Setelah hidup terpisah selama weekdays, otomatis ritme pun berubah. Walau kurang lebih sama seperti kehidupanku dulu di Palembang dan Medan, tapi tetap saja berbeda. Sabtu Minggu sudah aku plot sebisa mungkin hanya untuk keluarga, untuk isteri dan anak-anakku. Oiya sekarang anaknya jadi jamak, karena Desember kemarin Aa punya adik perempuan bernama Letra Fatimah Purwana.
Sabtu Minggu menjadi full. Sulit untuk menggagendakan untuk kepentingan lain. Tapi masih bisa kalau untuk kepentingan keluarga besar, seperti nganter Apih kontrol ke rumah sakit, ke undangan, atau acara keluarga lainnya. Kalau tak ada, aku di rumah atau pergi ke luar bersama.
Selama dua hari itu, Aa Angga, anak pertamaku nempel nyaris tak bisa lepas. Mandi, makan, cebok, main, ke mesjid ingin bareng sama aku. Priceless moments. Aku menyukai momen ini, walau terus terang memang capek hehe. Selalu ada momen lucu dan mencengangkan kalau aku bersamanya. Walau ada asisten rumah tangga, Aa suka jadi judes, ga mau sama teteh di rumah. Maunya sama aku.
Nah, kalau Minggu malam, tibalah saatnya aku kembali ke Jakarta. Dari sore aku bilang sama dia kalau nanti malam aku kembali ke Jakarta buat kerja, Aa yang pinter, nurut sama ibu. Walau dia terlihat tak menyimak, kadang-kadang, ternyata dia mengerti. Kalau aku sudah dijemput taksi, dia mau sun dan dadah gak nangis. Aku masih takjub dengan kenyataan ini.
Yang soleh ya Aa sayang.