Saturday, November 10, 2012

Aa Gym di Palembang

Kemarin, secara gak sengaja liat iklan tabligh akbar di koran lokal, ada Aa Gym ke Palembang! Hore!! Duh... sudah lama banget aku gak liat ceramah beliau. Aku coba mengingat2 kapan terakhir ikut ceramah Aa. Tak berhasil. Tandanya sudah lama sekali. Aku membulatkan tekad untuk ikut nonton ceramah Aa Gym. Asli kangen banget. Mundurnya popularitas Aa Gym karena poligami tak mengubah apapun di mataku.

Ceramahnya barusan saja selesai. Aku takut lupa, makanya buru2 ambil notebook pribadi ini yang biasanya cuma aku pakai buat maen game ataupun nonton film saja. Hehe. Perjalanan datang ke tempat ceramah di pusat kota Palembang, di Kambang Iwak gak lancar. Macem-macem godaan nyaris bikin batal acara nonton ceramah ini. 

Pas dateng di Hotel Swarna Dwipa, acara belum mulai, diisi dengan marawis dan orkes rebana ibu-ibu. Acara molor dari jadwal jam 7 yang diiklankan. Ternyata Aa Gym terjebak kemacetan. Yang datang ke acara ulang tahun Forum Pondok Pesantren Sumatera Selatan (FORPESS) ini gak terlalu banyak. Gedung pertemuan itu tidaklah penuh. Sekitar jam 8, akhirnya Aa Gym datang. Dibuka oleh MC ‘serius’ dengan suara dalam dan mendesah bak penyiar radio tahun 80an, diikuti oleh pembacaan Qur’an , sambutan ketua FORPESS dan sambutan sang gubernur Sumatera Selatan.

Acara seremonial itu sungguh-sungguh menguji kesabaranku. Mungkin karena duduk bersila untuk waktu yg cukup lama mengesalkan tubuh gemukku. Atau mungkin juga karena aku yang sering melihat ceramah Aa Gym di pesantren Daarut Tauhid sangat tidak biasa dengan seremoni formal semacam ini. Tapi kemungkinan besar adalah karena aku sangat jengah dengan sambutan panitia yang penuh dengan pujian-pujian tidak natural untuk sang gubernur, berlanjut dengan sambutan sang gubernur yang tidak asing buatku. Sambutan panjang seperti kampanye yang membeberkan rencana pembangunan fasilitas demi fasilitas. Tombol blackberry tanpa ampun aku hajar sebagai pelampiasan untuk posting twit demi twit. 

Akhirnya tiba saatnya ceramah Aa Gym. Tanpa basa-basi Aa langsung memberikan tausiyah menohok yang membuat merah mukaku. Membuatku malu karena telah menulis twit penuh keluhan dan buruk sangka. Aa membukanya dengan melakukan sesuatu harus ikhlas. Dan keluh kesahku di twitter, jelas-jelas bukanlah sebuah keikhlasan.

Aa menceritakan tentang naik turunnya kehidupan pesantren Daarut Tauhid. Masa Awal, mencari bentuk, kemudian Masa Populer, yang menurut beliau naik secara materi tetapi rendah secara akidah, karena mempertuhankan sesuatu selain Alloh. Mempertuhankan materi dan popularitas. Kemudian munculah badai yang sangat disyukuri beliau karena mengembalikan ketauhidan karena Alloh. 

Satu hal yang harus aku ingat adalah, pada saat menghadapi kesulitan dan cobaan adalah keyakinan bahwa semua itu akan berakhir. Karena pasangan kesulitan itu kemudahan. Satu kesulitan  diapit dua kemudahan. Dan satu lagi yang sering aku baca dan orang lain sebutkan, tapi kali ini terdengar berbeda dan menancap di benakku. Alloh tidak akan menimpakan cobaan diluar kemampuan makhluknya. Alloh akan menguji makhluknya sampai tidak ada lagi yang dibanggakan, tidak ada lagi tempat bersandar selain Alloh. Subhanalloh.
Terimakasih Aa.

Monday, November 05, 2012

Watching Double O Seven

Setiap film James Bond baru hampir dipastikan menyedot perhatian banyak orang. Aku diantaranya. Padahal banyak hal repetitif dan formula yang sama di franchise film tertua yang sudah berumur nyaris 50 tahun ini. Ada opening title sekaligus credit yang sangat artsy diiringi lagu eksklusif. Ada M, sang atasan arogan. Ada MoneyPenny sekertaris flirty. Ada Bond girl, bisa satu atau lebih. Ada gadget dan kendaraan canggih yang disediakan Q, otak departemen teknologi. Ada adegan ranjang. Well, tidak selalu di ranjang sih, tapi you know what I mean. Ada villain sadis nan pintar. Dan terakhir, ada banyak adegan action.

Setiap hal di atas selalu ada di setiap Bond movie. Setiap film. James Bond ini film nya sudah ada 23, sampai dengan saat ini. Dari mulai tahun 1962, James Bond tentunya menjaring banyak fans. Salah satunya adalah bapak dan ibuku. Franchise ini sangat pintar dan span umur penontonnya sangat luas. Jadi tak heran, kalo angka box office nya pun tak pernah surut. Aku sendiri menonton Bond pertama kali di bioskop baru jamannya Pierce Brosnan. Sean Connery, Roger Moore, dan Timothy Dalton aku lihat di TV saja. George Lazenby sama sekali gak aku ingat. Aktor Bond yang paling aku suka so far adalah Daniel Craig, Bond terbaru.

