Saturday, November 10, 2012
Aa Gym di Palembang
Monday, November 05, 2012
Watching Double O Seven
Monday, October 15, 2012
Mengenang Baik
Hari itu hari Minggu. Dari kemarin aku berniat akan menyelesaikan pekerjaanku di kantor. Tapi hari itu sangat malas. Aku pun mencoba membuka laptop. Lagi-lagi malas seakan meraja. Tak lama kemudian handphone ku berbunyi. "Mi Casa" terbaca di layar rumah. DEG! Aku agak takut menerima panggilan dari rumah, terus terang saja.
Sudah berapa kali di minggu-minggu itu telepon kabar buruk dari rumah seakan tak henti aku terima. Apih pingsan di saat nyetir, dan kemudian orang baik mengabari orang rumah. Apih pun divonis stroke dan harus dioperasi VP Shunt. Setelah operasi, alhamdulillah dinyatakan berhasil, beliau mengalami kesulitan buang air kecil. Dokter bilang kalau prostatnya bengkak, kemungkinan harus dioperasi lagi. Tapi syukurlah itu tak harus dilakukan. Apih boleh pulang. Tak lama kemudian, amih masuk rumah sakit. Makanan tak bisa masuk. Pfiuh.. Ramadhan tahun ini aku habiskan di rumah sakit. Alhamdulillah dua hari sebelum lebaran, amih dinyatakan boleh pulang. Kami berkumpul bersama di Idul Fitri.
Kembali ke hari Minggu itu. Kakak iparku menelepon sambil terisak, A Fikri, keponakanku meninggal dunia. Aku tak akan pernah melupakan hari itu. Hari dimana aku terjerembab ke lubang gelap yang seakan tak bertepi. Sambil mencari cara untuk pulang ke Bandung, pikiranku berkecamuk dan berharap lirih semua ini hanya gurauan tak lucu para penipu. Detik demi detik hari itu aku lalui dengan penuh harapan dan kecemasan. Berbagai informasi aku terima simpul demi simpul. Setetes demi setetes. Sangat lama dan sangat menyakitkan.
Energi hilang meninggalkan raga entah kemana. Air mata keluar tanpa bisa lagi aku kendalikan. Ratapan do'a aku panjatkan. Jangan Alloh... Jangan cobaan ini... Jangan sekarang..
Tapi kenyataan seakan menampar wajahku tanpa ampun. Do'a itu tak berbalas. Aa benar-benar telah pergi. Tepat disaat kakakku menelepon dari kamar jenazah RSHS.
Aa meninggal di hari Sabtu. Sendirian. Setelah kecelakaan dari motornya pada hari Jum'at. Selama itu, tanpa satu pun dari kami, keluarganya ataupun temannya tahu. Polisi tak bisa menghubungi kami, karena identitas dan telepon genggamnya raib entah kemana.
Hari demi hari setelah ini, kami lalui dengan sangat berat.
Tapi selalu ada syukur dalam kesulitan apapun. Kami bersama. Saling menguatkan. Sampai akhirnya kami ikhlaskan kepergian yang perih ini. Dengan sendirinya kami memilih. Kami memilih mengenang almarhum pada saat dia ada di tengah kami. Bukan pada saat dia meninggalkan kami.
Aku tahu, Aa orang yang menyenangkan. Tapi tetap saja aku takjub akan begitu banyaknya teman-teman yang sangat sayang padanya. Rumah kami tak mampu menampung kedatangan teman-temannya yang lagi tak terbataskan sekolah, ataupun lokasi rumah. Dari cerita mereka aku semakin bahagia. Bahagia kalau Aa orang yang berguna buat orang lain, dan yakin Alloh telah mengambilnya dalam masa terbaiknya.
Kenangan akannya tak akan pernah bisa terhapuskan. Insya Alloh.
Selamat jalan Aa sayang....
Mang Dodi bangga Aa.
Monday, August 13, 2012
Party of Five
Thursday, July 05, 2012
Plain Spidey
Tuesday, July 03, 2012
Aku Harus Menerimanya ...Hahaha
Indonesian was an enlightened, well-read, slightly cynical traveler, enclosed in a body corporate employee. Talking to him has restored my faith in good people, who in my world has long since died out ...
