Wednesday, June 24, 2015

Remembering Her

Bi Dedeh dan Amih sedang ngobrol di depan rumah Ciamis
Sekarang Ramadhan sudah berapa hari ya? hari ke 7 rupanya. Tak terasa.
Ada yang berbeda dengan puasa kali ini. Untuk pertama kalinya aku puasa di kota Jakarta. Sahur dan buka puasa di kosan, sesekali di mall, sesekali di kantor. Bukan hal yang aneh. Sudah kesekian kalinya aku menjalani puasa di perantauan.

Ada yang berbeda dengan puasa kali ini. Entah kenapa di puasa kali ini ingatan akan Amih senantiasa berkelebat. Padahal puasa kali ini berat sekali tantangannya. Deraan pekerjaan seakan tak berhenti. Menuntut kendali fisik dan psikis. Artinya gak ada waktu untuk melamun, bahkan kalaupun itu dilakukan dengan sengaja.

Ini adalah puasa kedua aku tak bersama amih. Sejak kepergian amih tepat seminggu setelah pernikahanku tahun lalu. Memori percakapan, kilasan wajah, senyum, tatapan beliau menyelinap tak terduga di sela-sela kegiatanku.

Pernah ketika aku shalat tarawih sendiri di kamar kos, ingatan tertuju pada saat aku entah SD entah SMP ketika sholat tarawih berjamaah di mesjid Al Hidayah dekat rumah. Kala itu Apih jadi imamnya. Pulang salat tarawih di rumah, sambil ceria khas, Amih bercerita kalau dia tadi tegang, takut Apih salah jadi imamnya, takut milih surat yang panjang dan dikatain orang-orang hahaha.

Di saat lain, ketika aku terdiam memikirkan pekerjaan, Amih terasa memeluk aku. Pelukan itu terasa sangat nyata. Tanpa terasa derai air mata tak dapat aku bendung. Ya, Alloh.. aku sangat merindukannya. Tempatkanlah beliau di surgaMu.

Aamiin.