Skyfall aku tonton kemarin di Palembang. Mengisahkan markas MI6 yang dihancurkan sang penjahat yang tak lain mantan agennya sendiri, Silva, yang diperankan Javier Bardem. Di film ini lagi-lagi Bardem mukanya dipermak menjadi buruk, hampir sama seperti ketika menjadi Anton Chigurh di film No Country for Old Man. Film yang memberinya Oscar. Walau tahu formula tipikal film James Bond, aku sangat menikmati film ini. Aku sama sekali tak merasa film ini usang. Alurnya cukup menegangkan. Film ini sangat menghibur. Oh ya... ada Ralph Fiennes di sini. Setelah sekian lama tak aku lihat.

Formula yang sama, sedihnya tidak berarti mengubah kebiasaan penonton di bioskop kita. Hampir di setiap kesempatan nonton film Bond, pasti ada orang tua yang membawa anak-anak. Aku gak tahu apa yang ada di pikiran orang tua itu. Mungkin sekaligus hiburan bersama keluarga, atau mungkin gak mau repot meninggalkan anaknya dan memilih menonton bersama. Walau aku yakin, setiap yang pernah menonton film Bond pasti sadar, film ini tidak cocok untuk anak-anak. Ayolah para orang tua, jadilah penonton yang pintar. Luangkan waktu untuk screening film yang cocok untuk umur anak anda.

Monday, October 15, 2012

Mengenang Baik

'Tlah sangat lama rasanya aku tak menulis lagi disini. Entah berapa kali aku mencoba menulis tapi kemudian lantas tak jadi. Tapi, disinilah aku sekarang. Di masa sekarang. Masanya mengenang. Garis bawahi: Mengenang.

Hari itu hari Minggu. Dari kemarin aku berniat akan menyelesaikan pekerjaanku di kantor. Tapi hari itu sangat malas. Aku pun mencoba membuka laptop. Lagi-lagi malas seakan meraja. Tak lama kemudian handphone ku berbunyi. "Mi Casa" terbaca di layar rumah. DEG! Aku agak takut menerima panggilan dari rumah, terus terang saja. 

Sudah berapa kali di minggu-minggu itu telepon kabar buruk dari rumah seakan tak henti aku terima. Apih pingsan di saat nyetir, dan kemudian orang baik mengabari orang rumah. Apih pun divonis stroke dan harus dioperasi VP Shunt. Setelah operasi, alhamdulillah dinyatakan berhasil, beliau mengalami kesulitan buang air kecil. Dokter bilang kalau prostatnya bengkak, kemungkinan harus dioperasi lagi. Tapi syukurlah itu tak harus dilakukan. Apih boleh pulang. Tak lama kemudian, amih masuk rumah sakit. Makanan tak bisa masuk. Pfiuh.. Ramadhan tahun ini aku habiskan di rumah sakit. Alhamdulillah dua hari sebelum lebaran, amih dinyatakan boleh pulang. Kami berkumpul bersama di Idul Fitri.

Kembali ke hari Minggu itu. Kakak iparku menelepon sambil terisak, A Fikri, keponakanku meninggal dunia. Aku tak akan pernah melupakan hari itu. Hari dimana aku terjerembab ke lubang gelap yang seakan tak bertepi. Sambil mencari cara untuk pulang ke Bandung, pikiranku berkecamuk dan berharap lirih semua ini hanya gurauan tak lucu para penipu. Detik demi detik hari itu aku lalui dengan penuh harapan dan kecemasan. Berbagai informasi aku terima simpul demi simpul. Setetes demi setetes. Sangat lama dan sangat menyakitkan.

Energi hilang meninggalkan raga entah kemana. Air mata keluar tanpa bisa lagi aku kendalikan. Ratapan do'a aku panjatkan. Jangan Alloh... Jangan cobaan ini... Jangan sekarang.. 
Tapi kenyataan seakan menampar wajahku tanpa ampun. Do'a itu tak berbalas. Aa benar-benar telah pergi. Tepat disaat kakakku menelepon dari kamar jenazah RSHS.

Aa meninggal di hari Sabtu. Sendirian. Setelah kecelakaan dari motornya pada hari Jum'at. Selama itu, tanpa satu pun dari kami, keluarganya ataupun temannya tahu. Polisi tak bisa menghubungi kami, karena identitas dan telepon genggamnya raib entah kemana.

Hari demi hari setelah ini, kami lalui dengan sangat berat.

Tapi selalu ada syukur dalam kesulitan apapun. Kami bersama. Saling menguatkan. Sampai akhirnya kami ikhlaskan kepergian yang perih ini. Dengan sendirinya kami memilih. Kami memilih mengenang almarhum pada saat dia ada di tengah kami. Bukan pada saat dia meninggalkan kami.

Aku tahu, Aa orang yang menyenangkan. Tapi tetap saja aku takjub akan begitu banyaknya teman-teman yang sangat sayang padanya. Rumah kami tak mampu menampung kedatangan teman-temannya yang lagi tak terbataskan sekolah, ataupun lokasi rumah. Dari cerita mereka aku semakin bahagia. Bahagia kalau Aa orang yang berguna buat orang lain, dan yakin Alloh telah mengambilnya dalam masa terbaiknya.

Kenangan akannya tak akan pernah bisa terhapuskan. Insya Alloh. 
Selamat jalan Aa sayang....
Mang Dodi bangga Aa.

