Monday, August 11, 2014

Tradisi

Setiap mau lebaran Amih persiapannya banyak. Dimulai dari masakan. Amih biasa bikin kue bolu 11 buah. Terus kue kering motif bunga (ya, selalu bunga setiap tahun) beberapa toples, kue keju, kacang goreng, tape ketan, rengginang (bikin sendiri dari ketan, dijemur dan digoreng). Dilanjutkan dengan membuat ketupat 150 buah dan gulai memakai bumbu merk Bamboe juga opor ayam. Dipadukan dengan ase cabe dan sambel goreng kentang. Jumlahnya masif, karena memang anaknya banyak dan rumah kami tujuan ngumpul paman dan bibi beserta keluarganya. Soalnya amih dan apih anak pertama.

Malam takbiran semua terlibat dalam acara bersih-bersih. Karpet digelar di ruang tengah. Vas bunga yang semula kosong, semua diisi bunga sedap malam, gladiol warna oranye dan anyelir merah. Tak terhitung berapa kali aku harus keluar masuk rumah hari itu. Disuruh beli ini itu, selalu ada yang kurang. Masih sangat jelas hiruk pikuk suasana malam itu. 

Semua itu selalu sama setiap tahunnya. Itulah mungkin yang disebut dengan tradisi. Lebaran adalah momen yang sangat tepat untuk menggambarkan tradisi. Tradisi di rumah kami. Semua itu kadang berjalan tak terasa, karena memang sudah menjadi bagian hidup. Di rumahku, sabun yang kami pakai adalah Lux, odolnya Pepsodent, shampoo nya Sunsilk (kemudian berubah sesuai pilihan masing-masing ketika kami, para anak-anaknya menjadi besar), deterjen yang kami pakai adalah Rinso. Pelembut yang dipakai adalah Molto, cairan pel yang dipakai adalah Keramik warna kuning. Semua itu aku hapal, karena sering aku yang menemani Amih belanja bulanan. Semua itu baunya sudah sangat aku hapal. Wangi cucian sudah sangat khas.

Kenapa hal ini tiba-tiba aku tulis? Semua itu karena lebaran kemarin. Lebaran tahun ini adalah lebaran aku pertama menikah. Di rumah aku sendiri, berdua saja dengan isteriku. Lebaran pertama tanpa Amih. Aku harus bahu membahu bersama kakak perempuanku menghidupkan tradisi itu di rumah kami. Padahal kakakku pun sama telah memiliki keluarga sendiri. Sambil aku menyiapkan di rumahku sendiri. Untung saja lokasinya berdekatan. Aku dan Teh Dena, kakakku mencoba mengingat apa-apa saja yang biasa disiapkan Amih, sebagai sosok sentral tradisi itu. Kami seringkali kewalahan mengestimasi berapa banyak yang harus kami siapkan. Karena memang Amih yang biasa melakukan. Satu hal yang tak berubah adalah, aku tetap pontang panting disuruh membeli ini itu yang selalu ada saja. Hahaha. Bahkan sampai tengah malam.

Untungnya di rumah baru hanya ada aku dan isteriku. Jadi tak terlalu banyak yang harus disiapkan. Tak ada kue bolu, tak ada acara membuat kue. Kami cukup minta dari rumah orang tua kami. Hehehe. Paling hanya gule yang dibuat isteriku. Itu pun sambil tanya apa aja resepnya. Hari lebaran kemarin membuat aku serasa berada di dua dunia. Tentu saja, wangi rumahku tak seperti rumah Amih. Bajuku tak lagi wangi Rinso, sekarang wanginya sudah Attack. Sabunnya sudah berubah, walau odolnya tetap Pepsodent. Ya, tradisi aku dan isteriku sudah melebur menjadi sebuah tradisi baru. 

Hari lebaran pun menjadi tradisi yang baru. Sholat Ied di Sariwangi, lanjut ke Sarijadi, terus pake motor untuk menghindari macet ke Muhammad Toha. Balik lagi ke Sarijadi terus ke makam Amih dan A Fikri ke Banjaran. Capek, tapi memang itulah Lebaran hehehe. Dilanjut lagi besoknya ke Mangunreja, Tasikmalaya, destinasi yang benar-benar baru buatku.

