Beberapa temanku menanyakan bagaimana Maroko. Negara yang aku kunjungi dua tahun lalu itu. Banyak yang ingin kesana juga ternyata. Mayoritas menanyakan itinerary nya. Beberapa tulisan tentang perjalanan itu sudah aku posting disini, disini, awal di Casablanca disini, dua sisi Marrakesh disini dan disini. Cerita tentang Ken Brekke disini. Sebenarnya setelah postingan tentang Ken itu, kami berlanjut ke Tangier, Fes dan Meknes kemudian balik lagi ke Casablanca. Aku jadi malu karena sudah terlalu lama untuk menyambungnya kembali. Tapi biar melengkapi ceritaku ke sana, yang mudah2an bisa berguna (ciehhh) buat teman2ku yang mau ke Maroko, baiklah aku lanjutkan kembali.
Kali pertama kami menjejakkan kaki di stasiun kereta Marrakesh, kita langsung beli tiket Marrakesh - Tangier. Big Mistake. Kita menyertakan Tangier atas beberapa pertimbangan. Aku ingin ke kota ini karena Bourne Supremacy shooting disini (hehe), selain itu aku ingin ke Gallerynya Delacroix yang menurut internet ada disini. Tapi semua itu berubah, ketika Ken menyatakan ketidak setujuannya. Menurutnya kota itu tidak baik untuk turis. Kejahatannya terlalu tinggi. Hal ini terang saja membuat aku membatalkan Tangier. Tapi kita tetap pergi kesana. Karena tiket kereta sudah dibeli.
Kami pergi malam dari Marrakesh dan sampai ke Tangiers pagi hari. Lumayan juga gak harus nginep di hotel Karena membatalkan acara di Tangiers, kami langsung membeli tiket ke Fes. Untungnya kami tak harus menunggu lama, sekitar dua jam saja. Stasiun Tangiers terletak di pinggir pantai. Cuaca yang sejuk membuat kami betah duduk disana sambil menunggu McDonalds buka. Di pinggir pantai tersebut banyak orang berolahraga pagi. Jadi samasekali gak bikin bosen.
Kami naik kereta kelas biasa menuju Fes. Perjalanan itu menyita fisikku. Aku kelelahan. Sebagian besar perjalanan aku habiskan dengan tidur. Di kereta itu pula aku melihat ibu-ibu berbaju panjang dengan kain buatan Indonesia. Ibu-ibu itu tiba-tiba kejang entah kenapa. Aku sumpah takut beliau meninggal di kereta. Anak-anaknya mengipasi beliau dengan majalah sambil menangis. Di kereta itu pula aku bertemu dengan Amin yang menawarkan berwisata di Fes. Dia memberikan nomor teleponnya. Buku Lonely Planet yang kami pegang menginformasikan agar tidak mengambil guide dari kereta. Tapi gak ada salahnya kalau sekedar ngobrol, menurut aku.
Kami belum pesan tiket di Fes. Tapi untungnya Ken, merekomendasikan hotel Splendid. Hotel yang murah dan dekat dengan pusat kota. Hotelnya lumayan enak, ada kolam renangnya, fasilitas yang sebetulnya tidak berguna. Kami tak berniat menggunakannya di udara sedingin ini. Sampai di hotel aku langsung tidur, tak kuat untuk bergerak. Selama aku tidur Rony menghabiskan waktu dengan membaca Donal Bebek. hahaha. Kasian sekali.
Syukurlah setelah tidur, badanku lumayan terasa ringan. Kita pun menelusuri kawasan sekitar hotel. Di Fes ini tidak ada shopping mall. Yang ada jalan yang tidak terlalu besar dengan untaian toko dan cafe di sisi-sisinya. Aku menyukai kota ini. Kota ini adalah bagian terbaik dari acara aku selama di Maroko. Kotanya santai. Tidak terlalu touristy. Tapi tidak sepi juga. Kami mencari makanan dan minuman. Aku membeli qur'an terbitan Maroko juga di kota Fes ini. Bahkan kami pun menyempatkan makan Moroccan Pie disini. Yumm..