Monday, August 13, 2012

Party of Five

Aku terlahir sebagai anak bungsu dari lima bersaudara. Ibu bapakku, amih dan apih, dua-duanya pegawai negeri golongan biasa-biasa saja. Kami terbiasa hidup sederhana. Tapi dalam benak aku pada masa kecil dulu, aku hidup berkecukupan. Setidaknya aku pernah mencicipi sebatang besar cokelat Cadbury di hari ulang tahunku dan hampir setiap hari aku mendapatkan jatah buah-buahan. Aku sebut jatah, karena setiap pulang kantor, amih selalu membawa sekantong keresek buah-buahan, biasanya tergantung musim, duku, rambutan, manggis, mangga, dan lain sebagainya. Nah, buah-buahan tersebut kemudian dibagi-bagi menjadi Sembilan gundukan. Untuk kami berlima, apih dan amih, ma yuyut dan ma dapur (begitu kami menyebut nenek kami). Cara menentukan gundukan tersebut macam-macam, bisa dengan dihitung atau ditimbang. Yang repot kalau buahnya buah mangga, soalnya kami jarang dapat satu orang satu. Biasanya satu butir untuk dua orang. Dan kami selalu berebut partner. Ma Dapur dan Ma Yuyut jadi most wanted. Soalnya mereka biasanya suka dengan rela memberikan jatahnya untuk kami hihihi.

Kakak-kakakku, terpaut dua tahun dengan adik dibawahnya, kecuali aku yang terpaut empat tahun dengan kakakku yang keempat. Aku memang anak yang tidak direncanakan asalnya, hahaha. Kami menghabiskan masa kecil di sebuah perumnas. Jadi selain buah-buahan tadi, kami terbiasa berbagi kamar tidur pula. Kami tumbuh menjadi pribadi yang berbeda-beda. Setidaknya dari sudut pandang aku sendiri. Tapi satu hal yang selalu aku ingat, kami berhubungan akrab satu dengan yang lainnya. Cerita satu sama lainnya, biasanya kami saling ketahui. Nostalgia masa lalu sangat tak terhitung banyaknya. Hal itu pula yang selalu tak habis-habisnya kami bahas dan kami tertawakan hingga kini. Dari mulai serunya pembagian buku dan alat tulis lainnya setiap tahun ajaran baru dimulai, kejadian kalau salah satu diantara kami dimarahin apih ataupun amih, mentertawakan ketika salah satu diantara kami ngompol di sekolah, dan banyak lagi hal lainnya.

Hari ini sudah berpuluh-puluh tahun berlalu dari masa kecil kami. Tapi aku merasa kami tak berubah. Pada bulan Ramadhan ini kami sekeluarga mendapat cobaan. Apih pingsan pada saat nyetir. Untungnya Apih masih sempat untuk memberhentikan mobil di pinggir jalan. Apih langsung dibawa ke rumah sakit. Pembuluh darah apih pecah, dan harus menjalani operasi VP Shunt. Apih dirawat di rumah sakit selama dua minggu, kemudian boleh pulang walau tetap harus menjalani rawat jalan. Apih masih harus menjalani pemulihan di rumah. Masih belum bisa berjalan sendiri, ataupun ke kamar mandi sendiri.
Tak lama kemudian, my strong woman, Amih mengalami kesulitan makan sampai terpaksa harus dirawat di rumah sakit. Kejadian demi kejadian ini menghenyakkan kami semua. Bukan saja kami berlima, tapi juga para isteri dan suami, keponakan yang kini telah menjadi bagian keluarga besar kami. Kami menghadapi semua ini bersama. Aku sangat bersyukur, dengan segala keterbatasan masing-masing. Kami masih saling memiliki satu sama lain. Susah dan senang kami jalani bersama.
Sekarang adalah giliran aku jaga malam menemani Amih di Rumah Sakit, mencoba menuliskan ini semua, sebelum aku lupa bersyukur dan tidak menyadari begitu hebatnya nikmat Alloh dengan kebersamaan kami ini. Walau sekarang kami tertatih-tatih di penghujung Ramadhan ini, dan semakin sadar bahwa kami tak lebih dari makhluk yang lemah. Satu persatu dari kami mulai sakit secara fisik dan harus beristirahat. Kami harus makin bersatu dan tak lupa mengharap kuasa Alloh untuk menolong kami semua, dan mengubah cobaan ini menjadi kemuliaan.

Subhanalloh, walhamdulillah, walaailaahailalloh, wallohuakbar, lahaulawalakuwwataillabillah…

Thursday, July 05, 2012

Plain Spidey

Trilogi Spider-Man karya Sam Raimi dan dibintangi Tobey Maguire selesai di tahun 2007. Tapi aku masih mengingat cerita dan kilasan-kilasan adegan di film-film tersebut. Apalagi memang stasiun TV lokal maupun yang berbayar sering menayangkan kembali si manusia laba-laba tersebut. Bahkan tadi malam aku sempat nonton Spider-Man pertama di TransTV.

Film ini kemudian di reboot di tahun 2012. Reboot film biasanya menampilkan ulang dan mengubah cerita juga pemeran film yang pernah dirilis sebelumnya. Seperti Superman Returns yang gagal dan Batman seri Dark Knight yang sangat mengagumkan. Hari Selasa kemarin, film Spider-Man yang baru, bertitel The Amazing Spider-Man diputar serentak di kota besar Indonesia. Aku baru sempat menontonnya malam tadi.

Entah kenapa, aku agak gak bersemangat dengan film ini. Selain karena masih terasa "baru", dengan tidak adanya Sam Raimi, aku gak yakin film ini akan sebagus yang sebelumnya. Peter Parker kali ini diperankan Andrew Garfield. Secara fisik tidak terlalu berbeda dengan Tobey. Cerita berkisah mirip dengan Spider-Man seri pertama. Menjelaskan asal muasal Peter Parker menjadi Spider-Man. Bahkan lengkap dengan Uncle Ben dan Aunt May. Yang berbeda adalah, jaring yang sekarang tidak lagi muncul sendirinya di tubuh Peter, melainkan dibuat terlebih dahulu. Pacar Peter sekarang adalah Gwen, bukan MaryJane. Musuhnya bukan Green Goblin tapi The Lizard. Tidak ada lagi karakter Jonah Jameson, pemimpin redaksi yang menyebalkan.

Menurut komiknya, Peter Parker adalah seorang yang jenaka dan sedikit geeky. Bahkan kejenakaan Peter terbawa ketika dia menjadi Spidey. Hal itulah yang mengganggu di film ini. Andrew tidak jenaka. Mimik mukanya tidak menunjang untuk itu. Banyak bolong di cerita film ini, karakter yang tidak tergali dan dialog berjalan sangat datar. Padahal castingnya tidak main-main. Ada Sally Field (Aunt May), Martin Sheen (Uncle Ben), Dennis Leary (bapaknya Gwen). Secara action pun tidak ada yang istimewa. Apalagi jika dibandingkan dengan pertarungan Spidey dengan Doc Ock di kereta api.

Film ini secara keseluruhan tidak buruk, tapi tidak juga mengagumkan. Menurutku reboot film ini terlalu dini. Satu hal yang aku suka adalah, aku bisa melihat kembali Martin Sheen!! Terakhir nonton dia di serial West Wing.

Tuesday, July 03, 2012

Aku Harus Menerimanya ...Hahaha

Sebenarnya aku sedang mempersiapkan sebuah tulisan mengenai lagu daerah. Nah, untuk keperluan tersebut aku meminta pendapat tentang budaya Indonesia dari sudut pandang orang luar negeri. Aku meminta pendapat, pada seorang kenalan yang secara tidak sengaja aku temui di bandara Soekarno Hatta beberapa bulan lalu.

Hari itu aku pulang ke Bandung dari Palembang. Suasana bandara yang hiruk pikuk menyambutku. Ketika aku dengan terburu-buru datang ke counter Cipaganti, aku berpapasan dengan seorang bule bermuka muram berdiri kebingungan. Karena sedang dilayani oleh petugas travel itu, aku membiarkannya. Aku pun lalu sholat ke mushola dan membeli satu paket KFC untuk aku makan di counter Cipaganti. Soalnya waktu keberangkatan travel sudah dekat. Jadwalku sekitar jam 7 malam. Ketika aku menikmati ayam gorengku, ternyata bule itu masih ada, dengan roman kebingungan yang sama. Ada beberapa bapak-bapak mecoba mengobrol dengannya. Tapi tampaknya dia tidak suka. Aku pun melanjutkan acara makan malam dengan cepat.

Si bule dengan ranselnya yang besar tampak marah ke petugas counter Cipaganti, aku pun lalu menghampirinya. Mencoba membantu mereka. Ternyata si bule seharusnya pergi jam 6, dan seperti biasa travel datang terlambat. Si petugas tidak menguasai bahasa Inggris dengan baik, jadi kesulitan menerangkannya pada si bule. Aku pun menerangkannya. Si bule terlihat agak tenang. Ternyata travel kami sama. Si bule terlihat curiga kepadaku, dan memeriksa tiket aku dengan suara agak mendesak (gak sopan ya hahaha). Tapi aku mengerti, dia sudah bertemu dengan calo-calo bandara. Dia punya alasan untuk curiga.

Setelah duduk di travel dia terlihat sangat lega walau kelelahan. Kami pun berkenalan. Namanya Karolina. Dengan K, dia memastikan. Dari Polandia. Lalu aku menjawab: negaranya Lech Walensa. Dia tampak terkejut ada yang mengetahui tentang negaranya. Dia lalu berbicara bahwa ini perjalanan ke Asia pertamanya. Bahkan ini adalah perjalanan keluar Eropanya yang pertama kalinya. Baru lulus dari sebuah universitas di Krakow, jurusan Hubungan Internasional. Dengan bahasa Inggris yang kurang lancar, dia bercerita tentang keluarganya, bagaimana ayahnya yang sulit melepas kepergiannya. Dan aku ingat akan jawabanku, well your father is a sweet and kind man. He must be surprised seeing his little girl metamorphosed into woman

Aku tidak terlalu sering mengajaknya ngobrol. Aku takut mengganggunya. Dia terlihat asyik melihat Jakarta lewat jendela. Dia sesekali mengajak ngobrol tentang apa yang dia ketahui tentang Indonesia. Dia bilang, dari apa yang dia baca, Jakarta - Bandung bisa ditempuh dalam 3 jam. Aku tak enak hati menjawab yang sebenarnya. Aku lalu bilang, The traffic is not hard, it's not even crazy, It's like HELL, to be precised. Hahaha. Dan benar saja, hari itu, kita sampai di Bandung, 6 jam kemudian. Kami pun berpisah dan saling bertukar kartu nama.

Kemudian, beberapa bulan kemudian, sesaat sebelum piala Eropa dimulai, aku tiba-tiba saja teringat dia. Aku pun sms dia, dan bilang, aku pilih Polandia hanya karena punya kenalan orang Polandia. Hahaha. Kami pun lalu berteman di facebook, dan tanya apakah dia punya blog. Syukurlah dia punya, walau ditulis dalam bahasa Polandia.

Setelah menerjemahkannya via google translate, ternyata dia menulis sesuatu tentang aku, begini sepenggal tulisannya:

Dudi is slightly balding thirty-year-old steam, lower than me on the head, but it is wider by a few good inches ... He comes from Bandung, works and lives in Sumatra. He helped me at the airport, and it turned out that we are going in the same place, the same bus.
Indonesian was an enlightened, well-read, slightly cynical traveler, enclosed in a body corporate employee. Talking to him has restored my faith in good people, who in my world has long since died out ...
The journey from Jakarta to Bandung usually takes about 3 hours, mine lasted 'only' 6

http://blondyneczkawsroddzikichplemion.blogspot.com/

Aku garis bawahi beberapa poin yang harus aku terima: wider, cynical,tapi balding?? tidaaakkk aku gak botaakkk. Hahahahahaha.....

Tapi bagian:  Talking to him has restored my faith in good people, who in my world has long since died out merupakan bagian yang membuat aku terbang. Hiks.

thankyou Karolina. Nice to know you :)

Thursday, May 03, 2012

My Darlings

taman belakang
Ada satu hal yang membuat aku senang pulang ke Bandung (lebay ya, sejak kapan aku gak suka pulang ke Bandung? hahaha). Hal itu adalah: tanaman! Betul, tanaman, pohon, hijau.

Sejak aku dipindah tugaskan ke Medan, aku tidak pernah bisa mengurus rumah yang baru saja aku beli. Rumah itu nyaris terbengkalai dan dipenuhi ilalang. Akhirnya rumah itu ditempati temanku, jadi alhamdulillah sedikit terurus.

taman depan
Sekarang temanku gak disana lagi, jadi rumah itu kembali kosong. Aku kemudian mencoba mengurusnya setiap aku pulang. Tentu saja yang paling sering tepatnya Amih dan Apih yang membersihkannya. Satu hal yang selalu ada di kepalaku adalah membuat taman. Hampir setiap hari yang ada di kepalaku adalah rencana membeli tanaman apa saja yang akan aku tanam. Setiap aku sedih, pikiran tentang tanaman itu tiba-tiba saja membuat aku senang dan tenggelam. Terdengar berlebihan, tapi itu yang benar-benar terjadi. Bahkan kadang kalau tak hati-hati, sedang sholat pun, si khayalan tentang tanaman itu selalu datang.


Pohon lengkeng. Tanaman pertama yang aku tanam di rumah ini
Setiap pulang ke Bandung, jalan-jalan ke tukang tanaman menjadi agenda wajibku. Dari mulai tukang tanaman dekat rumah yang memang banyak, atau ke Taman Cibeunying dekat Gedung Sate, bahkan sampai ke Cihideung segala. Oiya, satu hal yang aku amati, semua, ya SEMUA tukang tanaman yang aku temui sangat sangat ramah, baik yang muda maupun yang tua, baik bapak-bapak maupun ibu-ibu, baik kita beli maupun tidak. Hal itu menyuntikan gairah ekstra untuk berburu tanaman.

Tanaman yang aku beli semuanya mayoritas berwarna hijau. Aku gak terlalu suka yang berwarna selain hijau. Walau mayoritas hanya daun, tidak berbunga, aku gak keberatan. Sekarang taman belakang rumah hampir beres, taman depan sedikit lagi. Acara beli membeli paling tinggal sedikit lagi. Tugas yang lebih berat adalah merawatnya. Apih, amih, kakakku sama sukanya dengan tanaman. Jadi pembicaraan kami sekarang ini selalu seputar tanaman. Sampai-sampai keponakanku bosan mendengarnya. Hahaha.

Efek si tanaman ini buatku sangat luar biasa. Aku bisa memandangi mereka berjam-jam tanpa rasa bosan. Kegiatan menyiram tanaman hijau itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Dan kadang aku ngobrol macem-macem sama mereka segala, haha aneh memang.


Tuesday, May 01, 2012

Timeless Patience

Ini adalah penggalan cerita di tahun 1993 silam. Cerita hampir dua puluh tahun yang lalu. Cerita masa SMA dahulu. Masa-masa dengan level kedewasaan yang aneh. Situasi yang terkadang teramat memalukan tetapi sekaligus menggelikan untuk dikenang.

Suatu waktu, aku yang haus akan perhatian, mengarang-ngarang cerita dan menuliskannya dalam selembar kertas. Hahaha, sungguh-sungguh menggelikan isi surat itu. Aku berharap dapat menemukan kembali si selembar kertas tersebut. Yang aku ingat, tulisan itu penuh dengan drama dan kebohongan. Tidak sampai disitu. Karya picisan itu kemudian aku simpan di meja guru, di ruang guru! Tulisan itu tak bernama. Aku terlalu takut untuk menulisnya. 

Kemudian aku mengulang kembali di seminggu setelahnya. Tulisan yang berbeda dengan drama yang sama aku simpan di meja guru. Sampai akhirnya si guru tersebut memanggilku dan mengajakku duduk. Aku disuruh bercerita. Tentu saja aku bercerita dengan lancar karena memang itu yang aku harapkan. Sebuah perhatian. Cerita yang penuh dengan rekayasa dan drama remaja tentunya. Hahaha.

Aku yakin kebohongan itu sangat jelas terlihat dan orang dewasa manapun akan tahu rangkaian cerita itu benar-benar khayalan sejati. Tapi pak Guru itu dengan sabar mendengarkan, menanggapi, memberi saran. Berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Masih dengan kesabaran yang sama, dengan tanggapan yang sama, perhatian yang sama. Bahkan lebih.

Beliau menyilahkan saya untuk kerumahnya. Demi belajar dan mendengarkan cerita picisanku. Sungguh luar biasa, bila ku ingat-ingat kembali. Sampai akhirnya beliau menyadarkanku untuk tak lperlu lagi berpura-pura.

Pak guru itu adalah guru matematika saya, yang mengajarkan saya tak hanya matematika. Beliau selalu menjawab pertanyaanku tentang apa saja. Tentang kepenasaranku, tentang hal kecil disekelilingku, pertanyaan tentang aku, bahkan tentang dirinya sendiri. Pertanyaan yang mayoritas masih bisa aku ingat walau seringkali tak mengamalkan anjurannya. Aku bisa mengaji pun berkat ajarannya di ruang guru selepas pulang sekolah. 

Pertanyaan-pertanyaan sejak 19 tahun lebih itu tak lantas kemudian berhenti sekarang. Dan beliau masih menjawabnya. Masih sabar menjelaskan walau seringkali pertanyaan itu sudah pernah aku tanyakan sebelumnya. Seringkali aku tak sadar pertanyaan-pertanyaanku menyita waktunya, waktunya dengan orang-orang yang beliau cintai.

Hari ini adalah hari ulangtahunnya yang ke-56. Sangat ingin rasanya aku membalas berjuta kebaikannya, meminta maaf atas kesalahan-kesalahanku, membuatnya bangga. Sampai aku sadar hal itu tak mungkin. Hanya Alloh yang dapat membalasnya.

Selamat ulang tahun pa. Insya Alloh, Sang Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim membalas kebaikan bapa. Di dunia dan di akhirat kelak.

Wednesday, April 11, 2012

Galau Records

Entah berapa kali aku bilang aku cinta cuaca abu-abu ini. Aku suka langit kelabu dan thundering rain kali ini dan mungkin hari-hari berikutnya. Cuaca ini bikin bersemangat, apalagi kalo lagi nyetir mobil. Serasa adegan Wayne's World!! Hahaha.

Ngobrol sama temanku soal cuaca abu-abu ini selalu beda. Mereka bilang cuaca ini cocoknya tidur atau sambil minum kopi atau cokelat panas dan memandang jendela (Whatt??). Walau berbeda pendapat, tapi sepenuhnya aku bisa mengerti kok. Buat kebanyakan orang, cuaca ini cocok dengan trend masa kini: trend galau (*krik).

Kali ini, aku posting lima album terbaik teman bergalau-ria versi aku:

Big Whiskey and The GrooGrux King - Dave Matthews Band. DMB merupakan band rock yang sangat Amerika. Grup ini memiliki vokalis, bassist, drummer yang merangkap backing vokal, ditambah dua orang saxophonis dan seorang pemain biola. Hal yang tidak biasa untuk sebuah grup rock. Aku berkenalan dengan DMB kala zaman MTV pertamakali booming di Indonesia. Single yang sangat tak mudah dilupakan adalah Ant Marching. Lagu favorit saya di album ini adalah Funny The Way It Is dan Lying In The Hands of God. Album ini merupakan album pertama pasca kematian sang pemain saxophone utama, LeRoi Moore akibat kecelakaan kendaraan. Entah kenapa lagu-lagu di album ini, walau sebagian penuh beat, tapi seperti berisi ratapan persembahan DMB untuk LeRoi. Gesekan biola dan rintihan saxophone seperti menyayat hati. Apalagi lirik lagu Lying.. sangatlah relijius. Relijius in DMB way.

Ingenue - KD Lang. Album ini sudah menjadi teman galau saya sejak tahun 1992. Saya kenal KD Lang ini, karena nonton TV acara Grammy Award, dimana KD Lang terpilih sebagai artis pendatang baru terbaik. Pas dia dipanggil, diiringi lagu yang menurut saya sangat catchy tapi sangat enak di telinga. Setelah punya kasetnya, kemudian saya tau lagu itu adalah Constant Craving. Hampir semua lagu di album ini sangat sangat cocok untuk teman galau. Tapi favorit saya adalah Constant Craving, Season of Hollow Soul, Save Me, dan Outside Myself. Liriknya sangat personal ditambah melodinya yang sederhana tapi kaya akan alat musik petik, seperti gitar, banjo dan entah apa lagi. Diproduseri oleh Ben Mink. Aku baru tahu beberapa tahun kemudian kalau KD Lang ini lesbian, bahkan termasuk aktivis persamaan hak. So What, sih sebetulnya hehehe. Kenyataan apapun tidak akan mengubah persepsi aku kalau album ini adalah salah satu album terbaik yang pernah aku punya.

