Kemarin, secara gak sengaja liat iklan tabligh akbar di
koran lokal, ada Aa Gym ke Palembang! Hore!! Duh... sudah lama banget aku gak
liat ceramah beliau. Aku coba mengingat2 kapan terakhir ikut ceramah Aa. Tak
berhasil. Tandanya sudah lama sekali. Aku membulatkan tekad untuk ikut nonton
ceramah Aa Gym. Asli kangen banget. Mundurnya popularitas Aa Gym karena
poligami tak mengubah apapun di mataku.
Ceramahnya barusan saja selesai. Aku takut lupa, makanya
buru2 ambil notebook pribadi ini yang biasanya cuma aku pakai buat maen game
ataupun nonton film saja. Hehe. Perjalanan datang ke tempat ceramah di pusat
kota Palembang, di Kambang Iwak gak lancar. Macem-macem godaan nyaris bikin
batal acara nonton ceramah ini.
Pas dateng di Hotel Swarna Dwipa, acara belum mulai, diisi
dengan marawis dan orkes rebana ibu-ibu. Acara molor dari jadwal jam 7 yang
diiklankan. Ternyata Aa Gym terjebak kemacetan. Yang datang ke acara ulang
tahun Forum Pondok Pesantren Sumatera Selatan (FORPESS) ini gak terlalu banyak.
Gedung pertemuan itu tidaklah penuh. Sekitar jam 8, akhirnya Aa Gym datang.
Dibuka oleh MC ‘serius’ dengan suara dalam dan mendesah bak penyiar radio tahun
80an, diikuti oleh pembacaan Qur’an , sambutan ketua FORPESS dan sambutan sang
gubernur Sumatera Selatan.
Acara seremonial itu sungguh-sungguh menguji kesabaranku.
Mungkin karena duduk bersila untuk waktu yg cukup lama mengesalkan tubuh
gemukku. Atau mungkin juga karena aku yang sering melihat ceramah Aa Gym di
pesantren Daarut Tauhid sangat tidak biasa dengan seremoni formal semacam ini.
Tapi kemungkinan besar adalah karena aku sangat jengah dengan sambutan panitia
yang penuh dengan pujian-pujian tidak natural untuk sang gubernur, berlanjut
dengan sambutan sang gubernur yang tidak asing buatku. Sambutan panjang seperti
kampanye yang membeberkan rencana pembangunan fasilitas demi fasilitas. Tombol
blackberry tanpa ampun aku hajar sebagai pelampiasan untuk posting twit demi
twit.
Akhirnya tiba saatnya ceramah Aa Gym. Tanpa basa-basi Aa
langsung memberikan tausiyah menohok yang membuat merah mukaku. Membuatku malu
karena telah menulis twit penuh keluhan dan buruk sangka. Aa membukanya dengan
melakukan sesuatu harus ikhlas. Dan keluh kesahku di twitter, jelas-jelas
bukanlah sebuah keikhlasan.
Aa menceritakan tentang naik turunnya kehidupan pesantren
Daarut Tauhid. Masa Awal, mencari bentuk, kemudian Masa Populer, yang menurut
beliau naik secara materi tetapi rendah secara akidah, karena mempertuhankan
sesuatu selain Alloh. Mempertuhankan materi dan popularitas. Kemudian munculah
badai yang sangat disyukuri beliau karena mengembalikan ketauhidan karena
Alloh.
Satu hal yang harus aku ingat adalah, pada saat menghadapi
kesulitan dan cobaan adalah keyakinan bahwa semua itu akan berakhir. Karena
pasangan kesulitan itu kemudahan. Satu kesulitan diapit dua kemudahan. Dan satu lagi yang
sering aku baca dan orang lain sebutkan, tapi kali ini terdengar berbeda dan
menancap di benakku. Alloh tidak akan menimpakan cobaan diluar kemampuan
makhluknya. Alloh akan menguji makhluknya sampai tidak ada lagi yang
dibanggakan, tidak ada lagi tempat bersandar selain Alloh. Subhanalloh.
Terimakasih Aa.