Yah.. tradisi memang bisa diusahakan, tapi tak harus dipaksakan. Embrace the new tradition.

Maaf lahir bathin semuanya.

Thursday, July 10, 2014

Bandara Life

Dulu, kalau melihat bandara, aku sangat suka banget. Apalagi waktu SD, view dari kelas adalah Bandara Husein Sastranegara. Selalu excited kalau ke bandara, baik itu mau liburan maupun kerja. Bandara juga seringkali dianggap tempat yang mewah. Tak heran memang, soalnya tiket pesawat (dulu) tidak murah. Selain itu bandara juga dianggap sebagai tempat yang angker, begitu banyak pintu yang harus kita lewati dengan berbagai pengamanannya.

Pada dasarnya, ke Bandara itu ilustrasinya kurang lebih seperti ini: Datang ke terminal tertentu (kalau bandara besar biasanya lebih dari satu terminal, tapi kalau di daerah sih gak ada terminal2an segala) dengan menunjukan tiket kita bisa masuk dan kemudian semua barang bawaan harus melewati x-ray scan. Terus check-in ke counter maskapai sambil menunjukan tiket, ditukar dengan boarding pass sambil milih tempat duduk, mau di aisle (gang), window (jendela) atau di tengah. Barang yang mau dimasukan bagasi juga dilaporkan disini. Posisi di tengah biasanya pilihan terakhir. Terus masuk ke gate setelah sebelumnya bayar airport tax, beda bandara beda pula tarifnya. Kalau international flight, sebelumnya bayar dulu fiskal, tapi bisa gratis dengan menunjukan NPWP. Di mulut gate, boarding pass kita discan terlebih dahulu. Barang bawaan cabin melalui x-ray lagi. Terus duduk di ruang tunggu gate. Setelah dibuka, kita masuk pesawat, bisa direct pake garbarata (belalai) atau pake bis dulu, atau jalan kaki. Tergantung kondisi parkir pesawat.

Mutasi ke Medan di awal tahun 2009 mengubah persepsi aku akan bandara. Aku jadi harus sering ketemu bandara, baik untuk pulang ke Bandung maupun dinas. Kalau pulang ke Bandung, perjalanan akan lebih panjang, karena harus ditambah travel Jakarta-Bandung lewat Cipularang. Agar bisa melalui rentetan proses di bandara, lama-lama aku terpaksa mengubah banyak kebiasaan. Bawaan tak pernah banyak kalau tidak terpaksa. Travel light dengan satu ransel sangat dianjurkan. Selalu menyimpan tiket dan boarding pass di saku depan kemeja atau di saku jaket atau di tas kecil, yang penting aksesnya mudah dan tidak mudah jatuh. Semua itu akan mempercepat. 

Oiya, kalau pulang weekend, aku ngambil flight sore di hari Jum'at, biasanya jam 17:00, sampai di Cengkareng jam 19:00 terus pesan travel. Baliknya aku naik travel jam 2 dini hari, sampai di jakarta jam 04:30 naik flight jam 06:00. Awalnya sangat melelahkan, tapi lama2 badan ini sudah terbiasa, yang penting aku harus tahu kapan memanfaatkan waktu untuk tidur, makan dan aktivitas toilet. Semua itu makin buruk kalau ada sebuah binatang bernama: DELAY. Hahaha. Rencana travel Jkt-Bdg jadi kacau balau.

Perjalanan subuh di Bandara, terutama di Cengkareng, menuntut kita ahli menyesuaikan dengan jam biologis kita. Di terminal 1, aku  biasa ke toilet di luar terminal dekat kedatangan, soalnya lebih banyak, kalau sudah masuk gate, toiletnya sedikit. Di sana aku sering menggunakan toilet untuk pengguna kursi roda hehe. Dilanjutkan dengan sholat subuh di mushola yang tak jauh lokasinya. Tapi ingat, kalau jadwal kita mepet, mending di dalam terminal saja ya. Soalnya dijamin akan pontang panting mengingat lokasi yang lumayan jauh. Terminal 2 lebih nyaman, apalagi kalau kita masuk lounge. Toiletnya lebih banyak dan mushola yang lebih besar.

