Gara-gara nanya judul buku berkemah yang biasa kita baca
waktu kecil dulu, akhirnya aku terlibat dalam chatting nostalgia tak
berkesudahan dengan Candra, sahabatku dari zaman aku kecil dulu. Sontak saja
memori demi memori zaman dahulu meluncur deras mengundang gelitik kelucuan.
Candra pindah ke Sarijadi saat kami kelas 3 SD. Tak lama
setelah itu kami pun bersahabat. Sampai kemudian rumahnya bisa dibilang jadi
rumah aku juga hehe. Banyak hal yang kita lalui bersama-sama sampai
bertahun-tahun kemudian.
Aku bisa naik sepeda diajarin Ujang, tetangga yang lebih
tua. Tapi lancarnya bareng Candra. Apalagi pas Candra punya sepeda, warna hitam
bermerk Marubeni. Kita sering boncengan jalan-jalan ke semua blok di Sarijadi.
Boncengan karena aku gak punya sepeda hehe. Bertahun kemudian, Candra juga lah
yang mengajarkan aku naik motor, pake motor vespanya Papap, ayahnya Candra.
Walau gak punya SIM, kita sering jalan-jalan ke Pasteur.
Kami tidak pernah satu sekolah, baik SD sampai kuliah. Jadi
kegiatan kita memang di rumah saja. Bahkan rasanya, selepas waktu sekolah, aku
lebih sering menghabiskan waktu di rumahnya Candra. Ruang keluarganya
seringkali kami jadikan tempat ngobrol kesana kemari. Kadang bersama Mamah,
Papap dan Anggia, kakaknya Candra. Bahkan aku memiliki spot khusus di sofa
cokelat. Spot favorit dekat TV. Hahaha.
Candra punya kucing, yang seingatku walau sering berganti,
namanya tetap Barong. Ceritanya yang suka kucing cuma Candra, Anggia sama
Papap, kalau mamah kurang suka walau gak anti juga. Alasan ga suka soalnya suka
jorok. Nah suatu hari si Barong eek (maaf!) di kamar mamah. Tepat di tengah kasur!
Untung saja Anggia dan Candra yang pertama kali menemukannya. Mereka
cepat-cepat menutup pintu takut mamah yang sedang di dapur tahu. Mereka
berbisik-bisik berdebat bagaimana caranya agar mamah gak tahu. Mereka takut
amukan mamah yang memang galak dan lebih takut lagi si Barong diusir. Sialnya kemudian mereka mendengar suara
langkah mamah yang berjalan ke arah kamar. Mereka semakin ketakutan. Akhirnya
Candra meraup eek kucing itu, saking paniknya. Genggaman itu disembunyikan di
belakang badannya sambal pelan-pelan berjalan keluar. Hahaha.
Pada saat kita kelas 1 SMP, kita sama-sama sekolah siang.
Masuk jam 12. Oiya, aku sekolahnya di SMP 15, Jl Setiabudhi sedangkan Candra di
SMP 26 masih di Sarijadi. Nah sambal nunggu masuk, kita suka main bareng. Kalau
gak baca cerita bareng, kita juga sering main yang aneh. Yang paling aku inget
adalah kita main bakar-bakaran. Pakai lilin kita membakar banyak tanaman. Juga
mainan yang kita anggap rusak. Candra juga pernah membuat roket dari isi
pulpen. Isi pulpen jadul ada yang terbuat dari material logam. Nah logam itu
kemudian diisi ujung korek api yang dikerik sampai penuh, Setelah penuh,
kemudian dibuat semacam sumbu. Untuk meluncurkan roket itu, sumbu tinggal
dibakar. Saat itu aku sedang membaca komik di ruang keluarga. Tiba-tiba
terdengar suara ledakan di kamar Candra. Aku dan mamah yang sedang masak
bergegas menuju sumber suara ledakan. Di sana kita melihat Candra yang berdiri
dengan muka pucat memandang warna gosong di dinding. Ternyata dia meluncurkan
roket buatannya di kamar itu Hahahaha. Mamah melotot sambil menghardik: TEU
LUCU!!
Kami sama-sama memiliki Gimwot (Game Watch), punyaku
Nintendo Donkey Kong, punya Candra bermerk Casio, Submarine Battle. Kadang kita
tukeran. Candra suka membawa gimwot itu ke sekolah. Suatu hari sepulang sekolah
dia masuk ke rumah sambil menunduk bermain gimwot. Mamah nanya, mana tas
sekolahnya. Candra kaget. Karena keasyikan main gimwot ternyata tasnya
ketinggalan di angkot. Dia pun kemudian dihukum harus diam di luar di pinggir
jalan nunggu angkot yang lewat dengan harapan supir angkot pas kembali bisa
mengembalikan tas itu. Syukurlah setelah menunggu lama, si supir baik hati
mengantarkan tas itu.
Kita pun memiliki ritual camping pas liburan sekolah. Tapi
kemahnya Cuma di halaman rumah Candra hahaha. Tendanya lumayan besar, bisa
menampung 4 orang. Biasanya kita bertiga ditambah Hendrik. Tenda itu ga tahan
air, jadi kita harus menambalnya dengan karung yang dicapit pakai capit
jemuran, Terus agar kita bisa tidur nyaman, alasnya menggunakan bata yang
disusun, terus dipasang papan. Rasanya sangat asyik sekali. Tapi kalau dilihat
dari luar lebih mirip rumah kumuh sih. Momen paling menyenangkan adalah kalau
sudah malam, tiba-tiba datang Mamah dengan membawa nasi goreng masing-masing
satu piring. Enaaaakk!!
Saat paling zonk adalah kalau aku ke rumah Candra pas harus
bantuin motongin ekor toge hahaha. Saat ini kita sangat sangat jarang ketemu.
Apalagi setelah aku bekerja ke luar Bandung. Kita juga sudah sibuk dengan rumah
tangga masing-masing. Candra sudah beranak dua, menuju tiga. Aku pun punya dua
bayi. Paling kita sekarang Cuma chatting. Itu pun jarang juga. Kangen juga
ketemuan.