Monday, September 17, 2007

Hongkong

Inilah tempat favoritku! Dimulai dari batas di terminal Lowu aku sudah mulai menyukainya. MTR (bukan MRT seperti Singapura) sangat bersih, bahkan semua kota sangat bersih. Tidak ada dahak di kota ini..Syukurlah. Sayang perjalanan disini hanya sebentar. Belanja di Kowloon yang sukses membuat kakiku mati rasa, menikmati pemandangan di Victoria Peak, sekaligus satu hal yang sangat sangat aku sukai: Patung Lilin Madame Tussaud. Aku berlari-lari kegirangan berfoto bersama hampir semua patung disana. Sangat menyenangkan.
Lain kali sebaiknya langsung Indonesia-Hongkong saja

Sunday, September 16, 2007

Juhai - Shenzen

Kedua kota ini sangat mirip. Penuh apartemen kotor sekaligus gedung-gedung pencakar langit modern yang terlihat baru. Dari mulai imigrasi semua orang terlihat berjalan terburu-buru. Kita hanya sebentar saja di Juhai, sekedar transit. Paling lama di Shenzen, bahkan kita sempat touring dan memang menginap di Shenzen. Shenzen lebih modern. Sarana publik seperti jalan dibangun dengan sangat baik. Gedung perkantoran, pabrik dan hotel bertebaran dengan megah. Sarana pariwisata pun tidak ketinggalan. Shenzen membangun miniatur keajaiban dunia dan teater folklore. Oh,ya disana ada sebuah kawasan perbelanjaan yang digemari ibu-ibu, namanya Luohu atau Lowu. Mall itu sangat sesak dengan barang-barang palsu. Oh iya, jangan harap bahasa Inggris berguna di kedua kota ini. Lebih baik bahasa Tarzan saja daripada kita berlelah-lelah menjelaskan dengan bahasa verbal. Di Lowu ini aku merasa sangat tidak berdaya. Barang-barang palsu ini ditawarkan dengan harga selangit, tapi sangat terbuka untuk penawaran ekstrim. Harga 500 Yuan sah-sah saja kalau ditawar 50. Aku tak bisa mengerti.
Sepanjang los-los itu pasti akan banyak yang bilang: lole lole hai kaliti cip prais (rolex, Rolex, high quality, cheap price). Bahkan aku pernah nawar tas, dan aku tanya is it really leather? Dia menjawab yes. Aku pegang dan bilang: Are you sure? it feels cheap dia kembali menjawab: yes, cheap. Huh!
Tapi ada satu hal yang aku suka dari Shenzen. Yaitu panti pijatnya. Sekembalinya dari Hongkong, aku nyaris tak bisa berdiri, telapak kaki terutama bagian tumit sudah tak bisa menahan bobotku. Untung guide-ku mengajak ke panti pijat. Aku gak tau namanya. Aku buta huruf disana. Tampilan luar tidak meyakinkan bahkan nyaris seperti tempat mesum. Tapi kesan itu berubah setelah masuk, sofa nyaman tersebar masal. Dilengkapi headphone dan tv kecil walau merk china. Tapi yang paling penting adalah OMG pijatannya sungguh-sungguh enak. Kakiku kembali fit seperti sedia kala.
Tapi kalau memilih, aku gak mau lagi ke kota ini. Walau bangunannya modern tapi semua serba jorok, aku nyaris tak berani ke WC umum. Sumpah, pernah dua kali aku gak nahan pingin ke WC, aduh pengalamannya seperti nonton film horror. Dan satu hal yang sangat mengganggu adalah, kenapa setiap orang sepertinya senang membuang dahak di tempat umum? Hiiii..seram!

(foto diambil oleh mas Iwan)

Macao

Minggu lalu, aku dan rombongan kantor, bertujuh puluh orang aja, piknik ke China, tepatnya ke Macao, Shenzen dan Hongkong. Walau secara teori kota-kota itu satu negara, tetapi saja sangat berbeda. Ditambah kita harus melewati imigrasi setiap melewati masing-masing kota. Bayangkan, dari Indonesia ke Macao melewati satu pos imigrasi, dari Macao ke Juhai (kota sebelum Shenzen) melewati dua pos imigrasi, lanjut ke Hongkong dua pos imigrasi. Semuanya dikalikan dua untuk perjalanan bolak balik. Semua pos imigrasi dipenuhi sangat banyak orang. Sungguh perjalanan yang melelahkan.

Aku ceritakan perjalananku tentang masing-masing kota. Dimulai dari Macao. Seperti kata teh Mira, aku bingung, yang benar entah Macao entah Macau, habisnya dua-duanya sama-sama digunakan. Kesan pertama tentang Macao adalah kota yang modern, bersih dan bertaburkan kasino-kasino megah. Ya, kasino itu seringkali disatukan dengan hotel, restoran bahkan pusat perbelanjaan. Bahkan pernah suatu kali di tempat kita makan, rombongan minta disediakan satu ruangan untuk sholat. Setelah kita berjamaah sholat semenit kemudian dirubah menjadi tempat ibu-ibu bermain Mahjong hihihi.

(foto diambil oleh Mas Rafli)

Reunion

Rabu kemarin, Tari, teman SMAku yang sudah sangat lama berkelana di Jepang pulang ke Indonesia. Singkat kata kita ketemuan, pulang kantor kita berdua ditambah Ahmad Arifin (a.k.a Arif a.k.a Ahmad) merealisasikan rencana mengunjungi pa Toto –our high school math teacher-- di rumahnya. Kita ngobrol kesana kemari, saling menceritakan kehidupan masing-masing, mengenang dan mengingat-ngingat memori masa lalu, bahkan saling berdebat. Malam itu aku merasa kembali muda, semuda masa SMA dua belas tahun lalu. Err..tapi dengan berat badan yang tentunya jauh berbeda hehehe.
Tari, Ahmad, terimakasih banyak.
Ternyata jarak dan waktu tak berarti apa-apa.