Nah, setelah sekian lama menghabiskan waktu di bandara, aku jadi mengkoleksi kartu kredit platinum demi mendapatkan akses ke lounge gratis. Awalnya cuma satu, Citibank Co-Brand Garuda. Tapi lama-lama, kartu itu gak lagi diterima di banyak lounge. Akhirnya dengan terpaksa aku apply kartu platinum lain. Lounge BRI adalah favorit aku selain Garuda. Tapi Garuda jarang banget aku akses, soalnya cuma buat kelas executive aja. Aku kan modal diskon tiketnya juga hehe. Kalau kita gak punya kartu kredit, biasanya kita bisa masuk dengan cara membayar. Ada juga lounge yang strict cuma buat member atau pemegang kartu kredit saja.

Lounge BRI buka jam 04:30, paling pagi dibanding yang lain. Di dalamnya ada mushola, toilet yang sangat nyaman, juga tentunya ada makanan, dan tempat charge device kita. Di Lounge ini lebih aman, jadi kalau kita mau sholat atau mau ke toilet dan kita pergi sendirian, kita gak usah repot nenteng-nenteng tas. Simpan saja di sofa atau titip ke petugas di sana. Lounge BRI juga menyediakan petugas untuk men-check in-kan tiket Garuda kita. Jadi gak usah repot-repot ngantri. Juara lah Lounge BRI ini!

Di bandara-bandara lain juga biasanya ada lounge, kecuali yang kecil seperti Bandung dan Bengkulu, misalnya. Eh di Bengkulu ada deh, tapi gak bisa pake kartu kredit. Harus bayar.

Antrian di counter check-in seringkali menyita stok kesabaran kita. Terutama di masa peak season. Masih banyak yang tidak biasa untuk mengantri, jadi saling serobot. Biasanya aku pasang tampang waspada ala satpam kalau ketemu penumpang macam gini, hehe.

Setelah terbiasa, suasana bandara yang menakutkan lama-lama akan luntur kok. Berubah menjadi emmm menyebalkan hahaha. Jadi inget film Up In The Air, dimana George Clooney yang hidupnya banyak dihabiskan di bandara, sampai2 punya tips ala dia segala. Tapi bandara ini kalau tujuannya mau liburan, dengan sendirinya kesan menyebalkan itu akan jadi menyenangkan kok. Semua itu memang tergantung mindset, tampaknya.




Tuesday, July 08, 2014

Tips Nonton Film di Bioskop Bersama Anak

Sudah sejak lama saya ingin mencoba berbagi tips nonton film bersama anak kecil, baru sekarang keingetan lagi hehe. Walau belum punya anak (ingin sekali punya ya Alloh.. tolong aamiinkan pembaca--makasih hehe), aku punya lima belas keponakan berbagai umur, dan mayoritas sudah pernah aku ajak nonton film di bioskop berkali-kali. Umur termuda yang pernah aku ajak ke bioskop adalah 4 tahun. Acara nonton ku terbilang sukses.

Ok, kita mulai saja tips dan triks nonton film di bioskop bersama anak versi saya:

1. Persiapan. Acara persiapan ini bisa dilakukan di rumah berhari-hari sebelum acara nonton. Penting dilakukan terutama untuk anak yang tidak terbiasa dengan gelap dan penuh orang. Acara ini bisa berupa kemah-kemahan di dalam rumah dengan lampu dimatikan dan hanya menyisakan televisi yang dinyalakan. Kasih pengenalan, sambil ngobrol sambil selingi dengan lelucon yang lucu. Jangan takut-takuti mereka, apalagi sambil nyebut-nyebut hantu.

