Pada saat pandemi, di tahun 2020-2021, untuk pertama kalinya dalam sejarah, aku divonis darah tinggi. Aku gak ngerti kenapa hampir setiap hari pusing tapi kok gak kunjung berhenti. Minum panadol yang biasanya ampuh, sekarang ini reaksinya cuma sebentar saja. Tes covid berkali-kali hasilnya negatif. Ke dokter saat itu agak malas, soalnya tahu sendiri kan, selain sulit mencari dokter yang praktik, perjalanan buat diperiksa saat itu lumayan repot. Harus tes covid, janjian, pakai masker lah, dan sebagainya.
Akhirnya aku memaksakan diri. Aku agak khawatir. Lalu aku datang ke dokter di kawasan Cicendo. Dokter yang belum pernah aku datangi sebelumnya. Selama pemeriksaan terus terang aku merasa kurang sreg. Tingkah laku si dokter ini agak aneh menurutku. Apa ya, gambaran yang tepat.. agak grasak-grusuk. Selain itu, dia juga tiba-tiba aja cerita tentang kredibilitas dia. Padahal aku gak nanya apa-apa. Terus dia, sambil mengukur tekanan darah, bilang dan cerita tentang bahaya kegemukan, dan hasil pengukuran menyatakan kalau tekanan aku tinggi. Aku lupa angkanya, sekitar 160/95 segituan lah. Aku memang sudah biasa dengan pernyataan dokter yang sudah menjudge aku darah tinggi sebelum pengukuran dilakukan, karena aku memang gendut. Tapi yang ini beda. Hasilnya memang ternyata tinggi.
Akupun kemudian diberi obat darah tinggi yang harus aku makan seumur hidupku. Aku kok sepertinya gak rela. Karena aku yakin aku gak darah tinggi. Tapi keyakinanku berbenturan dengan fakta. Aku pun membeli alat ukur tekanan darah sendiri. Dan hasilnya tetap sama. Akupun kemudian bertahap menerimanya. Sambil mencari second opinion ke dokter dekat rumahku. Dokter Arif, salah satu dokter yang merawat almarhum Apih di kala stroke. Aku mendapatkan penjelasan yang lebih bisa diterima olehku. Ternyata dokter Arif penyandang darah tinggi juga, jadi dia share pengalamannya. Dia menyarankan aku untuk menghentikan obat sementara, dan mencoba mengatur pernafasan secara periodik. Dia menemukan kasus serupa di masa pandemi ini. Di mana banyak orang mengalami perubahan pola hidup, pola kerja, dan berimbas pada pola kesehatan.
Setelah mencoba selama sebulan, alhamdulillah, tekanan darah aku berangsur normal. Hal yang kemudian aku sadari kalau perubahan pola hidup itu menyebabkan aku stress. Dan itu memengaruhi tekanan darahku. Alhamdulillah, sampai hari ini, tekanan darahku gak pernah tinggi lagi.
Aku sebetulnya bukan mau cerita ini sih, hahaha, tapi mau cerita yang lain, bersambung di posting berikutnya ya..
No comments:
Post a Comment