Tinggal di luar Jawa menyadarkan aku akan banyak hal. Banyak hal yang sangat mudah aku dapatkan di Bandung, bisa jadi sangat sulit dicari di sini. Salah duanya adalah film dan musik. Masih untung aku tinggal di kota besar, Medan dan Palembang. Di dua kota tersebut ada bioskop jaringan 21. Bisa pake M-tix, lagi, jadi gak terlalu susah. Tapi jangan salah, lho, harga nonton di luar Jawa lebih mahal. Apalagi di saat weekend. Mungkin karena besarnya biaya distribusi dan faktor gak ada saingan.
Untuk membeli film yang sudah tidak tayang, di Medan, masih ada Disc Tarra dan toko lainnya yang menjual VCD/DVD original. Di Palembang, kita harus cukup puas dengan koleksi yang ada di Gramedia atau Carrefour. Jadi tak heran kalau DVD/CD bajakan menjamur di mal-mal. Bahkan generasi sekarang banyak yang gak tahu bagaimana mendapatkan karya legal. Aku pernah sangat heran ketika menanyakan letak toko kaset/CD musik kepada seorang satpam di Palembang Square. Dia tidak tahu kalau lagu itu ada CD nya, dia bersikeras menyuruh aku download di warnet. Hahaha. Dia mungkin akan semakin bingung kalau aku jelaskan tentang kaset yang ada pitanya.
Tapi sekali lagi, di kota besar masih jauh lebih baik. Aku ingat dulu berkeluh kesah tentang impor film yang dihentikan pemerintah. Kekesalan itu aku tumpahkan di twitter dan facebook. Saat itu aku sedang dalam perjalanan dari Lubuk Linggau ke Muara Bungo. Saat melihat ke luar jendela mobil aku otomatis tersenyum geli. Aku misah misuh gak ada film bermutu di bioskop, lupa kalau di daerah ini tak ada bioskop, tak ada toko kaset, tak ada toko dvd bajakan bahkan. Dan mereka masih bisa hidup dengan bahagia.
Aku termasuk yang agak enggan membeli produk bajakan selagi masih mudah mencari yang original. Kemahalan? ya, gak beli. Simple. Aku bahkan sampai sering banget order di Amazon. Harga di situs itu murah sebenarnya jika dibandingkan dengan produk lokal. Hanya saja biaya kirim yang membuat harga totalnya lebih tinggi. Setelah di Medan, anggaran Amazon tak ada lagi, teralihkan menjadi ongkos pesawat Medan - Bandung hehe.
Untuk produk yang tidak tersedia di Indonesia, aku membeli produk bajakannya. (hehehe, teuteup) Misalnya serial TV yang sedang tayang. Atau aku download. Tapi kalau untuk film yang aku nilai layak dijadikan koleksi, aku tetap membeli aslinya. Aku tak terlalu peduli formatnya, bisa VCD atau DVD. Untuk musik agak lebih rumit. Selain sulit mencarinya (terutama untuk koleksi lawas atau penyanyi yang tidak terkenal di Indonesia), godaan untuk mendownload sangat sulit ditahan. Apalagi untuk single (satu lagu yang dirilis tanpa album). Aku gak tahu harus beli dimana. Contohnya lagu Lirih-Chrisye atau Tak Seperti Dulu - Mike Mohede.
Oh ya, sebetulnya aku lebih menyukai lagu berbentuk digital. Sebagian besar musik yang aku punya, aku dengarkan lewat iPod. Bahkan perangkat audio di mobil pun sengaja aku ubah agar compatible dengan iPod. CD yang aku beli aku convert ke iPod. Bahkan kaset jadul pun aku convert menggunakan iKey. Nah... tanggal 4 Desember kemarin aku liat twitnya Indra Lesmana yang bilang kalau user iTunes Indonesia bisa beli musik dan film. Horeeee!!!
Selama ini user iTunes Indonesia cuma bisa buat beli aplikasi iPhone atau iPhone saja. Harganya pun sudah dalam rupiah. Satu lagu cukup murah 3000 sampai 5000. Kalau beli album lebih murah. Aku sangat-sangat girang dengan hal ini. Semoga bisa membuat musik Indonesia (terutama) makin dihargai.
3 comments:
layar tancep mantep ahh
eh tapi seriusan layar tancep itu masih ada gak sih? at least di Jambi?
berapa harga yang original, disana ada kaset korea juga kan?
Post a Comment