Moulin Rouge Original Soundtrack - Various Artist. Ok, album ini saya pilih karena lagu-lagu didalamnya merupakan gambaran yang sangat tepat untuk melukiskan filmnya. Glamour sekaligus satir. Walau penuh irama high tempo, lagu-lagunya cukup tepat sebagai teman galau. Kecuali Lady Marmalade-nya keroyokan Pink, Aguilera, Mya dan Lil' Kim, semua lagunya yang mayoritas remake lagu-lagu terkenal seperti menyiratkan kesedihan. Favorit saya: One Day I'll Fly Away, Your Song, Come What May. Oh iya, di album ini juga ada lagu Because We Can-nya Fatboy Slim, DJ yang sempat terkenal dan membuat aku suka lagu-lagu aneh techo ala tempat clubbing. Tapi entah kemana, sepertinya sekarang namanya tak terdengar lagi.

El Alma Al Aire - Alejandro Sanz
. Pertama mengenal Alejandro ini, adalah pas duet sama The Corrs menyanyikan The Hardest Day yang ternyata adalah versi inggrisnya dari lagu Me Ire. Nyaris tidak ada irama gembira di album ini. Lagu-lagu sedih diperparah oleh timbre Alejandro yang sangat Spanyol, berat dan agak greasy, garinjul bahasa sundanya mah. Suara seperti ini menurut teman perempuan saya sih terdengar seksi, katanya. Hemmm, gak salah juga sih. Rekomendasi saya adalah lagu: Me Ire, Cuando Nadie Me Ve. Eh, ternyata saya pernah nulis album ini beberapa tahun lalu disini.

yang terakhir adalah Time & Again: The Anthology Part II - Bobby Caldwell. Sebetulnya, menurut aku semua album, yang manapun itu, cocok buat menggalau. Ini pengaruh dari suaranya Bobby Caldwell yang cenderung sedih. Ditambah lagi irama damai yang menghanyutkan. Duh, jadi inget memori tahun 1990 dulu dimana saya masih dua SMP dan sangat ngefans sama Bobby Caldwell dan juga Michael Bolton. Susah payah menabung demi membeli album mereka. Sebelum tabungan terkumpul, pulang sekolah, biasanya aku nyebrang ke supermarket depan sekolah buat sekedar meliat2 album itu, bahkan kalo sudah ada cover yang dibuka bisa dicoba dulu hehe. Eh iya, lagu favorit saya di album ini: What You Won't Do For Love, Where Is Love, Next Time (I Fall), Without Your Love, dan tentunya Heart of Mine. Album ini sebetulnya album kompilasi kedua, setelah album Timeline, yang sama kerennya.

Selamat memandang hujan di jendela! Semoga galaunya jadi asik, ya.. :)

Thursday, April 05, 2012

Hollow

Kejadian demi kejadian berlangsung terasa cepat sebulan terakhir ini. Padahal yang terjadi sangatlah banyak, seingat aku. Memang, mayoritas semua tentang pekerjaan. Deraan seakan bertubi-tubi. Menyerap energi, menampar komitmen, menggerus pikiran baik dan membutuhkan stok kesabaran tak terbatas. Dan semua berujung di hari ini, di long weekend Paskah. Di hari aku akan ke Bandung, kota tercintaku.

Aku membutuhkan liburan ini. Tapi entah kenapa, aku serasa kebas, mati rasa. Apa mungkin cobaan kemarin-kemarin sedemikian hebatnya sampai membuat aku seperti ini? Atau mungkin sari pati rasa manusia sudah terrenggut dari ku? Naudzubillah. Atau mungkin pengaruh hujan deras ini saja, cuaca yang seyogyanya selalu aku cintai dan memberiku suntikan rasa senang. Entahlah.

Semoga aku masih menjadi orang yang masuk seleksi Alloh untuk menjadi manusia. Manusia yang diberi nikmat berguna untuk orang lain, nikmat mendapat hidayah sepanjang hayat, dan akhirnya nikmat surga... Aamiin.

Sunday, April 01, 2012

NontonThe Raid: Redemption. Jangan Bawa Anak-Anak!

Minggu kemarin aku di Bandung. Karena kebetulan bisa kumpul bareng keluargaku, aku nonton bareng keponakan2 ke Ciwalk. Sempet bingung mau nonton film apa. Ada tiga kandidat: Lorax, Hunger Games atau The Raid. Kemudian mengerucut menjadi dua pilihan, Hunger Games atau The Raid. Dua-duanya lagi hot di twitter. Aku lebih milih The Raid, soalnya dari bulan2 sebelumnya film ini sudah ngetop buzzing nya. Film Indonesia yang mencuri perhatian di festival independent film di Canada sana. Bahkan film ini diputar di major theaters di Amerika berbarengan dengan di Indonesia.

Tapi kemudian, kita memilih Hunger Games. Biarlah The Raid aku tonton di Palembang saja. Akhirnya kami menonton film Hunger Games yang aku pikir akan menjadi film action sejenis Narnia tapi lebih mature. Ternyata kami semua kecewa. Film ini berpotensi menjadi another Twilight. Jenis romance yang lebih cocok buat kalangan perempuan saja, menurutku.

Seminggu kemudian. Sore tadi, tepatnya. Aku akhirnya nonton The Raid. Judul aslinya adalah Serbuan Maut. Kemudian diubah agar sesuai dengan penonton internasional menjadi The Raid: Redemption. Sebelum nonton, jauh-jauh hari aku sudah baca review, maupun cerita dibelakangnya via internet dan Movie Monthly, majalah kesayanganku. Tomatometer di rottentomatoes pun cukup baik, 85%. Aku makin excited.