The journey from Jakarta to Bandung usually takes about 3 hours, mine lasted 'only' 6
Tapi bagian: Talking to him has restored my faith in good people, who in my world has long since died out merupakan bagian yang membuat aku terbang. Hiks.
Thursday, May 03, 2012
My Darlings
![]() |
taman belakang |
![]() |
taman depan |
![]() |
Pohon lengkeng. Tanaman pertama yang aku tanam di rumah ini |
Tuesday, May 01, 2012
Timeless Patience
Wednesday, April 11, 2012
Galau Records
Ngobrol sama temanku soal cuaca abu-abu ini selalu beda. Mereka bilang cuaca ini cocoknya tidur atau sambil minum kopi atau cokelat panas dan memandang jendela (Whatt??). Walau berbeda pendapat, tapi sepenuhnya aku bisa mengerti kok. Buat kebanyakan orang, cuaca ini cocok dengan trend masa kini: trend galau (*krik).
Kali ini, aku posting lima album terbaik teman bergalau-ria versi aku:



El Alma Al Aire - Alejandro Sanz.


Selamat memandang hujan di jendela! Semoga galaunya jadi asik, ya.. :)
Thursday, April 05, 2012
Hollow
Aku membutuhkan liburan ini. Tapi entah kenapa, aku serasa kebas, mati rasa. Apa mungkin cobaan kemarin-kemarin sedemikian hebatnya sampai membuat aku seperti ini? Atau mungkin sari pati rasa manusia sudah terrenggut dari ku? Naudzubillah. Atau mungkin pengaruh hujan deras ini saja, cuaca yang seyogyanya selalu aku cintai dan memberiku suntikan rasa senang. Entahlah.
Semoga aku masih menjadi orang yang masuk seleksi Alloh untuk menjadi manusia. Manusia yang diberi nikmat berguna untuk orang lain, nikmat mendapat hidayah sepanjang hayat, dan akhirnya nikmat surga... Aamiin.
Sunday, April 01, 2012
NontonThe Raid: Redemption. Jangan Bawa Anak-Anak!

Tapi kemudian, kita memilih Hunger Games. Biarlah The Raid aku tonton di Palembang saja. Akhirnya kami menonton film Hunger Games yang aku pikir akan menjadi film action sejenis Narnia tapi lebih mature. Ternyata kami semua kecewa. Film ini berpotensi menjadi another Twilight. Jenis romance yang lebih cocok buat kalangan perempuan saja, menurutku.
Seminggu kemudian. Sore tadi, tepatnya. Aku akhirnya nonton The Raid. Judul aslinya adalah Serbuan Maut. Kemudian diubah agar sesuai dengan penonton internasional menjadi The Raid: Redemption. Sebelum nonton, jauh-jauh hari aku sudah baca review, maupun cerita dibelakangnya via internet dan Movie Monthly, majalah kesayanganku. Tomatometer di rottentomatoes pun cukup baik, 85%. Aku makin excited.
Tibalah saatnya aku menonton film itu. The Raid bercerita tentang pasukan gegana (semacam SWAT) yang beranggotakan tentara baru bertugas untuk menumpas sebuah gedung bertingkat yang merupakan markas penjahat. 5 menit pertama tak terlalu banyak basa-basi. Adegan sadis tembakan jarak dekat di kepala diumbar dengan leluasa. Satu jam lebih durasi film ini penuh dengan adegan yang tak jauh beda. Koreografi laga indah sekaligus mematikan bercampur dengan tembakan dan muncratan darah.
Terus terang aku agak takut. Sambil nonton aku memegang handphone, twitteran, untuk menetralisir rasa tegang. Selain adegan sadis, kata-kata kasar menghiasi film ini. Mungkin kita terbiasa dengan dialog penuh kata fu*k di film amerika. Tapi kata anj*ng di film ini sangat mendobrak rasa nyaman. Tentu saja karena kata itu lebih mengena dengan keseharian kita.
Secara teknis , terutama koreografi adegan kelahi di film ini sangatlah mengagumkan. Dan agak berbeda dengan film action barat yang sering aku lihat. Koreografinya lebih mematikan. Dan aku agak kaget melihat adegan pencak silat yang indah ternyata bisa sangat sangat berbahaya. Adegan favorit aku adalah pertarungan antara Mad Dog (Yayan Ruhian) dengan Jaka (Joe Taslim).
Tapi secara overall aku sangat khawatir dengan film ini. Sebelumnya, satu hal yang penting menurut aku adalah, sebuah karya seni itu haruslah memiliki tanggungjawab kepada penontonnya. Tak harus memiliki pesan. Kalaulah sebuah film bermuatan kosong (dan tidak memberi hal negatif) tapi menghibur dan memberi perasaan senang, film itu sudah cukup bagiku. Apalagi karya tersebut indah, pesannya positif dan memberi manfaat buat penontonnya, film itu benar-benar sebuah karya yang hebat.
Dilihat dari kacamata tersebut, bagiku film The Raid gagal mengemban tanggungjawab sebagai karya yang positif. Hal ini diperburuk dengan kenyataan lemahnya (baca: tidak adanya) fungsi kontrol dari pemilik bioskop. Tak ada filter dari mereka untuk menyaring usia penonton berdasarkan kategori filmnya. Memang aku melihat tulisan: “The Raid film eksen khusus dewasa, disarankan untuk tidak membawa anak-anak!!” (ekseenn, hehehe). Tapi itu tidak cukup menurutku. Aku masih melihat penonton anak-anak di deretan kursi penonton film ini. Sungguh bersyukur aku gak jadi membawa keponakan2ku nonton film ini. Walau mereka sebenarnya sudah usia SMA.
Mudah-mudah ini bisa menjadi pelajaran buat semuanya. Terutama insan film Indonesia. Film ini sangat hebat di beberapa hal, kok. Ayo pembuat film, buat yang hebat dan berguna! Bisa kok!
Thursday, March 29, 2012
Another Low
The fact that I can't, or I have to accept that I or we're no longer appreciated. Simply ignored.
I have no reason to do more.
That hurt. A lot.
Tuesday, January 03, 2012
Another "Tahun Baru"
Aku memang tak pernah ada "ikatan khusus" dengan Tahun Baru. Perayaan tahun baru yang aku ingat yang memang dengan niat aku rencanakan adalah zaman masih SMA di Bandung. Aku rayakan di rumahnya Candra, sahabatku dari kecil. Kita niat ngumpulin uang segala. Siangnya kita beli sosis, jagung, daging ayam dan bumbu barbeque merk Prego. Kita berdua memang suka masak. Kadang-kadang orangtua kita memang gak masak. Kita bikin bumbu tambahan sesukanya kita. Terus kita bakar di halaman rumah Candra. Yang aku ingat, masakan kita kala itu sangat enak! Si Anggia, kakaknya Candra dan saudara-saudaranya pun berpikiran sama.
Acara tahun baru itu kemudian gagal, ketika tiba-tiba tetangga kita berdiri di teras sambil memegang karton bertuliskan sesuatu. Tidak sepatah katapun. Hanya mematung sambil memperlihatkan karton itu, yang ternyata bertuliskan: "jangan ribut". Agak menyeramkan. Kita pikir tetangga kita kesurupan. Pesta pun bubar sebelum jam 00:00. Selain itu tak ada acara tahun baru lain yang aku ingat.
Padahal moment tahun baru ini sebetulnya suka membuat aku ingin belanja. Hahaha. Belanja pernak pernik buat ngeberesin kamar atau ngeberesin meja kerja. Walau sejarah mengatakan, kamar atau meja itu tak lama kemudian kembali berantakan. Tapi sepertinya "niatan" untuk beres-beres itu menyenangkan.
Tapi bagaimanapun itu, pergantian kalender ini layak untuk disyukuri. Karena aku, kita, masih sehat wal'afiat sampai detik ini. Selamat Tahun Baru semuanya!