Aku tumbuh sebagai generasi yang lahir di masa 70an, masa kecilnya di era 80an, remaja di era 90an sampai dengan 2000an. Jadi mengalami beberapa perubahan jenis komunikasi dan juga evolusi teknologi. Masa kecilku dihiasi dengan surat menyurat atau korespondensi. Iya... menulis surat di kertas, terus dimasukin amplop dan ditempeli perangko terus dimasukin ke kotak pos atau ke kantor pos.
Sekarang rumahku berdekatan dengan kakak perempuanku satu-satunya. Hanya terhalang tiga rumah saja. Jadi aku sering datang ke rumahnya. Suatu hari karena dia sedang mencari-cari dokumen, tak sengaja kita menemukan surat balasan dari artis zaman dahulu. Hobby kakakku itu, jadi hobbyku juga yang memang sedang masanya ikut-ikutan. Aku termasuk sering menulis surat ke artis, seingatku yang paling sering adalah ngirim ke Micky Rainbow, artis cilik yang sangat kami suka. Kami mengoleksi kasetnya, bahkan kami berkali-kali menonton konsernya di Gelora Saparua. Duuh... jadi kangen almarhum Apih, yang memanjakan kami dengan membeli tiket konser dan mengantarkan kami. Padahal kami bukan keluarga yang sering mengobral pengeluaran yang tak perlu. Artis lainnya yang seingatku pernah aku kirim surat adalah Nova Mardiana, Julius Sitanggang dan yang paling jauh Michael Bolton waktu SMP. Oh iya... Micky Rainbow kemudian aku ketahui adalah tetangga isteriku hahaha.
Senang sekali rasanya kalau tiba-tiba di depan rumah ada tukang pos yang membawa surat balasan dari si artis. Beberapa tahun kemudian komunikasi dengan artis jadi semakin mudah dengan adanya social media. Entah itu Facebook, Twitter, Instagram atau yang lainnya. Komunikasi bisa sangat dekat, bahkan sayangnya, seringkali menjurus kurang ajar. Buat aku, social media ini bisa jadi media pemuas kangen artis lawas di era-era masa kecilku. Senangnya juga, artis-artis jadul ini biasanya followernya gak banyak-banyak banget, dan mayoritas ramah membalas komen jika sempat. Artis yang lumayan aku ikuti dengan intens adalah Bagoes AA, dulu sempat jadi peronel K3S (kelompok 3 Suara) bersama alm. Dian Pramana Poetra dan Dhedy Dhukun. Sebetulnya pertemuan dengan akun instagram beliau juga tidak sengaja. Terjadi setelah aku menemukan lagu Ada Yang Lain di youtube, lagu yang membekas di zaman SDku (walau isi liriknya sama sekali tak berhubungan haha) yang ternyata baru aku ketahui, dinyanyikan beliau.
Setelah itu, aku lumayan jadi tahu keadaan beliau sekarang. Itulah hebatnya social media, menumbuhkan sesuatu yang rasanya tak mungkin dijangkau masa lalu. Dengan menulis ini, aku merasa sangat tua sekali hahaha. Tapi apa daya, segala sesuatu pasti ada akhirnya, Dua hari yang lalu, Bagoes AA meninggal dunia. Innalillahi wainnailaihi roji'un. Berita ini ternyata meninggalkan sesak yang nyata. Begini ternyata impact dari hubungan manusia dengan manusia, walau kenyataanya aku tak pernah bertemu beliau. Tapi beliau dan karyanya termasuk yang memahat kenangan dan menjadi bagian memori menyenangkan buatku. Insya Alloh itu menjadi amal ibadah.
Terima kasih Oom Bagoes. Terima kasih banyak
No comments:
Post a Comment