Pendek kata aku langsung daftar ke Villa Merah, di Jalan Ciliwung, dekat Supratman. Tidak seperti bayanganku sebelumnya, ternyata kebanyakan peserta tur adalah anak-anak SMA yang mayoritas siswa bimbel tersebut. Males juga. Tapi kadung sudah disana, dengan membayar 75.000 rupiah per orang, aku mendaftar. Biar ada temen, sekalian saja aku daftarkan si Fanny, keponakanku yang kelas 2 SMA.
Perjalanan dimulai pukul 9 pagi, ngaret satu jam dari yang dijanjikan sebelumnya, dikarenakan menunggu peserta dari Villa Merah dari Jakarta. Tujuan pertama adalah NuArt Sculpture Park, di dekat rumahku, kawasan Setra Duta. Galeri seni patung ini merupakan rumah karya Nyoman Nuarta, pematung terkenal Indonesia yang menciptakan patung proklamator, Jalesveva Jayamahe di Surabaya dan Garuda Wishnu Kencana di Bali yang belum selesai dikarenakan krismon tempo lalu.
Galeri ini sungguh-sungguh indah, di sekelilingnya taman-taman tertata rapi dipadukan dengan karya patung Nyoman Nuarta, Patung Kuda, Inul Daratista (ya, benar!), Ikan Paus dan banyak lagi. Karya-karya lainnya dipajang didalam ruangan dua lantai. Sumpah, You should see it for yourself! Buat aku yang nyaris tidak pernah ke galeri, karya-karyanya sungguh indah dan tidak terlalu sulit untuk dimengerti. Ada banyak patung yang terinspirasi dari berbagai macam ide, kelahiran cucu-cucunya, wanita PSK, biri-biri Australia, fashionista Kota Paris, sepak terjang para politisi dan lain-lain. Oh iya, didalamnya ada café yang juga suka dipake buat kawinan. Sayangnya aku gak sempet liat ke toko souvenirnya, soalnya ada wejangan dari Nyoman Nuartanya langsung. Next time, pasti aku kesana lagi.
Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke FSRD ITB, sekalian makan siang McD box. Aku agak gak terlalu berminat di sesi ini. Soalnya misi tur disini adalah untuk mengenalkan FSRD ke peserta (yang mayoritas siswa ABG ituh—hahaha). Dan jelas sudah tidak berguna buat aku yang sudah berumur kadaluwarsa. Si Fanny aja yang ikut, aku malah main ke Salman. Sholat dan jajan, tentunya!
Setelah agak sore diteruskan ke tujuan terakhir, yakni ke Selasar Sunaryo. Lokasinya jauh di Bukit Pakar Timur yang asli nanjak banget. Tahu kan, di daerah resto-resto semacam Calista, Valley dan Sierra itu? Selasar ini, berbeda dengan NuArt, banyak memuat seni lukis. Mayoritas karyanya bertemakan landscape kota Bandung yang sudah tidak lagi bersahabat dengan alam. Tapi ada juga karya yang terbuat dari bahan-bahan campuran yang sulit aku pahami (hehehe). Favorit aku adalah dua buah lukisan bertajuk “thawaf” yang terinspirasi perjalanan haji yang beliau lakukan.
Overall, jalan-jalan ini sungguh melelahkan. Tapi menerbitkan sejuta inspirasi di kepalaku. Kesempatan berikutnya aku harus jalan-jalan lagi. Barli dan Popo Iskandar, here I come!
5 comments:
tuh nya teu ngajakan
Ampun!!!
Eh, bagus nih untuk referensi ajak orang jalan2. Suka bingung kalo di Bandung teh asa Mang Udjo deui Mang Udjo deui. hehehe.
kita yang sudah lama di Bandung memang suka gak ngeh ada tempat2 kayak ginian hehehe
kok curug aleh jadi dimonopoli sama perseorangan ya? Itu dulu tempat maen saya, saya tukang menyusuri sungai, bingung pas mau maen ke situ lagi :(
Post a Comment