Wednesday, February 28, 2007

My Lovely Mantjeu(s)

Kalau aku disuruh memilih sesuatu yang ada di Bandung yang tak bisa aku tergantikan di tempat lain. First thing, pasti aku akan memilih Mantjeu. Hahaha, sebetulnya Mantjeu hanyalah sebutan yang aku karang untuk my fabulous hairdressers.
Tempat cukur rambut langganan aku sejak SMA adalah Saluyu Barber Shop di Jl. Gegerkalong. Tukung cukurnya ada 3 orang, terlihat serupa dan seperti bersaudara. Berkumis, berbadan tinggi besar dan berambut klimis. Aku gak tahu satu pun nama-namanya. Dari dulu sampai sekarang. Jadi biasanya aku hanya bilang Kang, untuk sebutannya. Mereka berasal dari Garut, Cibatu tepatnya.
Aku sangat memuja mereka. Tiga-tiganya langganan aku. Mereka sangat hapal dan mengerti potongan rambut yang aku inginkan. Biasanya memang pendek mendekati botak. Tapi aku pernah mencoba potongan rambut panjang pun mereka tetap ahli. Tempat potong rambutnya sangat sederhana. Lebih tepat berupa koridor yang dipenuhi cermin dan kursi cukur rambut. Disini hanya menerima potong rambut. Tak ada yang namanya keramas. Jadi kalo habis dicukur suka gatal2. Hehehe, keramasnya di rumah aja. Potong rambut di Mantjeu sangat nyaman, diterpa angin sepoi-sepoi ditemani radio Sinta Buana atau Lita sari yang mengumandangkan lagu-lagu sunda atau pop Indonesia. Tak pernah dangdut apalagi lagu barat.
Sangat berat bagiku berada di kota lain untuk waktu yang lama. Pernah aku tinggal di Semarang selama lebih dari 6 bulan. Sangat sulit mencari salon ataupun barber shop yang bisa menandingi Mantjeu. Setelah mengalami kegagalan demi kegagalan dari salon mahal maupun murah di sana. Akhirnya dengan terpaksa aku kembali ke Bandung.
Sebenarnya kenapa aku menyebutnya Mantjeu? Hehehe. Akan jauh lebih Ok kalo temen-temenku tanya potong rambut dimana? Mantjeu lebih keren dibanding Saluyu kan?
Kemarin, sehabis dirawat di Rumah Sakit mereka menghadiahkan haircut baru buat aku. A Very edgy haircut. Temanku kaget. Aku gak keberatan sedikitpun.

Book Review: The Last Juror


Aku sangat kangen dengan John Grisham. Dan sudah sangat lama aku tidak membaca novelnya. Aku rindu dengan ketegangan berbalut drama hukum ala The Client atau A Time To Kill. Dan untung saja minggu kemarin aku menemukan novel "The Last Juror" yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia di Gramedia. Buku ini sudah aku tunggu sejak lama.
Buku ini mengisi hari-hari aku ketika di Rumah Sakit. Sayangnya buku ini buku yang tidak tepat untuk menghibur hari-hari yang sakit. Preview buku ini sangat menjanjikan. Bersetting tahun 1970an di Clanton, Mississippi yang tentunya mengingatkan aku akan buku A Time To Kill dan isu rasialismenya. Bercerita tentang kedatangan seorang mahasiswa dari Syracuse yang terpelajar, Willie Traynor, ke kota Clanton yang sangat bersahaja dan jauh dari hingar bingar. Willie akhirnya membeli satu-satunya koran mingguan yang ada disana, dan memberikan nuansa baru pada kota itu. Nuansa kota itu berubah setelah terjadi pembunuhan keji yang dilakukan oleh bajingan kelas kakap, Danny Padgitt, yang ditengah-tengah sidang melontarkan ancaman akan membunuh semua jajaran juri bila memvonis dia bersalah.
Sampai disini Anda pasti mengira, novel ini akan berisi kengerian penduduk kota akan kebengisan Danny Padgitt kan? Sama seperti saya, Anda semua akan tertipu. Novel ini hanya akan memaparkan perjalanan Willie Traynor yang menjalin persahabatan dengan seisi kota, terutama dengan Sang Juri Terakhir, Miss Callie, si kulit hitam yang sangat terpelajar. Di tengah-tengah buku, novel ini terasa melelahkan dan tua.
Sebetulnya tidak ada yang terlalu salah dengan novel ini. Akan tetapi promo buku ini yang seakan-akan The Last Juror bergenre thriller sungguh sangat mengesalkan.

Tuesday, February 27, 2007

Alhamdulillah.

3 hari 4 malam di Advent sudah lebih dari cukup bagiku. Aku sengaja tak mau menceritakan dengan detail. Ya, aku mencoba melupakannya. Dan tak akan sudi untuk kembali kesana.
Aku sangat berusaha untuk sembuh. Sangat ingin meninggalkan ruang 412 so bad!
Alhamdulillah aku disini sekarang. Di tempat selain ruang Rumah Sakit.

Wednesday, February 21, 2007

Bad news

Bad news.
trombosit ku menurun jauh ke angka 158000.
Setelah Senin sebelumnya ada di kisaran 232000.
sigh.

Tuesday, February 20, 2007

Blog baru

Kemarin malam aku tak bisa tidur.
Otakku menerawang.
dan hari ini akhirnya aku putuskan untuk membuka situs baru...
Ladies & Gentleman...
silahkan klik: Bintang Temanku

Monday, February 19, 2007

DBD sialan!

Here I am. Duduk lemah di kamar ditemani my dear MacKenzie. Aku disarankan beristirahat, banyak minum, dan mengkonsumsi multivitamin. Ya, setelah diperiksa aku dicurigai memiliki gejala Demam Berdarah Dengue. Si penyakit sialan itu memang sedang trend di Indonesia, including my neighbourhood. Jadi Tar, dan Mas Us, sukurlah lemah lesu ini bukan dikarenakan renang kemarin. Jadi Insya Allah aku tak akan berhenti olahraga jika sudah lebih fit nanti.
Dokter yang memeriksa aku adalah dr Charles. Dia seperti menahan ketawa saat aku menyebutkan kalau obat yang aku minum untuk meredakan demam adalah OBH. Seharusnya dia tau kalo OBH mengandung paracetamol dan epedhrin yang cukup mengatasi demam. Aku gak tau kenapa dia ketawa, padahal dia sendiri menyarankan panadol. Huh!
Yah, sudahlah. Tampaknya aku memang harus istirahat.

Weekend di Tempat Tidur

Kemarin aku libur dua hari. Banyak rencana sudah aku siapkan. Tapi apa daya semua itu harus musnah dan aku relakan berlalu. Ya, dua hari itu aku tepar. Panas dingin tiada akhir, seperti flu, tapi tidak terasa radang, ataupun pilek dan batuk, kecuali demam dan sakit badan. Mau ke dokter, kebetulan hari Minggu kemarin bertepatan dengan hari Imlek. Jadi pada tutup.
Mau bergerak sedikit aja susahnya minta ampun, obat yang aku minum adalah my lovely OBH. Setelah minum obat ini demam ku menurun, keringatan malah, tapi akibatnya adalah ngantuk. Jadi aku tidur nyaris sepanjang hari. Satu hal yang paling mengganggu kalau kita demam adalah mimpi. Ya, mimpi nya suka aneh-aneh, dari mulai tampilan mikroskop serat kain, sampai potongan pidato Martin Luther King. Sangat sangat aneh.
Sekarang demamnya sudah jauh berkurang, cuman lemah lesunya masih ada. Rencananya jam 9an nanti aku ke Advent mau periksa.
Do'akan ya, teman-teman...

Friday, February 16, 2007

Semoga

Yuhuu...
20 laps swimming kemarin.
Segar dan pegal!
Semoga gak bosan. Penyakit burukku.
Amin.

