Tuesday, September 19, 2006

Handphone Time 2 Time

Aku ceritain ya perjalanan handphone ku, mulai dari zaman dying to have one, self expression sampai I wish I never have One -- saking bencinya sama dering handphone

Ericsson A2618s. Warna kuning. Aku beli di tahun 2001 berkat subsidi kakakku yang baru pulang dari luar negeri. Masih inget banget dia ngasih duit US$70, sekitar tujuh ratus ribuan. Aku beli di Ericsson Jl. Naripan. Sekalian aku beli bersama simPATI yang kala itu seharga 500ribu-an lebih aja. Yang aku punya warnanya kuning, covernya bisa ganti2, tapi boro2 beli covernya. Deringnya bisa kita bikin sendiri, dan aku pake lagunya Dido – Thank You

Siemens M30. Handphone unik yang sampai sekarang aku nyesel sudah menjualnya. Body dan keypad berbahan karet, dengan warna layar merah menyolok. Deringnya khas. Kata temenku modelnya mirip dildo hehe. Aku beli di EPM seharga 900rb-an.


Sagem MC936. Handphone berikutnya yang cukup lama aku pegang. Aku beli di Planet Dago. Merknya terdengar aneh, memang. Kurang lazim mungkin, ya. Aku cinta banget sama handphone ini, sampai berikrar tidak akan menjualnya. Punyaku berbeda dengan yang di gambar, warnanya hitam. Si Sagem ini telah melewatkan banyak hal bersamaku, diantaranya mengalami dua kecelakaan motor. Setelah kecelakaan itu bodynya agak koclak, tapi aku masih tetep sayang. Akhirnya dia harus wafat di tangan Candra temenku.


Nokia 5510. Dulu aku sempat berikrar tidak akan pernah memakai handphone Nokia yang pasaran. Tapi ternyata aku harus menelan kata2ku itu. Handphone ini aku beli pake kartu kredit sewaktu aku masih di Addytel. Bisa MP3 dan radio. Aku sangat menikmatinya. Handphone ini pula yang aku pake sewaktu di Semarang dan masa2 awal di kerjaanku sekarang. Dering yang aku pake lagunya Christina Aguilera – Dirrty.

Nokia 3650. Hape yang ini subsidi dari kantorku. Gak sepenuhnya gratis, dari harga 3 juta something, aku cuma bayar kurang dari setengahnya, itu pun dicicil pula. Keypad nya melingkar, bikin susah kalo sms pada awalnya, lama2 sih biasa. Fitur andalannya GPRS dan tentu saja kamera. Akhirnya aku jual sama isterinya bumon.

Nokia 6230. Nah, hape ini juara banget. Fast connection, fiturnya lengkap termasuk MP3 maupun radio. Sangat reliable, banyak hal2 penting aku simpen di hape ini. Sayangnya, dengan bodohnya aku dateng ke service center Nokia cuma buat ngebetulin caller groups (fitur yang sebetulnya gak penting2 amat), tapi berakibat fatal, dataku hilang semua. Sekarang hape ini dipegang kakakku.

Nokia N-Gage. Secara fitur handphone ini full hiburan. Bentuk revolusioner, asik buat game, tapi kalo mau telepon harus miring. Kata temenku terlihat tolol, hahaha. MP3, radio sekaligus game, itu yang bikin aku tertarik. Asik, sih Cuma batterainya boros banget. Aku beli yang BM, soalnya ada gossip resminya gak bakalan keluar, tapi ternyata bohong, huh!


Nokia 6600. Awalnya aku pake cuma buat sekedar serep, tapi berhubung si NGage sudah aku jual, terpaksa jadi andalan. Aku beli yang black edition. Performanya mengecewakan, menu lelet dan yang paling menyebalkan urutan SMS atau call record suka gak berurutan. Gak bertahan 3 bulan langsung aku jual.


Nokia 9300. Ini yang sekarang aku pake. Fiturnya lengkap banget, bisa buat fax segala. Highly useful! Walau sudah baret gara2 jatoh di parkiran Aquarius Dago, gak pernah jadi masalah buat aku. Walau gak berkamera, gak pernah terbersit sedikit pun untuk menjualnya. Mudah2an gak ngadat dan gak terpaksa menjualnya.

Sony Ericsson K610i. Yang ini umurnya belum seminggu. Aku beli gara2 demam video call yang menyergap aku. Murah tapi resolusinya ok. Aku tidak menemukan sesuatu untuk dikeluhkan so far! Semoga tidak seterusnya!

No comments: