'Tlah sangat lama rasanya aku tak menulis lagi disini. Entah berapa kali aku mencoba menulis tapi kemudian lantas tak jadi. Tapi, disinilah aku sekarang. Di masa sekarang. Masanya mengenang. Garis bawahi: Mengenang.
Hari itu hari Minggu. Dari kemarin aku berniat akan menyelesaikan pekerjaanku di kantor. Tapi hari itu sangat malas. Aku pun mencoba membuka laptop. Lagi-lagi malas seakan meraja. Tak lama kemudian handphone ku berbunyi. "Mi Casa" terbaca di layar rumah. DEG! Aku agak takut menerima panggilan dari rumah, terus terang saja.
Sudah berapa kali di minggu-minggu itu telepon kabar buruk dari rumah seakan tak henti aku terima. Apih pingsan di saat nyetir, dan kemudian orang baik mengabari orang rumah. Apih pun divonis stroke dan harus dioperasi VP Shunt. Setelah operasi, alhamdulillah dinyatakan berhasil, beliau mengalami kesulitan buang air kecil. Dokter bilang kalau prostatnya bengkak, kemungkinan harus dioperasi lagi. Tapi syukurlah itu tak harus dilakukan. Apih boleh pulang. Tak lama kemudian, amih masuk rumah sakit. Makanan tak bisa masuk. Pfiuh.. Ramadhan tahun ini aku habiskan di rumah sakit. Alhamdulillah dua hari sebelum lebaran, amih dinyatakan boleh pulang. Kami berkumpul bersama di Idul Fitri.
Kembali ke hari Minggu itu. Kakak iparku menelepon sambil terisak, A Fikri, keponakanku meninggal dunia. Aku tak akan pernah melupakan hari itu. Hari dimana aku terjerembab ke lubang gelap yang seakan tak bertepi. Sambil mencari cara untuk pulang ke Bandung, pikiranku berkecamuk dan berharap lirih semua ini hanya gurauan tak lucu para penipu. Detik demi detik hari itu aku lalui dengan penuh harapan dan kecemasan. Berbagai informasi aku terima simpul demi simpul. Setetes demi setetes. Sangat lama dan sangat menyakitkan.
Energi hilang meninggalkan raga entah kemana. Air mata keluar tanpa bisa lagi aku kendalikan. Ratapan do'a aku panjatkan. Jangan Alloh... Jangan cobaan ini... Jangan sekarang..
Tapi kenyataan seakan menampar wajahku tanpa ampun. Do'a itu tak berbalas. Aa benar-benar telah pergi. Tepat disaat kakakku menelepon dari kamar jenazah RSHS.
Aa meninggal di hari Sabtu. Sendirian. Setelah kecelakaan dari motornya pada hari Jum'at. Selama itu, tanpa satu pun dari kami, keluarganya ataupun temannya tahu. Polisi tak bisa menghubungi kami, karena identitas dan telepon genggamnya raib entah kemana.
Hari demi hari setelah ini, kami lalui dengan sangat berat.
Tapi selalu ada syukur dalam kesulitan apapun. Kami bersama. Saling menguatkan. Sampai akhirnya kami ikhlaskan kepergian yang perih ini. Dengan sendirinya kami memilih. Kami memilih mengenang almarhum pada saat dia ada di tengah kami. Bukan pada saat dia meninggalkan kami.
Aku tahu, Aa orang yang menyenangkan. Tapi tetap saja aku takjub akan begitu banyaknya teman-teman yang sangat sayang padanya. Rumah kami tak mampu menampung kedatangan teman-temannya yang lagi tak terbataskan sekolah, ataupun lokasi rumah. Dari cerita mereka aku semakin bahagia. Bahagia kalau Aa orang yang berguna buat orang lain, dan yakin Alloh telah mengambilnya dalam masa terbaiknya.
Kenangan akannya tak akan pernah bisa terhapuskan. Insya Alloh.
Selamat jalan Aa sayang....
Mang Dodi bangga Aa.