Thursday, February 15, 2007

Ghost Rider, From hell

Kemarin aku menonton film yang baru premir. Ghost Rider. Satu lagi komik Marvel yang difilmkan. Kali ini di Ciwalk XXI. Habisnya di Blitz jam tayang nya gak cocok. Dan sumpahhhh ini adalah film yang sangat datar dan buruukkkkk sekali. Gosh, aku sangat tersiksa selama hampir dua jam.
Tidak ada yang istimewa dari film ini. Alur cerita sungguh datar, tanpa emosi. Nic Cage jelas ketuaan. Akting semua pendukungnya sangattt biasa, Cage, Eva Mendes, Peter Fonda semuanya deh. Asli, special effect yang lumayan menjadi such a waste of money.
Setelah aku keluar dari bioskop. Aku totally merasa terrampok!

Monday, February 12, 2007

This Early Morning

Aduh kepagian, nih. Jam 7 kurang udah nyampe kantor. Habisnya tadi harus nganterin si Azhar sama Fikri, keponakan2ku ke sekolah dulu. Bapaknya gak bisa nganterin, lagi sakit. Jadi aja browsing dengan leluasa dulu.
  • World Press Photo, Liat pemenang2 nya tahun ini. Fotonya keren-keren. Favorit aku adalah Pemenang ketiga kategori Arts & Entertainment berjudul "Traveling Cinema". Cool
  • People.com, sekedar memuaskan mata. Dan membuatku ingat kalo pagi ini acara Grammy Awards. Semoga tv kabel di kantorku pagi ini gak ngadat.
  • Download "Who Are You" dari The Who yang jadi soundtracknya CSI:Crime Scene Investigation. Mumpung lagi cepet internetnya.

Let's pray this whole day will be great as this morning!

Thursday, February 08, 2007

Olahraga, yuk!

Dengan sangat berat hati tadi pagi aku memutuskan pulang dari kantor. Tiba-tiba aku merasa sangat-sangat lelah. Badanku melunglai setiap aku mulai bekerja. Sejujurnya aku ketakutan. Aku takut berpenyakit diabetes. Aku suka yang manis-manis, memang. Teh botol dan teh kotak adalah teman baikku. Penyakit gula itu sangat-sangat aku takuti, apalagi setelah mendengar cerita Mas Djoni --my Semarang's brother-- yang bergelut dengan penyakit itu.
Aku harus ke dokter. Aku akhirnya berkonsultasi dengan dr. Denese -- my 3fis1 classmate-- via SMS. Dia bilang: maaf, kalo gemuk sebaiknya cek EKG, profil lemak darah dan profil gula darah ke lab. Hehehe, kamu masih aja ramah. Gak usah pake maaf, aku memang gemuk :) Thanks a lot ya nese! Tanpa pikir panjang, walaupun aku tak berpuasa sebelumnya, aku langsung ke lab. Hasilnya baru bisa diambil sore.
Aku pulang. tidur. masih saja lemas. Oh, aku merasa tak berdaya. Ingin melakukan banyak hal, tapi sepertinya badanku hanya ingin tinggal di suatu tempat dan diam saja. Ba'da maghrib aku ke Dr Darmariah, dokter deket rumah yang sudah menangani aku dari jaman SMP. Guess what: Gula, urine, kolesterol Alhamdulillah baik-baik saja. Yang jelas aku kegemukan dan harus memulai olahraga.
Sungguh memalukan. Memang aku akui, olahraga adalah resolusi yang selalu aku tetapkan dan selalu aku abaikan. Saatnya aku meneguhkan hati. It's now or never. Aku harus mulai hidup teratur dan berolahraga.
It's time to say hello to my dusty running shoes.

Tuesday, February 06, 2007

Strange World. Strange Man.

You know what sadar atau tidak sadar, sebagai orang yang tinggal di Indonesia dan tidak pernah tinggal lama di luar negeri, kita --well, tepatnya aku-- pasti ngerasa orang bule sebagai orang yang lebih superior. Lebih pintar dan lebih rasional. Tapi itu dulu. Sekarang aku gak begitu lagi. Belum 100% sih, tapi jauh lebih berkurang.
Pada dasarnya, akhirnya aku menyadari "orang" pada dasarnya sama, ada yang pintar, ada yg menyebalkan, ada yang mistis dan lain sebagainya di semua kalangan tanpa batas ras ataupun negara. Dan aku lebih yakin lagi setelah kejadian yang terjadi barusan. Ya. tadi banget.
Pekerjaan ku adalah customer service. Tepatnya call center. Tempat yang sering dijadikan apapun oleh banyak orang. Karena gratis orang-orang suka komplen, meminta, menangis --seriously--, sekedar bilang hai, ngomong jorok, atau apapun ke call center. Hal itu pula yang dilakukan seorang pelanggan, Mr. X. Dia komplen yang berujung marah-marah dan menuduh agent yg menanganinya tidak sopan dan menutup telepon. Si Mr X itu sampai datang pagi ini, dan menuntut pertanggungjawaban. Servis yang tidak bertanggungjawab, katanya. Dia menunggu selama 40 menit dan ditutup!
Yay.. here we go, pikirku, saatnya bekerja. Akhirnya si Mr. X itu yang ternyata bule mirip Sean Connery ditangani oleh dua temenku. Kita menganalisa, cek dan ricek masalahnya seperti apa, mendengarkan rekaman si agent. Yang ternyata berdurasi 8 menit (kok dia bisa sampai nunggu 40 menit, ya?). Si agent sudah ikut aturan. Akhirnya kita memberikan jawaban dan menguraikan rincian penyelesaian permasalahan. Berdebat. Mendengarkan masukannya. Hal ini berlangsung lebih dari satu jam. Melelahkan. Tapi apa yang terjadi?? ternyata si Mister itu tujuan akhirnya adalah memasukan lamaran untuk keponakannya!! Gosh! Lamaran telah disiapkan. Dengan rapi. What the...
Cara yang aneh. He definitely chose the wrong door. Door for Moron.

Nonton Film Indonesia (lagi)

Aku akhirnya memenuhi janjiku untuk nonton film Indonesia lagi. Walau aku sendiri gak nyangka se-soon ini. Datang jam 6-an, sore, udah nyampe di Ciwalk, gak langsung beli tiket, kelalang keliling dulu. Nggak bakalan ngantri. Santai aja. Dan ternyata itu bodoh. Aku dan pebe terlalu underestimate. Penuh, ternyata. Walhasil aku kebagian duduk paling depan. Njirr..
Film apa sih emangnya? Judulnya d'bijis. Film yang dimeriahkan Tora Sudiro, Gary Iskak, Indra Birowo, Rianti Cartwright dan Darius. Tapi jangan harap Darius bakalan maen lama ya. Pinter juga, kaya Wes Craven di "Scream" yang ngejual Drew Barrymore yang langsung mati di awal film.
Filmnya tentang reuni grup band glam rock yang dulu nyaris rekaman, tapi bubar gara2 vokalisnya pingsan di panggung. Cukup renyah. Penonton di seisi bioskop tampaknya sangat fun. Gary Iskak sebagai scene stealer di film ini, walau dialognya jadi monoton di akhir2 film. Banyak hal yang lucu. Aku agak surprise dengan Indra Birowo di film ini, blending. Sayangnya timeline yang dibangun film ini agak absurd. Di sisi lain digambarkan perjalanan latihan mereka yg lamban, dilain sisi kehamilan istri Indra Birowo yg cepat besar.
Film ini sejujurnya membuat aku terharu. Ternyata film Indonesia bisa membuat bahagia penontonnya. Aku memang terlambat.

Saturday, February 03, 2007

Banjirr Batavia

Jakarta banjir sudah dua hari ini. Semua kalangan mengalami banyak kesulitan. Di kantor pusat perusahaan aku bekerja hari Jum'at kemarin agak lengang. Orang-orang kesulitan pergi ke kantor. Macet dimana-mana. Rumah-rumah tergenang.
Cukup jauh memang dari Bandung, tapi begitu banyak hal yang sangat bergantung pada kota metropolitan itu. Temen2ku yang kebetulan hari itu ada di Jakarta untuk urusan kerjaan, terjebak tak bisa pulang ke Bandung. Pergi jam 5 sore, sampai di Bandung jam 2 malam. Pfiuhh... What a long journey! Aku sendiri dijadwalkan Rabu depan training ESQ di Jakarta selama tiga hari.
Sampai tadi liat di TV banjir belum ada tanda2 mereda. Orang2 sudah mulai kelelahan dan kekurangan.
Semoga bencana ini cepat berakhir. Amin.