Di hampir semua kota di Maroko, cafe akan ramai di sore hari. Sekitar jam 16. Cafe disana penuh dengan laki-laki yang (sepertinya) minum kopi dan teh mint saja. Perjalanan tour di Fes dimulai keesokan harinya. Sebetulnya atraksi tour paling utama di kota Fes ini adalah di kawasan Medina (kota tua). Medina di Fes ini terbesar kedua di dunia setelah Damascus. Kita bisa menyewa guide di kantor pos dengan membayar biaya yang tak terlalu mahal. Kita mendapatkan seorang guide yang profesional, memakai baju resmi, berdasi dan memakai tanda pengenal. namanya Mouhammed. Sebelum memulai tour, kita disarankan membawa minum dan berhati2 terhadap pencuri.
Medina dimulai dari sebuah istana raja yang besar dan dikawal tentara. Tapi kita boleh berfoto ria di luarnya. Kemudian ke kawasan hunian Yahudi yang sudah ditinggalkan. Bahkan kita melihat sinagog yang sama sekali sudah tak digunakan lagi. Medina ini sangat mengagumkan, sangat luas, dan sangat berwarna warni. Kawasan ini masih ditempati dan digunakan. Jadi kita akan bersatu dengan hiruk pikuk penghuni kawasan itu. Aku seringkali terkejut disini. Kita melewati rumah orang, pasar, mesjid, pasar lagi, restoran, universitas (!), sekolah, madrasah, bank, hotel (riad), dan banyak lagi. Semua kita lewati dengan melalui gang-gang kecil yang bahkan sangat kecil. Sambil berjalan Mouhammed menjelaskan sejarah, kekhasan tempat-tempat ini sambil sesekali menyapa orang-orang yang dia kenal.
Ada banyak madrasah, mausoleum, mesjid yang sangat indah dan terlihat tua. Ukiran yang detail benar-benar membuat betah. Jalur yang dilalui tour guide sepertinya sudah ditentukan. Karena kita sering bertemu dengan rombongan lain. Jalur ini juga sudah didesain untuk berhenti di toko souvenir, toko karpet, toko kain, toko obat-obatan. Mudah diduga sih. Tapi untungnya kita dijamu dengan ramah. Sama sekali tidak ada paksaan untuk membeli. Jadi kalau kita tidak berminat, si pedagang gak pasang muka bete. Pas makan siang kita ditawarkan untuk makan di medina, di sebuah restoran khas Maroko. Yah, apa salahnya. Kita mengiyakannya.
Rupanya makan di restoran itu, dua orang saja terlalu berlebihan. Menu yang dihidangkan sungguh sangat banyak dan macamnya pun sangat banyak. makanan pembuka, main course, sampai penutup. Semuanya sangat banyak. Kami tak mampu menghabiskannya. Yang makan di restoran itu hanya kami. Udara sejuk dan tempat yang penuh hiasan khas Maroko. Sambil makan kita bertanya-tanya, berapa harga makanan yang dihidangkan ini. Takut uang kita gak cukup. Setelah melihat bill, kita sempat agak khawatir. Ternyata semuanya 500 MAD atau sekitar Rp 500ribu. Setelah mengeluarkan semua uang sampai koin, syukurlah si 500MAD itu terkumpul. hahaha.
Setelah makan, perjalanan agak santai. Kita mendatangi universitas Fes dan sebuah sekolah seni. Sekolah-sekolah ini cukup besar. Sekolah seni ini sangat menyenangkan. Kita melewati ruangan perkuliahan, workshop sampai taman yang rimbun, indah dan berwarna warni. Penuh dengan pohon jeruk yang berbuah ranum. Tapi anehnya lagi, orang-orang kok gak memetiknya ya. Sekolah itu letaknya agak tinggi, jadi pemandanganya sangat indah ke hamparan kawasan medina yang sangat luas.
Tour berlanjut ke sebuah toko karpet yang sangat besar. Kita tidak ada yang berminat untuk membelinya. Syukurlah, setelah sampai disana aku bersin hebat, gak bisa berhenti, sehingga kunjungan ke toko itu tak berlangsung lama. Sebuah tempat yang menakjubkan lainnya adalah tannery. Tannery ini tempat pengolahan kulit binatang. Dilembutkan dan diberi warna untuk kemudian dibuat menjadi tas, ikat pinggan, dan barang lainnya. Kawasan ini sangat bau, makanya pas masuk kita diberi segenggam daun mint untuk dimasukan ke lubang hidung. Aku sempat membeli tas disini.
Tak terasa, tour berakhir. Padahal dari jam 10 sampai jam 15!! Kita pulang ke hotel. Leyeh-leyeh dan kembali menelusuri sekitaran hotel yang hiruk pikuk tapi menyenangkan. Kita beli cherry segar yang harganya cuma 15 ribu per kilonya!