Tuesday, July 31, 2007

All Good Things Come To An End

Subuh kemarin sebuah hari dimulai dengan sebuah mimpi. Mimpi yang aneh. Dan tak pernah bisa hilang walaupun aku sudah bangun. Bahkan setelah aku sampai di kantor pun. Sekali lagi aku gak supertitious. Aku gak pernah baca primbon apalagi percaya ramalan. Tapi aku tahu, setiap kali aku mengalami mimpi seperti ini, sepanjang hari akan kelabu.
Dan hal itu benar. Ternyata Bu De Tuti meninggal. Terpaksa aku meminta izin keluar kantor. Aku gak pernah suka melayat orang meninggal. Melihat mayat terbujur sudah cukup membuatku tak bisa berkata-kata. Aku juga gak hapal bacaan sholat jenazah. Tapi aku sadar orang-orang membutuhkanku. Minimal sebagai seksi sibuk antar mengantar. Untunglah disana banyak orang. Jadi ada teman untuk ngobrol menghilangkan kesedihan.

Tuesday, July 24, 2007

The End of Harry Potter

Aku masih ingat suatu hari di tahun 2001. Tak sengaja aku melihat sebuah buku di meja Wulan sang sekertaris (kala itu). Apaan nih, Harry Potter, Chamber of Secret. aku baca Bab pertamanya dan langsung tak bisa lepas. Di kemudian hari aku tahu ternyata si Wulannya sendiri gak pernah baca katanya. Aneh. Hehehe.
Perjalananku dengan Harry Potter tak pernah bisa aku lupakan. Buku-buku JK Rowling itu gak pernah bosan aku baca dan aku bicarakan.
  • The Sorcerer's Stone, buku yang aku beli pertama kali. Sesudah kejadian di meja sekertaris itu aku langsung mencarinya. Aku membeli buku jilid pertama Harry Potter di Gunung Agung King's Plaza.
  • Chamber of Secret, tak lama kemudian setelah buku pertama, aku gak tahan untuk melanjutkannya. Buku ini aku beli di Gramedia Jl. Merdeka.

  • Prisoners of Azkaban. Buku ini aku punya dua. Aku pikir hilang. Ternyata dipinjem Anggia, kakaknya Chandra. Huh!

  • Goblet of Fire. Aku asli gak punya uang. Padahal aku sangat sangat ingin memilikinya. Sakit pula. Walhasil gak masuk selama tiga hari. Aku sangat sedih sekali. Tapi aku masih ingat ketika masuk kerja setelah sakit itu, buku Goblet of Fire sudah ada di meja. Aku gak bisa berkata apa-apa. Ternyata Teh Nuke membelikannya untukku. Terimakasih banyak, Teh.

  • Order of Phoenix. Aku pesan jauh-jauh hari di Gunung Agung BIP.

  • The Half Blood Prince. Aku juga pesen jauh hari. di Gramedia Merdeka. Rencananya mau diambil tengah malam (mereka bikin acara khusus), tapi hujan. Jadi aku ambil di pagi harinya. Lumayan berhadiah tas Harry Potter hehehe.

  • The Deathly Hallows. Buku-buku sebelumnya aku beli yang edisi bahasa Indonesia. Tapi kali ini aku ga tahan. Tapi aku bingung, kenapa ada dua buku dengan dua gambar yang berbeda. Kata si mbak nya, ini ada yang edisi dewasa dan remaja. Karena ku takut yang edisi dewasa susah bacanya, aku jadi beli yang edisi remaja. Bukan seperti yang dibeli Tari.

Aku baru selesai membacanya tadi malam sejak hari Sabtu. Seperti juga edisi-edisi sebelumnya, mataku gak bisa lepas darinya. Baru berhenti setelah sadar kalau besok harus kerja dan memutuskan untuk tidur. Beda dengan buku sebelumnya. Buku ini adalah perpisahan dengan Harry dan gerombolan dunia sihir. Tidak ada lagi yang ditunggu tahun depan. Begitu banyak cerita yang aku akan rindukan. Terimakasih Harry, Terimakasih JK Rowling.

