Monday, November 13, 2006

Breaking Prison

Tanggal audit sudah ditetapkan. 6 – 7 Desember nanti, tapi entah gak peduli, entah sudah terbiasa, sekarang aku mati rasa. Mungkin juga karena syndrome tak berlibur yang masih aku rasakan sekarang. Tapi satu hal yang pasti: aku butuh hiburan. Setelah sekian lama menunggu Monk season 1 dan 3 edisi boxed set yang tak kunjung tiba, akhirnya aku menyerah. Aku beli bajakannya. Season 1 aku lahap dengan brutal. Selesai dalam waktu dua hari saja, hahaha. Monk memang hebat!
Kesibukan awal bulan, tanggal-tanggal awal yang berarti report bulanan, menyeret aku untuk tinggal di kantor berlama-lama, yang artinya no dvd in this period. Suck. Aduh, pekerjaan yang bertubi-tubi nyaris mematahkan semua harapan aku untuk bersenang-senang. Tapi aku tak mau menyerah. Perjalanan dinas dua hari kemarin ke Jakarta, gak aku sia-siakan, di hotel aku kembali memutar Monk season 3, tapi sialnya, season ini kedodoran di episode2 awal. Mulai episode ketiga sih sudah mulai membaik lagi, tapi aku jadi agak sedikit bosan. Yah, sudah, gapapa. Aku kan bawa DVD yang lain. Bajakan juga. Prison Break.

Berkali-kali aku liat review-nya di internet, baru kali ini aku tertarik untuk melihatnya. Ternyata aku tolol sekali. Gosh! Kenapa bisa2nya aku mengabaikan serial sekeren ini. Bodoh. Bodoh! Serial ini sangat smart dan penuh ketegangan. Melebihi 24 season pertama, menurut aku. Ceritanya tentang Lincoln Burrows yang harus menghadapi vonis mati dipenjara Chicago karena dituduh membunuh adik wakil Presiden. Walau Lincoln bersikukuh menyatakan tidak bersalah, tapi bukti2 berkata lain. Satu-satunya orang yang percaya Lincoln tidak bersalah hanyalah adiknya, Michael Scofield. Setelah melalui penelitian yang mendalam, Michael, si genius sekaligus salah satu tim teknis yang membangun penjara itu memutuskan masuk ke penjara sebagai tahanan untuk membantu kakaknya kabur. Dia sengaja merampok bank dan menindik sekujur tubuhnya dengan tatoo yang menyiratkan denah penjara.

Perjalanan Michael tak pernah mudah. Dari mulai menghadapi keganasan rekan napi, peliknya menjalankan rencana kabur, sampai ancaman dari kekuatan besar di balik vonis Lincoln. Dan waktu semakin menipis. Sampai hari ini kalau boleh aku mending bolos aja dan kembali bertegang ria dengan mereka. Aduh, baru nyampe episode ke delapan. Monk, harap bersabar dulu ya, untuk sementara aku jalan-jalan ke penjara dulu.

Linc, Michael be patient! I'll be back!

No comments: