Friday, February 14, 2025

My Diet Journey

Seingatku, 15 tahun terakhir, berat badanku selalu lebih dari 100 kilogram, atau lebih dari satu kwintal. Tapi, yang aku rasakan saat itu adalah: It's Fine! Tidak ada sesuatu yang aneh kecuali kalo setiap beli baju atau celana, ukurannya pasti bertambah. Aku merasa baik-baik saja. Rasa percaya diri juga rasanya kok tidak pernah berkurang. Apalagi setiap tes kesehatan rutin tahunan, hasilnya tidak pernah melewati batas acuan. Kolesterolku selalu di bawah 200. Tidak ada asam urat ataupun diabetes. Tekanan darahku pun aman.

Perlahan tapi pasti, perasaan "baik-baik saja" itu luntur. Seringkali tanpa aku sadari, selain panah  timbangan yang selalu mengarah ke kanan, keadaan mulai terasa berbeda secara signifikan. Setiap bangun tidur, aku seringkali merasa tidak segar. Lelah. Orang lain banyak yang bertanya apakah aku sesak napas? Karena mereka mendengar suara napasku mengkhawatirkan, padahal aku sedang duduk diam. Aku pun mulai kesulitan mencari pakaian, terutama celana. Pernah beberapa kali celana yang kupakai sobek di bagian betis. Aku seperti Bruce Banner saat berubah menjadi Hulk! Yang paling sedih adalah, aku super kelelahan pada saat liburan keluarga bersama anak-anak ke Singapura di tahun 2023. Aku kepayahan jalan kaki di sana. Banyak momen hanya dihabiskan di hotel atau duduk di mall. 

Karena hal-hal itulah, kemudian aku merasa bosan gemuk. Aku pikir sudah waktunya berubah. Walau hasil Medical Check Up terakhirku baik-baik saja. Aku merasa badanku sudah kepayahan. Lututku terasa sakit kalau jalan. Perjalanan dari turun gojek ke lobby kantor selalu aku rasakan sebagai tantangan berat. Mulai September 2023 aku memutuskan untuk memulai perubahan. Berat badannku menginjak angka 126kilogram!

Aku mencoba menuliskan, apa-apa saja yang aku lakukan, semoga menjadi rujukan, aku merasa "inspirasi" terlalu berlebihan buat para pejuang penurun berat badan. Tapi disclaimer dulu ya, ini bersifat sangat personal. Jadi sangat mungkin pengalamannya berbeda.

1. Find My Motivation
Perjalanan diet aku mulai dari Niat. Klise memang. Tapi Tahap niat ini adalah paling krusial. Kita harus beneran niat untuk memulai. Dan niat itu seringkali membutuhkan alasan. Alasan itu gak harus sesuatu yang noble. Bisa apa aja, buat sebuah acara, biar cakep, biar apapun lah. Sangat sah. Kalo alasanku, beneran sesimpel bosen. Aku bosen gemuk. Bosen dengan perasaan takut jalan kaki. 
Aku pernah diet di tahun 2016, saat itu motivasinya karena baru punya anak. Biar sehat. Tapi bubar jalan ketika mutasi dari Bandung ke Jakarta.

2. Get Help
Di dunia ini sangat banyak metode diet. Dan terus terang membacanya bikin aku bingung. Aku memutuskan untuk mencari dokter gizi. Tujuannya untuk mencari yakin. Yakin metode diet yang akan aku jalankan adalah metode yang cocok untuk aku lakukan. Karena aku sadar, diet ini bukanlah perjalanan sebentar. Aku yakin akan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Aku memilih dokter Gaga di Bandung. Kenapa? aku asal aja sih googling dan baca terstimoninya. Terus aku juga nyari yang masuk budget aku. Makanya aku gak tertarik untuk datang ke dokter gizi terkenal di Jakarta setelah tahu harganya. Haha.
Dengan datang ke dokter aku jadi punya tempat bertanya, dikoreksi kalau masih ada yang salah. Dimonitor berat badan dan ukuran lainnya setiap minggu. Direview kalau berat badannya gak mengalami penurunan. Aku diberi arahan makan tiga kali, tidak pantang makan nasi, satu jenis protein hewani, satu jenis protein hewani, dan sayur. Lalu ada selingan buah dua kali. Terus aku diberi obat penahan lapar dan orlistat, semacam pembakar lemak.
Pola makan ini, tanpa tambahan olah raga, membuat berat badanku turun secara bertahap. 
Setelah berat badanku berkurang menjadi 120kg, aku disarankan jalan kaki cepat selama 30 menit, 3x seminggu. Aku suka cara ini, karena menurutku tidak terasa berat, dan bertahap.