Thursday, July 12, 2007

Taufik Savalas

Aku sudah sangat jarang sekali nonton TV lokal. Isinya sinetron-sinetron gak jelas dan infotainment yang berlebihan. Tapi tidak subuh tadi. Jariku gak ada kerjaan, menelusuri tiap channel tanpa benar-benar menontonnya. Tak sengaja pandanganku tertuju satu acara infotainment. Ada yang meninggal. Dan Innalillahi wainnaillaihi roji'un, Taufik Savalas berpulang.
Sesaat terdiam. Aku seringkali disamakan dengan beliau. Bahkan gaya joget kami mirip, mengandalkan perut dengan meper-meper. Aku gak pernah keberatan disebut Dodi Savalas. Habisnya Taufik Savalas memang lucu dan sederhana. Aku jadi ingat tahun 2001 dulu, ketika dia jadi MC di acara ulang tahun kantor aku. Tahun itu vendor yang bikin kaos sangat menyebalkan. Ukurannya gak ada yang beres. Kekecilan semua. Walhasil kaos untuk pengisi acara juga gak cukup ukurannya. Taufik Savalas gak ngomel, dia malah ketawa-ketawa walau sepanjang acara udel kemana-mana.

Aku yakin banyak orang kehilangan. Termasuk aku. Padahal aku gak pernah ngobrol dengannya. That's the power of public figure, I think. Dia membantu dan menginspirasi banyak orang. Semoga dia mendapatkan tempat terbaik disisiNya.

Miss you so much!

Monday, July 02, 2007

Movie Movie

Hari Jum'at kemarin sudah diputuskan untuk nonton Transformers. Keponakan2ku sudah stand-bye disana, sedangkan aku start dari kantor. Filmnya lumayan lama ternyata. Mengisahkan perseteruan Autobots dan Megatron di planet Bumi. Autobots (bermata biru) di pihak baik, sedangkan Megatron si mata merah adalah penjahat-penjahatnya. Film ini menyenangkan baik untuk yang telah sangat familiar dengan tokoh mainan buatan Hasbro ini maupun yang sama sekali awam seperti aku. Transformasi kendaraan biasa menjadi robot-robot keren sangat amazing. Begitu pula adegan-adegan actionnya. Shia LeBouf si pemeran utama juga tampil lucu. Hanya saja beberapa pemeran (Jon Voight dan John Turturro) agak berlebihan di film ini. Berniat lucu tapi malah mengesalkan. But overall, this film is a boy's dream.


Selagi menunggu nonton Transformers di Blitz, tiba-tiba saja aku antri di ticket box, lucu juga besok nonton midnight. Kebetulan ada film Die Hard yang baru, Live Free or Die Hard. Sebelumnya aku sudah berprinsip tidak akan pernah ke Parijs Van Java di malam minggu. Macetnya dijamin akan mengeringkan semua tetes semangat yang ada pada tubuhmu. And I'm not over-reacted. Tapi filmnya kan main jam 23:45, masa sih masih macet, pikirku. Aku pergi jam 22:00 (artinya dua jam menjelang tengah malam) dan OMG, jalan Karang Tinggal yang sempit dan biasanya damai. Aku tahu pasti karena disinilah rumah kakekku. Malam itu sangat macetttttt! Untunglah malam itu aku sudah tidur dulu, sudah makan, tidak ingin kencing, ditemani Fanny, keponakanku dan lagu di RaseFM sangat menghibur. Semua itu sangat manjur sebagai obat putus asa. Parkirannya pun penuh luar biasa. Jarak yang biasanya cukup menghabiskan waktu 8 menit saja dengan berjalan aku tempuh dalam waktu satu setengah jam malam itu. Aku beneran kapok.
Tapi aku adalah penggemar John McClaine. Aku punya DVD tiga jilid sebelumnya. Dan aku masih ingin mengulang memori itu. Sialnya itu pula yang dijawab Hollywood dengan film ini dengan tanpa rasio yang memadai. Film ini mengisahkan segerombolan hacker super pintar yang mengkacaubalaukan Amerika. Teroris ini dipimpin Thomas Gabriel yang aku gak tahu kenapa kok berbahasa Perancis. Tugas John adalah mengawal Justin Long, salah satu hacker yang selamat untuk bertemu dengan pimpinan FBI, Bowman yang diperankan Cliff Curtis (salah casting?). Film ini bertabur special effect yang terlihat mahal dan bombastis. Bruce Willis sudah terlalu tua. Justin Long kewalahan. Script yang buruk. Tidak terlihat lagi dialog-dialog lucu dan sarkastis khas Die Hard. Film ini terlihat sebagai film yang sama sekali baru tapi memakai nama John McClaine. Semakin menjelang akhir, adegan akan semakin berlebihan dan benar-benar menganggap penontonnya bukanlah sesuatu yang memiliki otak. Hhhhh, benar-benar malam yang melelahkan.