2. Screening. Jadilah orang dewasa yang bertanggungjawab. Kenali film yang akan kita tonton sebelumnya. Bisa dengan cara browsing di internet atau tanya ke orang tua yang sudah pernah nonton film ini. Hindari film yang "meragukan". Kalau perlu tonton dahulu film itu sendiri. Hal yang penting kita screening bukan saja apakah film ini bebas dari adegan dewasa ataupun kata-kata kotor, tapi juga perhatikan apakah film ini bisa membuat anak kita takut atau tidak. Film yang aku tonton dulu sebelum mengajak anak-anak adalah: Night At The Museum. Jangan latah hanya gara-gara gebyar box office, dengan serta merta kita ajak anak-anak kita menontonnya, tanpa screening, misalnya film: Transformers, James Bond, Kick Ass, dsb. Aku pernah melihat serombongan orang tua yang menonton sambil anak-anaknya. Mereka marah kalau ada anak yang teriak dan ngomong kasar, tapi film yang mereka tonton adalah Kick Ass 2. Glek.
Nonton film yang sesuai umur (film anak-anak) juga akan menumbuhkan sikap toleran bagi penonton lain. Teriakan, tangisan anak-anak akan dimaklumi kalau kita sedang menonton film Toy Story, misalnya.

3. Beli Tiket. Anak-anak biasanya tidak sabaran, dan cenderung akan lebih lincah kalau diajak ke mall. Akan dijamin membuat anda repot kalau ditambah anda harus mengantri panjang tiket nonton. Lebih buruk lagi, mereka akan kecewa bahkan mengamuk ketika kita tak berhasil mendapatkan tiket. Acara nonton anda akan gagal total. Gunakanlah fasilitas m-tix (untuk jaringan 21) atau blitzcard (blitz megaplex) untuk menjamin kepemilikan tiket. Perhatikan ketentuan masing-masing fitur ini. Bahkan jika perlu, anda minta tolong orang lain untuk membeli tiket terlebih dahulu sebelumnya. Misal, kalau anda mau nonton di sore hari, beli tiket di siang hari. Yang ini agak merepotkan memang.

4. Posisi duduk. Pada saat membeli tiket, pilih tempat duduk di gang agar mudah jika anak kita ingin ke toilet.Tempatkan anak-anak dekat dengan kita, lebih baik lagi kalau diapit orang dewasa. Jika beramai-ramai, atur dan kombinasikan anak kecil dekat dengan anak yang lebih besar. Jangan tempatkan anak-anak yang "berpotensi konflik" berdekatan.

5. Baju hangat. Karena di dalam bioskop dingin, jangan lupa siapkan jacket atau sweater untuk anak kita.

6. Pipis. Sebelum film dimulai, tanya anak anda apakah pingin pipis dan ajak ke toilet. Setelah duduk di bioskop, bilang kalau mereka pingin pipis jangan ditahan dan bilang ke kita, agar kita antar. Resiko kita sebagai orang dewasa, kalo mereka pingin pipis ya harus kita antar, walau film sedang rame-ramenya. Aku pernah harus rela ga nonton ending film Karate Kid gara-gara ponakanku pingin pipis. hehe.

7. Snack. Jangan lupa beli makanan dan minuman untuk mereka. Hindari minuman yang mudah tumpah. Aku sih suka bawa ransel dan beli makanan di supermarket, karena selain jenis makanan yang beragam juga lebih murah dibanding di bioskop hehehe. Acara nonton ini bisa dijadikan rayuan maut lho buat anak yang susah makan. Jadi sambil mereka nonton, kita suapin.

8. Dampingi. Setelah anak-anak nonton, kita gak lantas boleh tidur lho. Kita harus kasih penjelasan kalau mereka nanya atau kalau ada adegan yang menurut kita harus dijelaskan. Jangan biasakan menyuruh mereka diam dengan cubitan atau teriakan. Tegur dengan lembut. Kalau si anak memaksa keluar, kita harus ikhlas keluar :)

9.Jangan 3D. Sebisa mungkin kita masuk ke bioskop setelah dipanggil, jangan terlalu mepet. Hal ini membantu si anak menyesuaikan diri dengan keadaan bioskop di saat terang. Biasanya anak-anak melihat-lihat dulu keadaan bioskop dan mulai tanya-tanya. Hal ini juga membuat anak-anak tahu kalau ada orang lain yang juga ikut nonton. Kalau datang pas saat telat, ruangan sudah gelap, anak-anak gak bisa liat. Pada kesempatan pertama, sebaiknya jangan nonton yang 3D. Kacamata 3D biasanya membuat anak gak nyaman, beberapa ponakan aku malah pusing. Jadi sebaiknya nonton yang 2D biasa aja dulu.

nah.. sekian tips dan triknya. Selamat Nonton.
Semoga berhasil dan menyenangkan!


Monday, May 26, 2014

Memulai Hari

Setiap hari. 
Aku merasa harus datang ke kantor lebih pagi. Walau jam kantor dimulai jam 08:00, hampir pasti, jika tak ada halangan, aku datang sebelumnya. 

Sebetulnya ini sebuah penyakit. Aku seringkali merasa cemas akan waktu. Jadi kalau ada janji jam delapan, kalau jam tujuh aku belum pergi, aku akan gelisah. Padahal jarak tempuhnya tidak terlalu jauh, paling 10 menit sudah sampai. Jam 7:45 kalau teman yang kita ajak janjian belum datang, akan membuatku kesal. Hehe, aku seolah dibelenggu waktu.

Jadi daripada kesal, sebelum masuk kantor, aku mencari kesibukan. Biasanya internetlah yang menjadi tumpuan. Hal itu yang seolah memuaskan segala jenis keingintahuan aku. Pernah bahkan aku seperti tenggelam dan waktu kerja pun lewat. Hehe ampuun. 

Biasanya acara browsing dimulai dengan situs "wajib" versi aku, seperti detik, usatoday, people, dan rottentomatoes. Setelah itu berkembang ke Youtube. Youtube dimulai dari charts. Biar kita bisa tahu apa-apa aja sih yang lagi ngehip  di dunia. Jadi seolah-olah kaya nonton berita juga sih. Terus saya berkenalan dengan Failblog, sebuah situs yang berisi kompilasi kejadian tolol di internet. Situs ini seringkali membuat aku terpingkal-pingkal atau bahkan mengerenyitkan dahi.

Lambat laun kemudian aku menyadari. Hal yang aku lihat dan baca tersebut mempengaruhi aku. Kadang aku masih merasa senang akan ketololan maupun hal mengerikan yang terjadi. Semua itu membuat aku tak nyaman. Aku bosan. 

Kemudian aku mulai mencari hal baru. Aku mulai haus akan hal-hal yang menyenangkan dan membahagiakan. Hal itu pula yang membuat aku tak bisa lepas dari Ellen Show. Tiap pagi aku tak sabar melihat video baru tayangan channel Ellen Show. Apa sih sebenarnya yang membuat Ellen Show menyenangkanku? Padahal selintas itu hanya acara talkshow biasa. Ellen menurutku sangat berbeda dengan Oprah. Ellen membawakan segala sesuatu dengan ringan. Membuat semua yang dia undang seolah sahabat-sahabatnya. Selain wawancara, acaranya penuh dengan hadiah. Mobil, uang, tour, bahkan rumah. Semua diberikan dengan cara menyenangkan dan penuh keceriaan. Seringkali aku tertawa dan bahkan ikut menitikan air mata. Aku benar-benar percaya dia adalah orang yang baik.

Tapi aku kadang bingung pada saat semua videonya habis aku tonton. Padahal hari masih pagi. Kemudian aku menemukan kalau Failblog punya situs partner kebalikannya, yaitu WIN. Situs ini luar biasa! Penuh dengan hal-hal indah, baik, lucu, keren, membanggakan dan hal menakjubkan lainnya. Situs ini membuatku bahagia tanpa merasa bersalah.

Situs ini juga lantas memperkenalkan aku dengan channel Youtube lainnya yang penuh dengan hal-hal kebaikan. Seperti: Late Night with Jimmy Fallon (orang ini adalah bukti bahwa menjadi lucu tak berarti harus menyakiti dan mengolok-olok orang lain), Give Back Films, channel yang memberikan kejutan, biasanya memberikan uang ke orang-orang tak dikenal dan merekam reaksinya. Ada juga Magic of Rahat yang biasanya membuat lelucon di drive Thru, tapi kadang juga memberi kejutan ke orang yang tak mampu. 