3. Metode yang Pas di Hati
Aku senang dengan cara dokter Gaga yang tidak pantang nasi di awal diet. Karena, hal yang menurutku paling berat adalah makan tanpa nasi. Tidak boleh makan tepung dan minuman makanan manis cukup bisa aku hindari. Walau bukan berarti ringan. 
Datang ke dokter dan menjalankan arahannya membuat kita yakin. Walaupun orang lain berkomentar. Misal kalau lihat aku makan nasi, teman kantor suka ada yang komen, kok diet makan nasi! Makan rebusan dong! Aku juga lebih fokus dalam menajalankannya, apalagi ketika hasilnya memang ada.
Sebelum datang ke dokter gizi, aku pernah memulai diet dengan langsung berolahraga. Tapi tidak bertahan lama, karena untuk jalan kaki, badanku sangatlah terasa berat. Hal ini membuatku tak konsisten berolahraga. Aku pun pernah ditawari suplemen belasan juta yang dapat menurunkan berat badan dalam waktu cepat. Walau sempat galau, akhirnya tak aku ambil.
Semua itu akhirnya berpulang pada diri sendiri. Aku percaya bahwa cara diet adalah sesuatu yang berproses dan membutuhkan waktu. Yang salah bukan cuma beratnya aja, tapi juga kebiasaanku yang perlu diluruskan. Toh, aku menjadi gendut juga ga dalam waktu sebulan dua bulan. Jadi aku percaya, solusinya bukan sesuatu yang cepat. Oiya, satu lagi yang penting menurutku adalah, karena prosesnya panjang, jadi harus terjangkau pula biayanya.  Biaya dokter, biaya obat dan olahraga ga menguras kantong. 
Setelah berat badanku menurun sekitar 115kg, aku mulai melengkapi olahraga jalan kaki, dengan angkat beban. Jadi aku mulai pilih-pilih tempat gym dengan personal trainernya (PT). Ternyata oh ternyata gym dan PT di Jakarta itu mahal sekali, saudara-saudara! Dekat kosanku membership gymnya 650 ribu sebulan, PT nya 500 ribu per sesi. Semua itu akan lebih murah kalau kita ambil membership setahun dan sesi PT 12 sesi. Terlalu mahal buatku. Aku pun kemudian batal gym di Jakarta. Alhamdulillah aku menemukan gym yang jauh lebih murah di Bandung, 250 ribu per bulan dan PT 80 ribu per sesi. Tapi ya itu, jadinya cuma Sabtu Minggu saja, kalau aku di Bandung.
Jadi harus direncanakan dengan matang. Intinya ini adalah ibaratnya perjalanan jarak jauh, perlu motivasi, energy, dan resource yang terjangkau.

4. Enjoy the High and The Low
Dari awal diet 126 kilogram, pada saat tulisan ini dibuat berat badanku 95 kilo. Jadi setelah sekitar setahun lebih, berat badanku sudah turun lebih dari 30 kilo. Aku menimbang berat badanku nyaris setiap hari. Setelah mandi di pagi hari. Kalau berat badanku turun, aku sangat bahagia, walaupun cuma beberapa ratus gram. Pokoknya asal jangan naik! Tapi perjalanan diet ini gak selamanya mulus. Ada kalanya berat badanku juga naik. Hal itu membuatku mikir, dan bertanya-tanya kenapa naik. Apa yang aku makan, apa aku kurang olahraga. Kadang jadi bikin bete seharian. Tapi hal ini membuat aku belajar "berdamai" dengan keadaan ini. Satu quotes diet yang aku temukan di internet: You can always restart whenever you fail. Ya! jangan merasa gagal berkepanjangan. Hari ini timbangan naik, cepet luruskan lagi niat, dan mulai lagi dietnya.
Pertahanan yang telah dibangun sekian lama perjalanannya tak selalu sama setiap harinya. Ada kalanya aku sangat kuat walau godaan gorengan di kantor sangatlah menggoda. Tapi ada juga saat dimana aku tertarik makan kue ulang tahun yang padahal sebelumnya aku ga suka. Tapi, dengan begitu aku jadi selalu sadar, bahwa aku sedang diet, jadi ya, gak apa-apa kalau kepikiran, sekali lagi, balik ke niat awal. Menimbang badan setiap hari, menurutku, membuat aku selalu ingat tujuan itu.

5. Hal Menarik dan Hal yang Dibenci
Hal yang aku sukai adalah saat turun berat badan. Sangat bahagia. Hal yang lebih bahagia lagi adalah saat baju-baju lama yang gak cukup, atau sempat aku beli online tapi belum pernah sama sekali aku pakai, karena gak cukup jadi cukup. Perubahan berat badan ini juga menuai pujian dari orang lain, tapi aku sudah bertekad tidak akan lengah. Karena memang aku masih jauh dari langsing. Menurutku orang lain melihat aku dengan pangling karena ya, memang asalnya berat badanku dulu memang gembrot sekali.
Hal yang aku sukai lainnya adalah, aku jadi suka jalan kaki. Seperti yang sudah kuceritakan, dulu, jalan kaki dekat saja sudah bikin aku males. Kalau bisa pakai gojek, aku selalu pilih gojek. Tapi setelah lebih ringan, aku jadi senang jalan kaki. Aku suka jalan kaki di GBK, jalan kaki bersama isteriku dari Sarijadi ke Kebun Binatang, atau perjalanan lainnya mene lusuri jalan kecil sangat aku nikmati. 
Hal yang aku tidak sukai dari perjalanan diet ini adalah, aku jadi harus membeli pakaian lebih sering. Kalau belinya cuma satu atau dua potong sih, mungkin tidak apa-apa ya. Tapi harus membeli pakaian untuk sehari-hari merupakan hal yang mahal dan tidak menyenangkan lagi buatku. Dulu celanaku ukuran 42, sekarang 36. Semua celana lamaku gak bisa lagi aku pakai, berat banget harus beli celana banyak-banyak.

6. Trying New
Ada masa-masa di mana berat badanku stuck, di angka segitu-segitu aja. Buat aku, itu sinyalemen untuk mengubah pola makan atau olahraga. Aku semakin jarang datang ke dokter karena hambatan waktu. Seringkali weekend penuh jadwal dengan keluarga, sehingga rasanya sayang buat ke dokter yang seringkali menyita waktu lama. Setelah aku menonton video tentang penjelasan intermitten fasting, aku kemudian tertarik mencobanya. Aku makan mulai jam 10 pagi, dan berhenti makan di jam 6 malam. Metode ini mengurangi berat badan hingga 3-4 kilo dalam 40 hari. Aku yakin, tanpa persiapan diet sebelumnya dengan mendisiplinkan pola makan dokter gizi, aku gak mungkin bisa menjalankan intermintten fasting ini.

Perjalanan diet ini buatku merupakan perjalanan yang luar biasa. Mungkin dari luar, orang lain hanya melihat perubahan berat badan saja. Tapi buatku, diet ini mengubah banyak hal. Aku merasa lebih sehat, pola makanku menjadi lebih sehat pula. Dulu sebelum diet, setiap makan, hampir selalu aku tambah nasi. Kalau makan di luar, aku sering pesan minum dua jenis, dan keduanya manis. Stok minuman manis selalu ada di kulkas kosan. Setiap jenis jajanan yang aku suka, langsung aku beli. Memang seceroboh itu. Aku merasa beruntung, dengan pola makan serampangan dan tanpa olahraga, hasil tes kesehatan aku selalu baik-baik saja.

Saat ini, aku menjalankan intermitten fasting, sarapan kopi tanpa gula, makan siang atau sore sebisa mungkin tidak pakai nasi. Sebisa mungkin juga tidak makan tepung, dan gak ada minuman manis sama sekali. Cemilan buah-buahan. Olahraga yang aku lakukan adalah gym setiap Sabtu dan Minggu pagi, yoga di Selasa sore, jalan kaki di hari Rabu dan atau Kamis. Aku gak pakai obat lagi. Aku juga gak datang ke dokter lagi. Aku berharap tahun ini berat badanku bisa setidaknya kepala 8, jadi minimal 89. Target ini aku jadikan motivasi biar gak lengah. Semoga istiqomah. Aamiin.

Oiya, diet ini juga membuat aku bisa memahami perjalanan diet orang lain. Aku selalu senang kalau ada yang memulai diet, entah metode apapun yang dipakai. Dan memahami orang lain yang belum tergerak untuk diet, karena aku pernah di posisi itu. Tulisan ini juga aku buat buat temen-temen yang menanyakan diet apa yang aku lakukan, semoga memotivasi untuk memulai perubahan menjadi lebih sehat.

Semangaatt!!

No comments: