Alhamdulillah, CD+DVD John Legend yang menyusahkan itu sudah aku terima dengan suka cita. Terimakasih banyak Lt. Asep Muslim Sugiantoro, teman SMA ku yang kebetulan lagi tugas belajar di Yorktown, Virginia. (Jadi KM ada gunanya, ternyata!). CD+DVD ini cukup mengobati kekecewaanku tidak bisa nonton konsernya di Sunburst Festival di Malaysia. Sial, panitya nya menjengkelkan. Bertempat jauh dari KL, tepatnya di Bukit Kiara Equestrian Club. Sulit mendapatkan info transportasi maupun akomodasi lainnya. Situsnya sungguh tidak membantu!! Gagal lagi deh nonton Johnny. Semoga dalam waktu dekat bisa nonton dia!!!
Tuesday, March 18, 2008
Monday, March 10, 2008
JJSR
Suatu hari, dikala aku sedang berjalan di perempatan Banda untuk membeli Batagor di samping Heritage (jelas gak penting) tak sengaja aku melihat poster: JJSR, Jalan-Jalan Seni Rupa bersama bimbel Villa Merah mengunjungi NuArt, FSRD ITB dan Selasar Sunaryo naik bis. Hmm terdengar menyenangkan.
Pendek kata aku langsung daftar ke Villa Merah, di Jalan Ciliwung, dekat Supratman. Tidak seperti bayanganku sebelumnya, ternyata kebanyakan peserta tur adalah anak-anak SMA yang mayoritas siswa bimbel tersebut. Males juga. Tapi kadung sudah disana, dengan membayar 75.000 rupiah per orang, aku mendaftar. Biar ada temen, sekalian saja aku daftarkan si Fanny, keponakanku yang kelas 2 SMA.
Perjalanan dimulai pukul 9 pagi, ngaret satu jam dari yang dijanjikan sebelumnya, dikarenakan menunggu peserta dari Villa Merah dari Jakarta. Tujuan pertama adalah NuArt Sculpture Park, di dekat rumahku, kawasan Setra Duta. Galeri seni patung ini merupakan rumah karya Nyoman Nuarta, pematung terkenal Indonesia yang menciptakan patung proklamator, Jalesveva Jayamahe di Surabaya dan Garuda Wishnu Kencana di Bali yang belum selesai dikarenakan krismon tempo lalu.
Sebenarnya galeri ini seharusnya tidak asing lagi buat aku. Ya, galeri dibangun di kawasan Curug Aleh, sebuah air terjun tempat main aku dan banyak orang lainnya sewaktu kecil. Tapi kira-kira aku menginjak SMP, kawasan ini tiba tiba ditutup dan dipagari seng. Orang-orang lalu mengira-ngira ada apa dibalik pagar itu. Seringkali aku mengintip lewat bolong-bolong yang sengaja dibuat, dan takjub akan patung-patung unik yang terbuat (seperti) dari jaring logam. Akan tetapi hal yang paling menarik adalah kepala tentara yang gigantis (yang ternyata kemudian aku kenal sebagai patung Jalesveva Jayamahe). Setelah sekian lama, aku baru mengenalnya lagi hari Minggu kemarin, wow 17 tahun yang lalu!
Galeri ini sungguh-sungguh indah, di sekelilingnya taman-taman tertata rapi dipadukan dengan karya patung Nyoman Nuarta, Patung Kuda, Inul Daratista (ya, benar!), Ikan Paus dan banyak lagi. Karya-karya lainnya dipajang didalam ruangan dua lantai. Sumpah, You should see it for yourself! Buat aku yang nyaris tidak pernah ke galeri, karya-karyanya sungguh indah dan tidak terlalu sulit untuk dimengerti. Ada banyak patung yang terinspirasi dari berbagai macam ide, kelahiran cucu-cucunya, wanita PSK, biri-biri Australia, fashionista Kota Paris, sepak terjang para politisi dan lain-lain. Oh iya, didalamnya ada café yang juga suka dipake buat kawinan. Sayangnya aku gak sempet liat ke toko souvenirnya, soalnya ada wejangan dari Nyoman Nuartanya langsung. Next time, pasti aku kesana lagi.
Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke FSRD ITB, sekalian makan siang McD box. Aku agak gak terlalu berminat di sesi ini. Soalnya misi tur disini adalah untuk mengenalkan FSRD ke peserta (yang mayoritas siswa ABG ituh—hahaha). Dan jelas sudah tidak berguna buat aku yang sudah berumur kadaluwarsa. Si Fanny aja yang ikut, aku malah main ke Salman. Sholat dan jajan, tentunya!
