutuskan untuk memberi tips yang besar. Si kakek sampai mengelus kepala Rony pada saat kami berpamitan.
Keesokan harinya kami harus ke Casablanca untuk pulang. Kami memutuskan untuk tidak lagi menginap di hotel yang sama. Hotel terakhir harus hotel yang bagus. Kami pun menginap di hotel yang dekat dengan stasiun kereta api. Hotel Ibis. Setelah cek-in kita langsung memutuskan untuk jalan ke Mesjid Hasan II lagi. Tapi kali ini kami tak mau lagi menjalani kebodohan yang sama. Kami naik taksi. Dan ternyata ongkosnya hanya 20rb rupiah saja. Kami menertawakan kebodohan itu.
Kali ini kami bisa lebih menikmati keindahan mesjid ini. Rony bisa memfoto dengan lebih santai. Saya pun sempat duduk-duduk di pelataran mesjid yang kala itu sangat ramai dengan penduduk lokal. Kami sempat membeli jajanan disana segala. Pulang menuju hotel kita masih sempat membeli KFC. Casablanca hari itu terasa sangat menyenangkan.
Sayangnya liburan tlah usah. Kami pergi ke bandara keesokan harinya. Setelah sarapan di hotel kami berjalan kaki ke Gare de Casa Port. Stasiun kereta api tujuan bandara. Oh iya, selama kami di Maroko, sarapan di hotel manapun selalu enak. Benar-benar enak!
Selamat jalan Maroko
*fiuh... setelah dua tahun cerita ini akhirnya selesai. Foto menyusul ya :)
4 comments:
bisa jadi seorang novelis nih..kalau ngeliat alur cerita dan bahasanya.
Lanjut ken..
ah mas usman ini terlalu memuji.. terimakasih.
akhirnya selesai juga ...luamaaaa :)
Iya saya senang banget dg gaya penulisan hijau juga... :)
hehehe terimakasih
Post a Comment