Internet dan gadget saat ini mengubah banyak hal. Bahkan membuat orang terkesan tak peduli lagi dengan lingkungan sekitarnya. Tapi melihat semua hal-hal tadi membersitkan secercah harapan. Mungkin memang aku yang salah. Mungkin hubungan sosial memang telah berevolusi. Mudah-mudahan masih ke arah yang baik. Walau medianya sudah berbeda, kebahagiaan itu tak butuh terjemahan. Kebahagiaan itu universal.

Hal ini sedikit banyak, membuat aku lebih mudah menjalankan aktivitas sepanjang hari. Setidaknya membantuku untuk tetap berpikir waras dan membentuk semacam alert kalau pikiran buruk muncul. Mungkin ini yang Teh Mira sebut, mood setting

Aku seringkali putus asa dengan televisi kita, acara gosip dan berita kriminal sudah dimulai sejak dini hari. Berita buruk bukannya untuk diabaikan, menurutku kita perlu tahu apa yang ada di sekitar kita, tapi tetap harus disampaikan dengan informatif, tak berlebihan dan bebas drama.  Tanggalkan gosip dan berita buruk. Tentukan hari yang kita inginkan. Throw the negativity away and let the positive come in :)

Wednesday, March 26, 2014

Aku. Kini.

Sudah lebih dari satu semester ya gak nulis.. Gak kerasa penuh sarang laba-laba blog nya. Hehe.

Walau hanya 7 bulan hitungan kalender. Kenyataannya waktu berjalan dengan sangat cepat. Walau sebenarnya jika melihat ke belakang, kejadian demi kejadian sebetulnya berlangsung dengan lambat tapi sekarang terasa sedang berada dalam kecepatan Warp 9.

Saat ini aku telah menikah. Saat ini amih telah tiada.
*tarik nafas*

Aku terus terang kadang merasa aku masih sedang bermimpi. Jadi kadang merasa punya khayalan tapi kemudian diingatkan kalau itu bukan khayalan. Itu adalah kejadian kemarin.

Aku merasa tidak pernah mengambil keputusan ini. Menikah, maksudku.Aku memintanya. Aku menginginkannya. Bahkan aku ingat, berharap di depan Ka'bah di tahun 2007 akan hal ini. Tapi kemudian aku digerakkan Alloh untuk melakukan ini. Sangat hiperbolic. Tapi benar-benar tidak begitu. Aku yang merasakannya. Detik-detik melakukan itu adalah hal yang sangat berat buat aku. Padahal aku nyaris berumur 37 tahun. Aku benar-benar takut. 

Setelah menikah pun aku masih takut. Bahkan semakin takut. 
Tapi aku yakin apa yang aku lakukan ini benar. Dan tak ada yang bisa aku lakukan kecuali bergantung kepada Alloh untuk menolongku. Tak ada lagi yang bisa menolongku. Dan subhanalloh... ini lah yang terjadi pada aku dan kehidupanku. Alloh menyayangiku, Alloh menggerakanku untuk bisa, bahkan disaat aku percaya aku tak mungkin bisa. Allohu Akbar.

Alloh telah menyiapkan yang terbaik untukku. Di waktu yang sempurna dan dengan wanita yang luar biasa. Aku sangat bersyukur disandingkan denganya.

Seminggu kemudian setelah menikah, Amih berpulang. Di pangkuanku. 
Setelah sholat Jum'at. Insya Alloh aku ikhlas. Kepergian A Fikri dulu ternyata menjadikan aku siap akan kejadian ini. Aku insya Alloh siap. Syukur pula aku memiliki keluarga dan tetangga yang saling membantu. Aku tak kesulitan mengurus segalanya. Alhamdulillah.


Life goes on. Semoga Alloh selalu menyertai aku, kami, dan anda semuanya. Aamiin.