Setelah agak sore diteruskan ke tujuan terakhir, yakni ke Selasar Sunaryo. Lokasinya jauh di Bukit Pakar Timur yang asli nanjak banget. Tahu kan, di daerah resto-resto semacam Calista, Valley dan Sierra itu? Selasar ini, berbeda dengan NuArt, banyak memuat seni lukis. Mayoritas karyanya bertemakan landscape kota Bandung yang sudah tidak lagi bersahabat dengan alam. Tapi ada juga karya yang terbuat dari bahan-bahan campuran yang sulit aku pahami (hehehe). Favorit aku adalah dua buah lukisan bertajuk “thawaf” yang terinspirasi perjalanan haji yang beliau lakukan.
Overall, jalan-jalan ini sungguh melelahkan. Tapi menerbitkan sejuta inspirasi di kepalaku. Kesempatan berikutnya aku harus jalan-jalan lagi. Barli dan Popo Iskandar, here I come!
Pendek kata aku langsung daftar ke Villa Merah, di Jalan Ciliwung, dekat Supratman. Tidak seperti bayanganku sebelumnya, ternyata kebanyakan peserta tur adalah anak-anak SMA yang mayoritas siswa bimbel tersebut. Males juga. Tapi kadung sudah disana, dengan membayar 75.000 rupiah per orang, aku mendaftar. Biar ada temen, sekalian saja aku daftarkan si Fanny, keponakanku yang kelas 2 SMA.
Perjalanan dimulai pukul 9 pagi, ngaret satu jam dari yang dijanjikan sebelumnya, dikarenakan menunggu peserta dari Villa Merah dari Jakarta. Tujuan pertama adalah NuArt Sculpture Park, di dekat rumahku, kawasan Setra Duta. Galeri seni patung ini merupakan rumah karya Nyoman Nuarta, pematung terkenal Indonesia yang menciptakan patung proklamator, Jalesveva Jayamahe di Surabaya dan Garuda Wishnu Kencana di Bali yang belum selesai dikarenakan krismon tempo lalu.
Sebenarnya galeri ini seharusnya tidak asing lagi buat aku. Ya, galeri dibangun di kawasan Curug Aleh, sebuah air terjun tempat main aku dan banyak orang lainnya sewaktu kecil. Tapi kira-kira aku menginjak SMP, kawasan ini tiba tiba ditutup dan dipagari seng. Orang-orang lalu mengira-ngira ada apa dibalik pagar itu. Seringkali aku mengintip lewat bolong-bolong yang sengaja dibuat, dan takjub akan patung-patung unik yang terbuat (seperti) dari jaring logam. Akan tetapi hal yang paling menarik adalah kepala tentara yang gigantis (yang ternyata kemudian aku kenal sebagai patung Jalesveva Jayamahe). Setelah sekian lama, aku baru mengenalnya lagi hari Minggu kemarin, wow 17 tahun yang lalu!
Galeri ini sungguh-sungguh indah, di sekelilingnya taman-taman tertata rapi dipadukan dengan karya patung Nyoman Nuarta, Patung Kuda, Inul Daratista (ya, benar!), Ikan Paus dan banyak lagi. Karya-karya lainnya dipajang didalam ruangan dua lantai. Sumpah, You should see it for yourself! Buat aku yang nyaris tidak pernah ke galeri, karya-karyanya sungguh indah dan tidak terlalu sulit untuk dimengerti. Ada banyak patung yang terinspirasi dari berbagai macam ide, kelahiran cucu-cucunya, wanita PSK, biri-biri Australia, fashionista Kota Paris, sepak terjang para politisi dan lain-lain. Oh iya, didalamnya ada café yang juga suka dipake buat kawinan. Sayangnya aku gak sempet liat ke toko souvenirnya, soalnya ada wejangan dari Nyoman Nuartanya langsung. Next time, pasti aku kesana lagi.
Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke FSRD ITB, sekalian makan siang McD box. Aku agak gak terlalu berminat di sesi ini. Soalnya misi tur disini adalah untuk mengenalkan FSRD ke peserta (yang mayoritas siswa ABG ituh—hahaha). Dan jelas sudah tidak berguna buat aku yang sudah berumur kadaluwarsa. Si Fanny aja yang ikut, aku malah main ke Salman. Sholat dan jajan, tentunya!
Setelah agak sore diteruskan ke tujuan terakhir, yakni ke Selasar Sunaryo. Lokasinya jauh di Bukit Pakar Timur yang asli nanjak banget. Tahu kan, di daerah resto-resto semacam Calista, Valley dan Sierra itu? Selasar ini, berbeda dengan NuArt, banyak memuat seni lukis. Mayoritas karyanya bertemakan landscape kota Bandung yang sudah tidak lagi bersahabat dengan alam. Tapi ada juga karya yang terbuat dari bahan-bahan campuran yang sulit aku pahami (hehehe). Favorit aku adalah dua buah lukisan bertajuk “thawaf” yang terinspirasi perjalanan haji yang beliau lakukan.
Overall, jalan-jalan ini sungguh melelahkan. Tapi menerbitkan sejuta inspirasi di kepalaku. Kesempatan berikutnya aku harus jalan-jalan lagi. Barli dan Popo Iskandar, here I come!
Subscribe to:
Posts (Atom)