Tibalah saatnya aku menonton film itu. The Raid bercerita tentang pasukan gegana (semacam SWAT) yang beranggotakan tentara baru bertugas untuk menumpas sebuah gedung bertingkat yang merupakan markas penjahat. 5 menit pertama tak terlalu banyak basa-basi. Adegan sadis tembakan jarak dekat di kepala diumbar dengan leluasa. Satu jam lebih durasi film ini penuh dengan adegan yang tak jauh beda. Koreografi laga indah sekaligus mematikan bercampur dengan tembakan dan muncratan darah.

Terus terang aku agak takut. Sambil nonton aku memegang handphone, twitteran, untuk menetralisir rasa tegang. Selain adegan sadis, kata-kata kasar menghiasi film ini. Mungkin kita terbiasa dengan dialog penuh kata fu*k di film amerika. Tapi kata anj*ng di film ini sangat mendobrak rasa nyaman. Tentu saja karena kata itu lebih mengena dengan keseharian kita.

Secara teknis , terutama koreografi adegan kelahi di film ini sangatlah mengagumkan. Dan agak berbeda dengan film action barat yang sering aku lihat. Koreografinya lebih mematikan. Dan aku agak kaget melihat adegan pencak silat yang indah ternyata bisa sangat sangat berbahaya. Adegan favorit aku adalah pertarungan antara Mad Dog (Yayan Ruhian) dengan Jaka (Joe Taslim).

Tapi secara overall aku sangat khawatir dengan film ini. Sebelumnya, satu hal yang penting menurut aku adalah, sebuah karya seni itu haruslah memiliki tanggungjawab kepada penontonnya. Tak harus memiliki pesan. Kalaulah sebuah film bermuatan kosong (dan tidak memberi hal negatif) tapi menghibur dan memberi perasaan senang, film itu sudah cukup bagiku. Apalagi karya tersebut indah, pesannya positif dan memberi manfaat buat penontonnya, film itu benar-benar sebuah karya yang hebat.

Dilihat dari kacamata tersebut, bagiku film The Raid gagal mengemban tanggungjawab sebagai karya yang positif. Hal ini diperburuk dengan kenyataan lemahnya (baca: tidak adanya) fungsi kontrol dari pemilik bioskop. Tak ada filter dari mereka untuk menyaring usia penonton berdasarkan kategori filmnya. Memang aku melihat tulisan: “The Raid film eksen khusus dewasa, disarankan untuk tidak membawa anak-anak!!” (ekseenn, hehehe). Tapi itu tidak cukup menurutku. Aku masih melihat penonton anak-anak di deretan kursi penonton film ini. Sungguh bersyukur aku gak jadi membawa keponakan2ku nonton film ini. Walau mereka sebenarnya sudah usia SMA.

Mudah-mudah ini bisa menjadi pelajaran buat semuanya. Terutama insan film Indonesia. Film ini sangat hebat di beberapa hal, kok. Ayo pembuat film, buat yang hebat dan berguna! Bisa kok!

Thursday, March 29, 2012

Another Low

Today, I lost nearly all my energy. It absorbed by the thought of disappointment.
The fact that I can't, or I have to accept that I or we're no longer appreciated. Simply ignored.
I have no reason to do more.
That hurt. A lot.

Tuesday, January 03, 2012

Another "Tahun Baru"

Disinilah aku. Di hari ketiga di tahun 2012. Syukur Alhamdulillah. Banyak yang bertanya Tahun Baru dimana dan ngapain. Tahun baru kali ini aku diam di kosan saja. Nonton DVD dan main game. Tidak ada yang berbeda dengan hari-hari libur lainnya.

Aku memang tak pernah ada "ikatan khusus" dengan Tahun Baru. Perayaan tahun baru yang aku ingat yang memang dengan niat aku rencanakan adalah zaman masih SMA di Bandung. Aku rayakan di rumahnya Candra, sahabatku dari kecil. Kita niat ngumpulin uang segala. Siangnya kita beli sosis, jagung, daging ayam dan bumbu barbeque merk Prego. Kita berdua memang suka masak. Kadang-kadang orangtua kita memang gak masak. Kita bikin bumbu tambahan sesukanya kita. Terus kita bakar di halaman rumah Candra. Yang aku ingat, masakan kita kala itu sangat enak! Si Anggia, kakaknya Candra dan saudara-saudaranya pun berpikiran sama.

Acara tahun baru itu kemudian gagal, ketika tiba-tiba tetangga kita berdiri di teras sambil memegang karton bertuliskan sesuatu. Tidak sepatah katapun. Hanya mematung sambil memperlihatkan karton itu, yang ternyata bertuliskan: "jangan ribut". Agak menyeramkan. Kita pikir tetangga kita kesurupan. Pesta pun bubar sebelum jam 00:00. Selain itu tak ada acara tahun baru lain yang aku ingat.

Padahal moment tahun baru ini sebetulnya suka membuat aku ingin belanja. Hahaha. Belanja pernak pernik buat ngeberesin kamar atau ngeberesin meja kerja. Walau sejarah mengatakan, kamar atau meja itu tak lama kemudian kembali berantakan. Tapi sepertinya "niatan" untuk beres-beres itu menyenangkan.

Tapi bagaimanapun itu, pergantian kalender ini layak untuk disyukuri. Karena aku, kita, masih sehat wal'afiat sampai detik ini. Selamat Tahun Baru semuanya!