Thursday, April 05, 2007

Deddy Mizwar, The Great


Pulang kerja kembali pikiran aku kosong. Pikiran melayang kemana-mana. Dan tiba-tiba saja pikiranku membujuk aku untuk membeli topi baru di Parijs Van Java. Aku menurutinya. Gerbang masuk terlihat padat. Aku lupa, besok adalah weekend paskah tiga hari yang artinya hari ini sama dengan malam minggu di waktu biasa. Aku berinisiatif parkir di atas dan mendapat tempat sangat strategis, di depan pintu masuk Blitz Megaplex. Tanpa aku sadari aku mendapatkan diriku sudah di depan loket pembelian tiket nonton. Dan aku pun cukup heran ketika telah mendapatkan satu buah tiket di theatre 5 untuk menonton “Nagabonar Jadi 2”. Gosh, I must be drinking.
Seperti sudah aku bilang aku suka Deddy Mizwar di masa tua dan berpikir di masa mudanya biasa saja. Aku telah menonton The Original Nagabonar puluhan tahun lalu dan aku tidak menyukainya. Jadi alasan aku menonton film ini jelas hanya untuk The Legend tadi.
Diceritakan Nagabonar harus pergi ke Jakarta untuk mengikuti peresmian pabrik anaknya –Bonaga (Tora Sudiro), seorang pengusaha lulusan luar negeri. Selebihnya tidak sulit ditebak, pergulatan dua zaman yang berbeda akan menjadi thema dominan di film bersponsor banyak ini.
Tidak sulit untuk beradaptasi dengan film Nagabonar 2. Dalam 5 menit pertama aku sudah sangat nyaman. Walau deretan belakang ku penuh dengan gadis yang sepertinya lulusan “Anjing university”, soalnya dia memakai kata anjing di setiap obrolannya. Baik kagum maupun lucu. Film ini tak diragukan lagi memang lucu. Naskahnya cerdas. Semua pemerannya bermain sangat bagus dan lepas. Tapi yang membuat aku sangat kagum sampai akhir film tak lain adalah the Great Deddy Mizwar.
Sumpah disaat penonton lain tertawa, aku tak bisa berhenti menangis, kagum akan beliau. Bahkan sampai perjalanan pulang rasa kagum itu tak bias hilang. Ya, selain sebagai aktor utama, beliau juga sebagai penyusun naskah dan sutradara.
Film ini tak hanya menjual komersialisme, tapi tak juga menghindarinya. Aku sangat takjub akan keberaniannya menyelipkan nasionalisme dan aspek religius di film ini. Banyak pesan, bahkan terlalu banyak. Tapi aku mengerti, sepertinya beliau sangat ingin film ini gak hanya menghasilkan uang dan hiburan belaka. Aku seperti mendengarkan nasihat orang tua di film ini. Nasihat yang memang ingin aku dengarkan. Kekaguman ini bahkan menjadikan alur cerita utama yang menjadi samar seakan tak penting lagi.
Aku percaya beliau adalah seorang yang besar. Aku sangat ingin bertemu beliau.

2 comments:

Taiko Tari said...

Dod, boleh titip belikan DVDnya film ini gak kalo nanti keluar...
Aku pingin banget nonton. Dari dulu berburu Nagabonar perdana gak ketemu2, sekarang I will make peace with Nagabonar 2.
Thanks ya sebelumnya!!

hijau said...

sip. aku juga lagi nunggu tar. Aku kasih tau kalo dah ada, ya...