Pergi tanggal 15 Mei pukul 0:00. Artinya pulang kantor hari Kamis aku harus ke Jakarta. Ketemu langsung sama temanku di keberangkatan Emirates.
Ini adalah perjalanan luar negeri pertamaku dengan tanpa ada orang lain yang mengurus. Semuanya serba sendiri, bersama temanku itu. Tentu saja.
Cek in lancar, bagasi di daftarkan atas nama temanku. Di anggota Skyward Gold. Jadi bagasi nya jadi first priority.
Fiskal gratis berkat kartu NPWP. Airport tax 150.000 beres. Berkat si Skyward Gold itu pula, kita bisa numpang di executive lounge yang penuh makanan dan internet gratisan. Asik!
Sialnya aku duduk di tengah. Gak bisa dapet di alley karena keburu penuh. Walau full fasilitas hiburan, tetap saja pantat terasa panas. Sudah berapa kali tertidur dan terbangun, tetap saja pantat terasa panas. Mau ke toilet harus ngerepotin orang yang dipinggir. Yah..nasib.
Setelah sampai di Dubai, tercengang akan keindahan bandara baru-nya. Berkilau dan bersih. Walau sialnya antrian pesawat transit ke Casablanca sangat panjang. Kata temanku, sistem antriannya masih lebih baik terminal yang lama. Aku gak peduli, toh pemandangannya masih tetap menyenangkan.
Belum apa-apa, duty free Dubai sudah merayu ingin dibeli, terutama buku dan DVD. Sialan! Untung saja rayuan itu gagal total. Aku tak membeli apa-apa. Cukup membaca dan membolak balik halamannya saja.
Transit hanya dua jam, diteruskan dengan pesawat ke Casablanca.
Disini keajaiban terjadi. Kami diupgrade ke kelas bisnis. Yihaa!! Selamat jalan tempat duduk panas! Dan yang lebih baik lagi..selamat datang makanan enak hehehe!
Perjalanan berlangsung menyenangkan. Anehnya aku tak merasa apa-apa, mengingat ini adalah perjalanan yang aku impi2kan sejak lama. Sampai kemudian aku melihat layar televisi di pesawat yang menunjukan pesawat sudah berada di kawasan Maroko. Setengah jam lagi akan mendarat di Casablanca. Aku deg2an!
Berulang kali ke kamar mandi hanya untuk mencuci muka, gosok gigi, cukur kumis, pokoknya apa saja.
Semua pun akhirnya terjadi.
Aku menginjak Casablanca. Aku menginjakan kaki di Maroko itu.
Tuesday, May 26, 2009
Trip to Morocco Part#1
Berawal dari sebuah kalimat di layar webmessenger Yahoo! “Mau kemana?” dari seorang teman.
Ya. Katanya dia berikrar untuk menjadikan tahun ini sebagai tahun penuh jalan-jalan. Terutama lagi adalah untuk memuaskan hasratnya akan fotografi. Selain itu, dia juga adalah pelanggan frequent flyers-nya Emirates, yang berarti memiliki banyak poin untuk ditukarkan dengan merchandise atau tiket kemanapun di dunia ini yang memiliki rute penerbangan Emirates. Selama poinnya mencukupi.
Hal itu pula yang menyebabkan chatting itu berawal. Kemana?
Bagiku, jika ada pertanyaan seperti itu hanyalah Mekkah dan Maroko. Dikarenakan Mekkah sudah pernah, so..Maroko, yang merupakan impianku sejak lama, adalah jawaban yang tak perlu dipertimbangkan dua kali.
Kenapa Maroko? Pertanyaan yang sudah seringkali aku dengar. Jawabannya adalah: Maroko di kepalaku adalah eksotisme. Perpaduan kebudayaan Eropa, Afrika, dan Islam. Dari yang aku baca, Maroko menawarkan perpaduan kebudayaan yang unik sekaligus aneh di benak aku.
Selain itu perjalanan ke Maroko lebih mudah. Hanya mengandalkan tiket pesawat, tidak ada kerepotan pengurusan visa, karena bisa didapatkan on arrival.
Chatting sekitar bulan April pun berlanjut. Aku menjawab agar trip ke Maroko dijalankan bulan Juli saja, banyak kerjaan. Alasan menyebalkan buat temanku itu. Karena dia menganut system 5 minggu kerja, 5 minggu libur. Libur berhari-hari tak pernah menjadi masalah. Berbeda denganku yang harus berencana matang dan izin sana sini untuk mendapatkan libur 12 hari.
Ok, then. Juli. Deal.
Masalahnya, Juli adalah musim panas di Maroko. Suhunya bias mencapai 50 derajat. Tapi bagaimana lagi, Mei adalah bulannya audit di tempatku bekerja.
Lalu suatu hari di akhir April, aku merasa bosan terlalu lama berencana. Ditambah lagi rencana audit yang semakin simpang siur. Aku bosan.
What the Hell!!
Lalu tanpa sadar aku mengetik : Bagaimana kalau kita pergi di bulan Mei saja. Atau dua minggu dari tanggal chatting. Apapun yang terjadi di kantor aku tak peduli. Temenku sih seneng2 aja.
Check!
Cuti mulus. Alhamdulillah.
Yihaa…We’re going to Morocco!!
(dan kemudian aku mendapat kabar kalau audit diundur menjadi Juli..untung saja)
Ya. Katanya dia berikrar untuk menjadikan tahun ini sebagai tahun penuh jalan-jalan. Terutama lagi adalah untuk memuaskan hasratnya akan fotografi. Selain itu, dia juga adalah pelanggan frequent flyers-nya Emirates, yang berarti memiliki banyak poin untuk ditukarkan dengan merchandise atau tiket kemanapun di dunia ini yang memiliki rute penerbangan Emirates. Selama poinnya mencukupi.
Hal itu pula yang menyebabkan chatting itu berawal. Kemana?
Bagiku, jika ada pertanyaan seperti itu hanyalah Mekkah dan Maroko. Dikarenakan Mekkah sudah pernah, so..Maroko, yang merupakan impianku sejak lama, adalah jawaban yang tak perlu dipertimbangkan dua kali.
Kenapa Maroko? Pertanyaan yang sudah seringkali aku dengar. Jawabannya adalah: Maroko di kepalaku adalah eksotisme. Perpaduan kebudayaan Eropa, Afrika, dan Islam. Dari yang aku baca, Maroko menawarkan perpaduan kebudayaan yang unik sekaligus aneh di benak aku.
Selain itu perjalanan ke Maroko lebih mudah. Hanya mengandalkan tiket pesawat, tidak ada kerepotan pengurusan visa, karena bisa didapatkan on arrival.
Chatting sekitar bulan April pun berlanjut. Aku menjawab agar trip ke Maroko dijalankan bulan Juli saja, banyak kerjaan. Alasan menyebalkan buat temanku itu. Karena dia menganut system 5 minggu kerja, 5 minggu libur. Libur berhari-hari tak pernah menjadi masalah. Berbeda denganku yang harus berencana matang dan izin sana sini untuk mendapatkan libur 12 hari.
Ok, then. Juli. Deal.
Masalahnya, Juli adalah musim panas di Maroko. Suhunya bias mencapai 50 derajat. Tapi bagaimana lagi, Mei adalah bulannya audit di tempatku bekerja.
Lalu suatu hari di akhir April, aku merasa bosan terlalu lama berencana. Ditambah lagi rencana audit yang semakin simpang siur. Aku bosan.
What the Hell!!
Lalu tanpa sadar aku mengetik : Bagaimana kalau kita pergi di bulan Mei saja. Atau dua minggu dari tanggal chatting. Apapun yang terjadi di kantor aku tak peduli. Temenku sih seneng2 aja.
Check!
Cuti mulus. Alhamdulillah.
Yihaa…We’re going to Morocco!!
(dan kemudian aku mendapat kabar kalau audit diundur menjadi Juli..untung saja)
Subscribe to:
Posts (Atom)