Tepat seminggu sebelum lebaran, aku mendapat musibah. Sewaktu perjalanan dinas ke Kayu Agung, sebuah kota di Sumatera Selatan, kurang lebih 2 jam dari Palembang, kaca mobil dijebol, dan tas punyakku digondol si maling. Pada waktu kejadian aku dan supirku sedang jum’atan, jadi gak tau siapa pelakunya.
Reaksi pertama setelah tahu kejadian itu adalah: bingung. Yah, aku bingung menjawab banyak orang yang bertanya apa saja yang hilang, apakah ada laptop atau tidak. Sepertinya memang sudah lazim, kalau tas kita digondol maling, isinya biasanya memang notebook atau komputer jinjing.
Walau tas itu adalah tas yang setiap hari aku bawa. Aku ternyata tidak benar-benar ingat apa saja isi didalamnya. Hal yang aku ingat secara langsung adalah, aku ga bawa macbook ku, tapi yang ilang: kamera digital, token internet banking, dan ipod kesayanganku. Karena memang barang-barang itulah yang sering aku pakai. Kami memutuskan melanjutkan ke Kayu Agung untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum lapor ke polisi. Suasana setelah kemalingan memang tidak mengenakkan. Aku dan supirku saling menceritakan perasaan masing-masing sebelum dan sesudah kemalingan. Kadang terdiam. Saat itulah yang aku gunakan untuk mengingat-ingat apa-apa saja yang ada di tasku.
Satu demi satu barang seperti muncul dalam ingatanku. Buku rekening bank, surat-surat kantor, tiket pulang mudik, charger universal sampai barang-barang yang mungkin tidak penting, seperti lap kacamata, cairan pembersih tangan, dan alat tulis.
Kejadian ini menyadarkan aku untuk lebih menjaga barang milikku dengan lebih baik lagi. Hari ini setelah aku berlebaran di Bandung, aku mulai melengkapi lagi barang-barang yang telah hilang. Aku pun bertekad untuk mengatur barang-barang di tas. Aku benar-benar parah dalam mengingat barang milikku, sekalipun itu dalam tas yang aku pakai sehari-hari. Buktinya aku baru ingat didalamnya ada paspor setelah aku melihat paspor lamaku di kamar. Ckckckck.
Kemalingan ini benar-benar bikin repot. Aku terpaksa harus meluangkan waktu dan dana tentunya untuk mengurusi barang-barang yang hilang. Aku harus ke bank memblokir rekening dan membuka rekening baru beserta tetek bengeknya. Aku pun kini harus mengurus pembuatan paspor yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sigh.
Selain repot, kemalingan ini juga memaksa kita untuk berpisah dengan barang yang memiliki nilai sentimentil dengan kita. Dari semua barang yang ada di tas, aku sangat kehilangan ipod yang entah sudah berapa kali mengusir bosanku. Barang yang kedua adalah: bolpen murahku, BIC Softfeel warna biru, seharga 2500 rupiah, yang sangat sulit dicari. Sudah banyak toko aku singgahi di Bandung ini, sampai sekarang aku tak menemukannya. Nasip..nasip..
Astaghfirullohal’azhim. Aku seharusnya masih tetap bersyukur. Masih jauh lebih banyak hal yang aku miliki dibanding apa yang telah aku tak punyai (lagi).
Oya..mumpung masih lebaran. Mohon maaf lahir bathin ya…
Semoga Alloh mengizinkan kita untuk bertemu Ramadhan dan Idul Fitri berikutnya.